- 3 -

526 Words
“Yeuu, males banget,” balas Thella yang juga menanggapinya dengan santai, cewek itu kini tampak memperhatikan seisi kelas yang sudah mirip seperti taman bermain anak anak yang luar biasa ramai. “Yaudah, gue tungguin.” Kata Thella akhirnya menuruti ucapan Riza. Riza tersenyum ke arah Thella, sebelum akhirnya melanjutkan tulisannya lagi. Sambil menulis, Riza terkekeh geli mengingat tentang apa yang sedang dilakukannya saat ini. Entah sejak kapan Riza mau mengerjakan tugas dengan dipaksa seorang cewek sampai begini. Dalam kondisi normal, seharusnya Riza menolak. Tapi nyatanya Riza tidak menolak sama sekali dan merasa senang mengerjakan tugas bersama Thella. Ia tidak menyangka bahwa memiliki teman sekelas yang manis seperti Thella. Sambil terus mengerjakan tugas itu, mereka berdua sesekali mengobrol hingga bercanda tawa. Di tengah hiruk pikuk kelas yang mana para siswanya menggunakan seragam putih biru, Riza dan Thella membuka gerbang untuk saling mengenal satu sama lain. Gelar teman sekelas yang hanya sebatas tahu nama karena mendengar absen, kini seolah lengser begitu saja. Berganti dengan kata ‘teman’ tanpa ada embel apa apa. Gerbang pertemanan Thella dan Riza dimulai hari itu, membuatnya semakin hari semakin dekat, menghabiskan waktu bersama, dan masih banyak hal lain lagi. Riza senang berteman dengan Thella yang tampak santai dan tidak merepotkan hal hal yang tidak perlu. Thella seperti memiliki aura positif untuknya melakukan hal hal yang lebih berguna di sekolah. Thella dengan kesehariannya yang sederhana membuatnya senang untuk menyelami hari hari bersama cewek itu, alih alih bersama teman lainnya. Thella juga senang berteman dengan Riza. Cowok itu tidak banyak tingkah seperti anak anak remaja lainnya yang sedang mencoba hal hal aneh hingga ke luar batas. Riza bersikap sewajarnya dan melakukan hal hal yang memang seharusnya dilakukan. Tidak mencoba sesuatu yang merugikan hanya untuk dikatakan keren – yang sedang marak dilakukan anak anak seusianya itu. Riza asik di ajak mengobrol, ia memiliki banyak cerita menarik yang kerap kali dibagikan bersama Thella. Gaya penceritaan Riza yang juga menyenangkan, membuat Thella semakin senang untuk mengobrol dengan Riza. Sisa masa SMP itu kerap kali mereka habiskan bersama, dari mulai mengerjakan tugas, atau keseharian di dalam kelas. Riza memang tak lantas duduk di sebelah bangku Thella karena keesokan harinya Devi kembali masuk sekolah, tapi dengan duduk di depan bangku Thella, Riza seringkali menoleh ke belakang untuk mengobrol dengannya. Nyaris di setiap jam kosong, Riza habiskan untuk mengobrol tentang Thella. Dari mulai membahas musik, film, atau keseharian mereka di rumah. Mereka menyukai interaksi yang semakin mengalir di antara mereka, hingga saat lulus dari SMP, mereka memilih untuk masuk ke SMA yang sama, Keduanya tampak menikmati kebersamaan mereka setiap harinya, seolah berdua saja sudah cukup lantaran orang orang yang terlalu tidak percaya dengan persahabatan mereka berdua, yang katanya cewek dan cowok itu pasti memiliki perasaan lebih dan mereka enggan untuk mengganggu atau menjadi orang di tenag tengah mereka berdua. menanggapi ucapan orang tersebut, mereka tak membantah atau pun mengiyakan. sebab, dalam hati kecil mereka yang terdalam, saat mereka seusia remaja itu bahkan mereka tidak memahami perasaan satu sama lain. mereka tidak memahami apa itu benih benih cinta yang mulai tumbuh buah hasil dari kebersamaan mereka setiap harinya. = = = = = T B C = = = = =
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD