Bab.3b (season tiga) [END STORY]

1737 Words
Beberapa minggu kemudian, nampak nya Erik dan Candy semakin hari semakin menempel. Tapi tetap saja Candy selalu ingin menghidar dari bocah bernama Erik itu, karena mau bagaimanapun Erik tetaplah bocah yang menyebalkan semenjak hari itu. Dimana saat mereka berusia dua belas tahun, Erik sempat mengacaukan pesta ulangtahun nya. Pria itu bahkan berjanji untuk tetapi menjadi teman di acara nya, tetapi Erik malah nampak tidak datang ke acara pesta nya. Mungkin saat itu Erik sudah memiliki banyak teman, karena ke populeran nya di sekolah membuat Candy jadi semakin tidak percaya pada lelaki itu kembali. “Apa yang sedang kamu lakukan?” Tanya Candy pada Erik yang seperti nya tengah melakukan sesuatu dihadapan nya. “Mempersiapkan sesuatu.” Ujar Erik sembari mengendipkan matanya genit. Candy bergidik ngeri melihat kegenitan Erik. “Eh mau ngapain?” Tanya Candy ketika melihat Erik berjongkok di hadapan nya. Masalah nya mereka sedang di tempat umum. “Erik gak lucu tahu.” Bisik Candy ketika mereka berada disebuah tempat bermain. Erik mengeluarkan kalung yang tadi Candy lihat pria itu tengah membereskan nya. “Candy, maukah kamu menjadi pacarku?!” Teriak Erik disana membuat Candy semakin malu saja di sana. “Terima aku kalau mau cepet berakhir.” Ujar Erik sembari mengelirukan smirk nya. Candy menghela napas nya menatap Erik kesal, pria itu benar-benar selalu bertingkah laku diluar dugaan. Mereka bahkan belum sama sekali melakukan pendekatan sebelum pacaran, tapi pria itu dengan percaya dirinya langsung mengajak nya berpacaran. “Erik aku.” Ujar Candy kebingungan harus menjawab apa. Erik tersenyum miring, pria itu bahkan mengancam Candy jika tidak menerima wanita itu akan tahu akibat nya. “Erik, gimana kita mau pacaran kalau pendekatan sama sama sekali belum kamu lakukan pada ku.” Ujar Candy pada Erik. Erik mengangguk. “Aku janji setelah pacaran, kamu akan menjadi satu-satu nya ratu ku. Bagaimana?” Tanya Erik pada Candy. Candy membenci Erik, lalu apakah mereka bisa menjalin hubungan yang romantis selama itu. “Erik, kita berdua saling membenci, tidak mungkin-” Erik berdiri dan menggengam tangan Candy. “Kak Candy yang cantik dan baik hati, seumur hidup ku gak ada tuh kata bahkan kalimat benci untuk mu dari ku.” Ujar Erik. Candy mengerutkan kening nya bingung dengan ucapan yang baru saja Erik katakan, karena setahu dirinya Erik sangatlah membenci nya juga. Bukti nya setiap hari pria itu selalu membuat nya susah dan terganggu disekolah. Candy menghela napas nya, sebelum wanita itu menganggukan kepalanya membuat beberapa orang di sana yang memperhatikan mereka ikut bersorak dengan gembira karena jawaban dari Candy saat itu. Erik menggengam tangan Candy hingga mereka masuk kedalam bianglala di sebuah taman bermain disana. “Untung kamu gak nolak aku loh, aku bisa aja simpen kamu dikamar aku seharian.” Bisik Erik membuat Candy melebarkan matanya. “Erik jangan main-main!” Ujar Candy ingin yang berusaha untuk melepaskan genggaman tangan Erik. “Kamu mau lari kemana juga gak bisa, kita udah ada diatas sini Candy.” Ujar Erik sembari tersenyum miring. Candy menghela napas nya dan pasrah pada tingkah laku Erik padanya saat ini. “Kalung nya bagus juga berada di leher mu, aku memang gak pernah salah pilih sesuatu.” Bisik Erik membuat bulu kuduk Candy merinding walau jantung nya tak bisa berbohong bahwa ia menyukai nya lewat detakan jantung yang tidak seperti biasanya. _________________________________________________ Di tempat lain, Keiden mulai mulai kesal dengan sikap kakak nya sedari tadi terus menerus memberikan sanggahan atas ide proyek baru perusahaan mereka. “Saya akan bicara berdua dengan pak Kenzo, yang lain bisa keluar ruangan lebih dahulu.” Ujar Keiden saat itu yang sedang memimpin rapat mingguan di kantor. “Jangan biarkan aku melampiaskan kekesalan di kantor Kenzo!” Ujar Keiden dengan bengis. Kenzo tertawa kecil mengejek sang adik yang sedari dahulu sering kali ia ganggu. “Kamu ingat waktu itu, Clarissa bahkan sempat ingin meninggalkan mu.” Ujar Kenzo sembari mengeluarkan smirk nya. Keiden mengepalkan tangan nya, ia paling tidak suka ada yang menganggu hubungan nya dengan sang istri. “Aku sudah bahagia dengan nya, tidak usah membahas hal yang tidak pernah terjadi.” Ujar Keiden. “Kalau kamu tidak ingin membantu di perusahaan, aku harap pergi saja dari sini.” Ujar Keiden. Kenzo mengangguk. “Sampai kapanpun seperti nya kamu tidak bisa mempercayai ku ya?” Ujar Kenzo membuat sang adik terdiam Kenzo menghela napas. “Aku memang akan pergi, aku disini untuk pamit. Besok aku akan kembali ke Amerika, tidak akan menyentuh milik mu lagi. Perusahaan ini, keluarga mu, juga istrimu.” Ujar Kenzo sebelum pria dewasa itu pergi meninggalkan ruangan tersebut. Keiden terdiam dan tidak menanggapi ucapan sang kakak. Hingga saat dimana pria itu memilih untuk membubarkan rapat dan kembali ke ruangan nya. “Email tentang beberapa penyelesaian masalah kantor sejak lima tahun lalu sudah saya cari tahu dan kirim ke bapak pagi tadi.” Ujar sekretaris Keiden. Keiden mengangguk. “Kamu boleh keluar, dan tolong kosongkan jadwal hari ini. Saya akan bekerja dari rumah, email penting bisa kamu kirimkan pada saya secepat nya.” Ujar Keiden yang diangguki oleh sekrerisnya. Keiden menghela napas nya, lalu bersiap untuk pulang kerumah. Diperjalanan pikiran Keiden dibawa oleh ucapan sang kakak, karena memang sudah lama pria itu dan saudara laki-laki nya bertengkar. Sesampainya dirumah, Keiden menemui Clarissa yang ternyata sedang tidur siang. Pria itu tersenyum menatap sang istri lalu membuka baju nya dan ikut tertidur memeluk Clarissa dari belakang. “Aku mencintai mu.” Ucap Keiden. Hingga malam hari nya, selesai makan malam Keiden mengecek kembali email yang berisikan tentang penyelesaian masalah didalam perusahaan nya semenjak lima tahun lalu. Entah mengapa setiap ada malah muncul beberapa minggu sebelum Keiden sempat menyelesaikan nya, masalah nya akan terkendali kembali dan bahkan menghilang. Saat dibuka, Keiden terperangah ketika melihat halaman per halaman laporan tersebut. Terkejut nya ia ketika melihat nama dan foto sang kakak Kenzo berada disana. “Apa ini?” Ujar Keiden kembali membaca ulang. Tak disangka bahwa selama ini, kakak tiri nya yang menyebalkan itulah yang membantu nya dari belakang layar perusahaan. “Tapi kenapa dia melakukan ini?” Ujar Keiden. Keiden jadi ingat dirinya yang pernah menemukan sebuah buku catatan sang kakak dahulu. Pria itu membongkar beberapa laci meja kerja nya bahkan rak buku di rumah nya hingga berhasil menemukan nya. Keiden tanpa ragu membuka buku tersebut dan membaca semua isi nya, yang ternyata adalah semua curhatan sang kakak selama beberapa tahun silam. Dimana pria itu merasa bahwa keluarga angkat nya seperti nya tidak menerima nya dengan baik, dengan pembuktian bahwa Kenzo sudah dikirim ke Amerika sejak usia dini. Bahkan pria itu tidak diizinkan untuk masuk kedalam perusahaan. “Ya Tuhan.” Ujar Keiden. Keiden memegang kepalanya, ketika ia membaca isi hati sang kakak selama ini lewat tulisan. Adik yang tidak pernah menganggap nya sebagai kakak, penyesalan diri pria itu yang terlalu overprotektif dalam menjaga sang adik hingga melarang nya ini dan itu. Menyebabkan Keiden kehilangan rasa cinta nya kepada sang kakak. “Astaga.” Ucap Keiden sembari menutup mulut nya. Keiden jadi mengingat bahwa sang kakak sering sekali mencari perhatian pada nya selama ini, tapi pria itu malah menganggap sang kakak sebagai penganggu dan perusak perusahaan. Keiden menghela napas nya dan mencoba menghubungi Kenzo, tak menjawab panggilan Keiden mengalihkan panggilan tersebut pada asisten sang kakak. “Dimana Kenzo?” Tanya Keiden tanpa basa-basi setelah telepon tersambung. “Kenzo berangkat sepuluh menit yang lalu, aku akan menyusul nya besok karena masih banyak barang nya yang harus dibawa kembali kesana.” Ujar asisten Kenzo. “Banyak barang?” Tanya Keiden. “Iya, kemarin saat pulang kemari dia bilang mau menetap disini untuk selamanya. Tapi, kemari mendadak menyuruhnya kembali tiket pesawat. Katanya ia akan kembali saja ke Amerika dan menetap disana.” Ujar asisten Kenzo membuat Keiden meneteskan airmata nya. “Dasar kakak yang bodoh!” Umpat Keiden. “Dia berangkat di jam segini?” Tanya Keiden kembali. “Iya, dia bahkan tidak mencharge ponsel nya dan langsung ikut penerbangan jam satu pagi.” Ujar asisten Kenzo kembali. Keiden mengangguk dan berterimakasih, lalu mematikan panggilan nya. Dengan segera Keiden mengambil jaket nya dan mencium sang istri yang seperti sedang sangat mengantuk. “Aku harus pergi Clarissa, akan aku jelaskan masalah ini setelah kembali.” Ucap Keiden pada sang istri yang mengangguk setuju. “Hati-hati Keiden!” Ujar Clarissa berteriak dari dalam kamar nya. Clarissa cukup khawatir dengan sang suami yang pergi dengan terburu-buru, dalam hati nya etis mendoakan semoga hal baik yang akan datang. Diperjalan, Keiden melihat jam di tangan nya keberangkatan nya masih cukup lama. Kenzo masih pria yang seperti dulu, yang selalu memedulikan waktu. Hingga akhir nya Keiden sampai di bandara, matanya memicing kekanan dan kekiri bahkan kesegala penjuru arah. “Dimana dia?!” Kesal Keiden takut tidak bisa menemukan sang kakak. Keiden memilih ke tempat dimana ia bisa memanggil sang kakak dengan keras. “Pusat informasi.” Ujar Keiden berlari kesana. Keiden meminta petugas disana untuk mengumumkan perihal pemanggilan sang kakak kemari. Tetapi ia memiliki ide yang lebuh bagus seperti nya dari itu. “Kenzo, aku Keiden adik mu.” Ujar Keiden setelah berhasil memohon pada petugas disana. “Kemari dan batalkan penerbangan mu, aku adikmu yang bodoh ini menunggu di pusat informasi.” Ujar Keiden lewat microfon yang biasa dibuat untuk mengumumkan pesawat terbang. “Aku minta maaf, atas sikap ku selama ini padamu. Kembalilah dan menetap disini selamanya.” Ucap Keiden di akhir kalimat nya. Melirik pintu keluar yang tidak ada tanda tanda orang menunggu, Keiden menghela napas nya. “Mungkin saja aku sudah terlambat.” Ujar Keiden sembari melihat jam di tangan nya. Keiden menunduk lesu keluar dari pusat informasi. “Apa kamu betulan menyuruh ku untuk tetap tinggal?” Tanya seseroang dari hadapan nya yang tak lain adalah Kenzo. “Kakak!” Ujar Keiden membuat Keiden menaikan satu alisnya kebingungan. “Barusan kamu panggil aku kakak?” Tanya Kenzo dengan muka menyebalkan nya seperti biasa. Sedangkan Keiden langsung memeluk Kenzo dengan erat hingga sang kakak kesulitan untuk bernapas. “Apa kamu ingin membunuhmu setelah berhasil meminta maaf?” Tanya Kenzo. “Kakak memaafkan ku semudah itu?” Tanya Keiden melepas pelukan nya. Kenzo mengangguk. “Aku orang simpel dan gak orang ribet.” Ujar Kenzo membuat Keiden tersenyum lebar dan kembali memeluk sang kakak. Tetapi untuk kali ini mereka saling berpelukan dengan erat. “Terimakasih karena sudah bertahan selama ini dengan sikap ku dan tetap memilih menjadi kakak ku, kak Kenzo.” Ucap Keiden yang diangguki Kenzo kala itu. TAMAT Terimakasih karena telah membaca cerita ini sampai akhir, semoga kalian terhibur sampai akhir!
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD