Bab.6a (season 4)

1107 Words
Setelah selesai berjalan jalan, tangan pemuda tersebut menawari Clarissa untuk membantu nya segera turun dari kuda. Keiden merasa sebal melihat nya namun tetap diam, walau baru saja bermesraan. "Sedang apa kamu?" Tanya Clarisa yang melihat suami nya tak kunjung turun dari kuda. Clarissa menggeleng. "Oh, udah selesai ya." Ujar Keiden yang di bantu turun juga oleh pemuda tersebut. Tak lupa Keiden mengeluarkan dompet nya untuk memberikan tip pada pemuda tersebut sebanyak empat lembar seratus ribuan. "Terimakasih pak-bu, saya kembali dulu." Ujar pemuda tersebut pada mereka, ternyata ke khawatirkan Keiden hanya sampai sini. Pemuda tersebut sama sekali tak berusaha untuk menggoda istri cantik nya itu. "Untunglah." Ujar Keiden seraya menggenggam tangan Clarissa. Clarisa menanyakan apa yang membuat Keiden untung ketika mendengar gumaman pria tersebut. "Untung kamu masih ada di sisi ku." Ujar Keiden pada Clarissa yang mengangguk saja. Malam ini mereka memutuskan untuk barbekyu di halaman penginapan, karena entah kenapa Clarissa sedang menginginkan nya dan kata wanita tersebut harus segera di turuti kalau tidak dirinya mungkin akan sakit lagi. Keiden merasa curiga dengan ucapan Clarissa namun di turuti nya seperti biasa kemauan sang istri. "Jangan marah ya." Ujar clarisa yang di angguki sang suami kala itu. "Aku tiduran sebentar ya, punggung ku pegal rasanya." Ujar Clarissa sedangkan Keiden mengangguk dan mencoba melihat ke arah tempat berbekyu depan sana. "Aku akan siapkan lebih dahulu peralatan nya, sedangkan kamu lebih baik istirahat dulu. Aku juga harus cari daging sebentar di luar, aku akan beli di restaurant saja mentah nya." Ujar Keiden yang di angguki Clarissa. "Eh, mas Keiden jangan lama lama ya. Aku gak bisa di tinggal sebentar saja. Aku bisa kangen sama kamu, kalau gak sakit aku pasti ikut kamu deh." Ujar Clarissa membuat Keiden tertawa kecil. Clarissa merasa sedih ketika Keiden nampak meninggalkan nya sendirian, walau suami nya itu pergi dalam rangka menyenangkan diri nya. Tetapi tetap saja rasanya gimana gitu. Kangen terus bawaan nya, padahal sudah punya anak satu. "Baca buku puisi lagi aja deh." Ujar Clarissa seraya mengambil sebuah buku yang berisikan banyak puisi cinta dan lain hal nya dalam kehidupan 'Tiada ruang yang dapat kamu sebrangi Tak ada waktu dimana kami dapat temui Akan kita bisa menjadi satu kembali Tak mudah bagiku untuk menatakan inti Kamu bukan orang biasa Seperti sajak pada puisi cinta Berisikan karangan kisah kita semua Sehingga ingin pernah cinta itu ada Kau bagai malaikat tanpa sayap untuk ku Bahkan jiwa mu tak lagi dengan ku Kamu terlihat yang terbaik bagi ku Namun terasa bahwa kau bukan untuk ku "Clarissa!" Panggil Keiden membuat sang istri menoleh pada nya dan segera menutup buku puisi nya itu membuat Keiden sedikit curiga. "Kamu baru saja ngapain hayo?" Tanya Keiden pada istrinya itu. Clarissa tersenyum dan menujukan buku puisi yang baru ia baca itu. "Tentang apalagi kali ini yang kamu baca sayang?" Tanya Keiden "Puisi cinta, memang nya kenapa?" Tanya Clarissa "Enggak papa, kamu hanya terlihat nampak sangat fokus ketika membaca puisi. Padahal baru akhir akhir ini kamu membeli novel tersebut bukan, sekalian untuk menemani mu dirumah selagi aku tidak ada. Iya kan?" Ujar Keiden yang di angguki oleh Clarissa. Kedien menghembuskan napas nya, merasa aneh dengan sikap sang istri yang mulai melankolis seperti pertama kali wanita itu hamil saja. Tapi gak mungkin Clarissa hamil secepat itu, padahal mereka baru melakukan nya dua kali tapi keluar nya sih berkali kali. "Tapi masa secepat itu?" Gumam Keiden Keiden menggeleng. "Bisa sih cepat, apa aku periksa aja ya diem-diem. Kalau Clarissa sudah pasti menolak nya dan tidak percaya pada ucapan nya itu. "Baiklah, aku akan membuktikan nya dan membeli alat pengecek kehamilan diam diam." Ucap Keiden. "Tetapi kalau Clarissa hamil, aku gak bisa anuan sama dia dong. Bisa sih, tapi ya gitu." Gumam Keiden dengan pemikiran nya sendiri saat itu. Bisa saja sebetul nya, tapi Keiden harus bermain perlahan tapi pasti saat tengah melakukan hal tersebut. "Ya ampun aku mikir apa, harusnya seneng dong kalau punya anak lagi Keiden." Ucap Keiden pada dirinya sendiri. Keiden mulai menyiapkan daging dan piring juga beberapa saos yang ia sempat beli juga. Beberapa sambal juga ia racik sendiri sesuai ke sukaan dirinya dan Clarissa. "Bagaimana rasanya apa enak?" Tanya Keiden seraya menghampiri istrinya itu. "Hm, enak!" Ucap Clarissa pada sang suami. Keiden tersenyum dan mencium pipi Clarissa lalu kembali lagi ke dapur untuk bersiap lagi. "Potong daging nya besar apa kecil ya?" Tanya Keiden. Keiden bertanya pada Clarissa tentang daging yang ingin di potong kecil atau besar-besar dan jawaban wanita tersebut adalah kecil-kecil. "Punya aku kamu mau nya yang besar sayang." Gumam Keiden seraya tertawa kecil. Clarissa dengan wajah memerah nya menahan senyum, kalau punya Keiden kan beda karena ada sensasi tersendiri. "Kan sama sama di masukan ke mulut." Ujar Keiden membuat Clarissa melebarkan mata nya. "Kamu lama lama ngomong nya jorok ya, gak bisa sama sekali di ayak ya sayang." Ujar Clarissa yang di balas tertawaan oleh Keiden. "Sayang aku mau kamu nyanyi malam ini dong, walau gak ada gitar tapi aku pengen dengar kamu bernyanyi untuk ku." Ujar Clarissa yang Keiden anggap seperti nya wanita itu sedang nyidam suara nya dan Keiden sebagai suami yang baik akan melakukan nya dengan sepenuh hati. Selesai bersiap Keiden akhirnya menggendong sang istri keluar. "Aku gak bisa bakar daging dong kalau kamu terus mau di pangku sama aku clarisa" ujar Keiden pada Clarissa yang memanyunkan bibir tapi akhirnya berdiri juga duduk di sebelah pria tersebut. Setelah memasak Keiden akhirnya menyuapi sang istri untuk makan daging sedikit demi sedikit. "Kamu gak mual lagi, ah maksud ku merasa mual atau pusing atau sakit mungkin?" Ujar kedien membuat Clarissa menggeleng. "Sampai sekarang sih belum merasa sakit, dan aku gak mau lagi. Cuma pinggang sama punggung nya aja." Ujar Clarissa membuat Keiden segera berinisiatif memijat pundah sang istri. "Enak sayang, makasih ya." Ujar Clarissa sedangkan Keiden malah ikut berterimakasih karena selama ini wanita nya suka sekali memijat nya sebelum tidur yang baru saja pulang dari kantor karena merasa kelelahan. "Itukan emang udah tugas aku tahu." Ujar Clarissa kepada suami tercinta nya itu. "Jangan melakukan hal aneh, tangan mu sekarang menuju kemana Keiden?" Tanya Clarissa ketika Keiden seperti nya mulai memijat ke bagian tubuh nya yang lain. "Cium dulu, aku butuh energi nih." Ujar Keiden pada Clarissa yang setelah itu langsung memberikan ciuman panas kepada sang suami sampai Keiden terlihat kehabisan napas dan mulai ingin menyerang sang istri di luar sana. "Kamu kam janji mau nyanyi dulu!" Ujar Clarissa yang di angguki oleh Keiden pada akhirnya. "Baiklah, kamu mau aku nyanyi apa sekarang?" Tanya Keiden pada clarisa yang kini tengah berfikir keras sekali, kira kira lagu apa yang harus suami nya itu nyanyikan untuk nya. "Apa ya sayang....?" Gumam Keiden menggoda sang istri saat itu yang wajah nya memerah.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD