Bab.8a (season 4)

2053 Words
Beberapa waktu kemudian Brak! Suara pintu tertutup kencang bersamaan dengan helaan kesal nafas Nala 'Bagaimana bisa ubur-ubur genit itu mendobrak pintu calon suami saya?, lagi pula dia siapa berani melakukan hal itu di hadapan saya?' Nala hanya bisa menahan kekesalannya Kesal dengan kehadiran ubur-ubur genit, dan juga merasa paling terkhianati Lebih tepatnya Nala yang merasa terluka harga dirinya karena Ray lebih memilih Queen di bandingkan dirinya Dengan kesal ia mengepalkan tangan di depan pintu, berharap dapat mencakar wajah Queen yang sebelumnya memasang ekspresi mengejek padanya 'Apa anak zaman sekarang tidak diajari sopan santu?Belum lagi Ray yang lebih memilih dokter genit itu, apa dia tidak bisa melihat dengan jelas wajah licik menyebalkan itu?' Ceklek! Suara pintu terbuka Tapi kali ini bukan pintu apartemen Ray, tetapi milik tetangga apartemen Ray Padahal yang Nala harapkan adalah Ray yang menyesal karena menyuruhnya pergi dan memintanya untuk kembali lagi 'Ternyata tidak' Kesal Nala "Saya tertinggal pesawat, bagaimanapun saya harus menemukan tiket untuk penerbangan besok pagi" Ucap tetangga Ray yang berhasil membuat otak kecil Nala memunculkan beberapa ide untuk misi pengejaran cinta Karena Nala tidak akan melepaskan Ray begitu saja 'Nala, kamu memang orang yang cerdas' puji nala kepada dirinya sendiri Dan dengan tawa penuh kemenanganya Nala membayangkan wajah Queen yang kesal karena ia berhasil mendapatkan Ray "Lihat saja, akan ku tunjukkan siapa yang akan mendapatkan Ray" Gumam kesal Nala sebelum pergi malaukan rencananya . . Esok hari Ray memaksa membuka matanya, seharusnya bubur yang sudah dibuat nala tadi malam berhasil menurunkan demam nya Tapi baru saja Ray membuka mata, ia mulai teringat dengan pesan yang ia kirim saat Nala pergi "Apakah dia sudah menjawab pesan saya?" Karena selama tadi malam Ray yltidak mendapat jawaban apapun dari Nala Ray mengambil telpon genggam nya mengecek apakah Nala sudah membalas pesan nya "Kenapa dia tidak menjawab?, apakah dia sampai rumah dengan selamat?" Ray hanya bisa mencoba menghubungi Nala Karena jika bukan karena berusaha membuat nala untuk tidak mendegar kisah masalalunya dari Queen dan menjaga pesan sahabatnya, Ray mungkin juga tidak akan menyuruh Nala untuk pulang Atau jika ia bisa menyuruh Queen pulang lebih cepat, mungkin ia bisa diam-diam mengwasi nala yang pulang kerumahnya Karena akhir-akhit ini terjadi banyak hal yang berbahaya di dekat daerah tempat tinggalnya, terutama di malam hari "Tidak diangkat?" Berkali-kali Ray mengecek hp nya, yang terus tidak mendapat jawaban dari Nala Ray pun langsung bangun dari tidur nya dan pergi ke ruang ganti baju, bersiap untuk pergi ke rumah Nala 'Sehatusnya ia tak apa'batin key berusaha memastikan Setidaknya rasa paniknya harus hilang sebelum dia bisa berfikir jernih Ting~tong~ Suara bel berbunyi Membuat Ray mengerutkan keningnya, 'Siapa yang datang di pagi buta seperti ini?' pikir key Ray yang sudah bersiap untuk pergi ke rumah Nala pun berjalan menuju pintu, sekalian ingin melihat siapa tamu Ceklek! Suara pintu terbuka bersaman dengan munculnya wajah yang di khawatirkan Ray Tapa sadar Ray langsung memeluk erat Nala sambil mengelus rambut nala yang memiliki harum strawberry "Syukurlah" Ucap Ray Nala yang tidak pernah telat menjawab pesan nya, dan sering mengiriminya pesan walaupun terkadang isi nya hanya sebuah godaan, membuat Ray khawatir setengah mati karena tidak mendapat jawaban dari tadi malam "Pak Ray?" Nala yang sebelumnya terkejut dan heran dengan sikap aneh Ray, akhirnya dapat mengambil kesempatan 'Menyelam sambil minum air' gurau batinnya Nala membuatnya tersenyum penuh arti Secara kapan lagi Ray akan memeluknya, dan lebih anehnya kali ini ray yang bertindak ,bukan dia Nala pun langsung mengeratkan dirinya masuk kedalam pelukan Ray "Besok kita ke kua ya pak" Ucap nala yang langsung membuat Ray sadar akan apa yang ia lakukan Ray pun langsung melepas pelukan itu secara sepihak, dan berhasil membuat Nala menunjukan ekspresi kecewa "Bapak kalau suka sama saya, bilang aja, karena saya juga suka bapak" Jelas Nala sambil memberikan tatapan menggoda ke arah Ray "Saya tidak suka kamu, saya cuma khawatir" Kali ini Ray menjelaskan alasan yang sesunggungnya "Khawatir itu tabdanya peduli, peduli itu yandanya cibta, berarti bapak cinta saya" Simpul Nala sambil tersenyum manis ke arah Ray Sedangkan Ray hanya bisa mencari jawaban lain, untuk membuat Nala berhenti mengatakan tentang percintaan "Saya khawatir kalau nanti saya di minta menjadi saksi kalau kamu kenapa-kenapa, hal itu bisa menghambat pekerjaan saya di kantor, merepotkan" Ucap key yang hanya mendapat anggukan malas dari Nala Walaupun Ray terus mengelak, tapi Nala yakin kalau Ray pasti menyukainya Yang tanpa sadar mengisi kembali semangat Nala yang sempat hilang "Tapi bagaimana kamu bisa berada disini?, ini masih terlalu pagi" Tanya Ray yang berhasil membuat Nala melirikan mata nya ke arah lain, berusaha mengingat alasan yang sudah dia buat semalaman "Teman saya ternyata tinggal di sebelah apartemen bapak, dan saat kita bertemu dia meminta saya untuk menjaga anjingnya, dan karena saya orang baik hati yang tidak bisa menolak teurutama ajakan menikah bapak, jadi saya setuju" Ucap nala yang diakhiri dengan senyuman manis nya, lebih tepatnya senyuman setelah melakukan kebohongan "Jadi kamu tinggal di samping apartemen saya?" Nala langsung mengangguk mengiyakan 'Yaiyalah, tidak aman jika dia berada berjauhan denga Ray di kondisi perang seperti saat ini' Lagi pula siapa yang bisa mengehentikan seorang nala Karena pada malam Ray mengusirnya ia pergi menghampiri tetangga Ray untuk membuat perjanjian kerahasiaan Dimana Nala memberikannya tiket penerbangan ke LA kelas satu yang hanya bisa didapatkan dengan link yang dimiliki keluarga Nala, dan sebuah cek yang cukup membuat orang tidak bisa menolaknya Dan kali ini, ia tak akan membenci di lahirkan dengan sendok emas "Terus bapak mau kemana pakai jaket dan sandal tapi masih pakai baju tidur seperti ini?" Tanya Nala heran 'Apakah mode fashion berubah lagi?'pikir nala Yang berhasil membuat Ray menjadi gugup dan seketika kecerdasan nya untuk membuat alasan sedikit terhambat "Oh.. pasti mau ke taman bawah ya?, saya juga gitu kok pak, apalagi kalau lagi sakit pasti bosen di kamar terus" Ucap Nala yang tanpa sadar dapat membantu Ray untuk menutupi alasan sebenarnya mengapa Ray bersiap pergi di pagi buta ini Ray hanya bisa membenarkan ucapan nala sambil mengangguk "Bapak belum sarapan kan?" Tanya Nala sambil menunjukan sesuatu yang ada di tangan nya Dan sebelum Ray menjawab pun Nala langsung masuk ke dalam rumah Ray Karena pada dasarnya Ray juga pasti tidak bisa menolak segala ucapan Nala Tidak, tapi lebih tepatnya Nala yang tidak akan pernah menerima penolakan . . Meja makan Nala melihat sekitar, lebih tepat nya dia ingin melihat sisa-sisa keberadaan ubur-ubur centil itu Memastikan apa saja yang di lakukan ubur-ubur genit itu di rumah calon suaminya Karena tempat kejadian, adalah bukti yang sedang berbicara "Apa ada yang kamu cari?" Tanya Ray setelah melihat tingkah aneh Nala yang hanya dijawab dengan gelengan senyum manis ala Nala "Tidak apa-apa pak" Jawab Nala yang seharusnya saat ini yakin bahwa si ubur-ubur itu belum beraksi seperti yang dia pikir "Sarapan?" Tanya Ray sambil memberikan semangkuk bubur ke arah Nala Membuat nala tidak dapat menahan senyumnya Karena mungkin kehaluannya mulai terasa nyata, dimana Ray yang akan menjadi suaminya Sehingga ia bisa sarapan bersama seperti ini setiap hari "Maksih pak" Tanpa menunggu lama Nala langsung menghabiskan bubur masakanya yang dituangkan oleh Ray untunya nya Yang ntah mengapa rasanya menjadi lebih enak dari masakanya yang lain Dan tak sampai 5 menit untuk membuat piring di hadapan Nala benar-benar habis, Nala pun menggunakan waktunya untuk kenbali memandangi wajah key "Sudah mau masuk jam kerja, apa kamu tidak bersiap-siap pergi ke kantor?" 'Kerja?kantor?, s**t!' Nala langsung mengcek tanggal di hp nya Yang ternyata masih merupakan hari masuk kerja Ting~tong Bersamaan dengan suara bel berbunyi Membuat perasaan Nala ntah mengapa merasa sesuatu yang buruk akan terjafi Dia mendengar bau-bau penikungan disini Ada yang berusaha mengambil wilayah kekuasaan nya-pikir nala "Jangan sampai..." . . . Clarissa menatap nanar sang suami yang sampai saat ini malah terlihat menyebalkan karena menggantung cerita nya. “Kamu berusaha memancing kemarahan ku ya?” Tanya Clarissa seraya menyipitkan mata. Keiden menggeleng lalu mengangguk kembali untuk kedua kali nya. “Menjahili mu adalah hobi ku sedari dahulu, sudah menjadi kebiasaan dalam hari hari sepi ku sayang.” Ucap Keiden menggoda sang istri yang hampir saja ingin naik darah tetapi di tahan nya saat itu, ia butuh kelanjutan cerita dari sang suami tercinta. “Kapan kamu akan menceritakan nya lagi?” Tanya Clarissa. “Sampai kamu jinak sama aku, perhatiin aku lagi. Toh, aku juga udah merasa capek nih. Aku mau pergi tidur dulu, tidak apa-apa kan?” Tanya Keiden yang seperti nya dia telah berhasil mengambil alih menjadi pihak pertama dari permasalahan mereka. “Seperti nya kepala ku pusing, kalau ada yang pijetin mungkin aku bisa sembuh dan kembali bercerita.” Gumam Keiden sengaja di besar-besarkannya. Clarissa dengan polos nya langsung menghampiri sang suami dan memijat pelipis Keiden saat itu juga. “Ah, sakit ih.” Ucap Keiden membuat Clarissa memelankan pijatan nya itu, ia memang sengaja kencang karena merasa sedikit hanya sedikit kesal saja kepada sang suami yang suka seklai mengerjai diri nya. “Mau ngapain kamu?” Tanya Clarissa saat melihat sang suami memanyunkan bibir tepat di hadapan nya itu. Clarissa menggeleng. “Minum, aku haus banget nih secara mendadak.” Ucap Clarissa membuat Keiden mengaga dan membiarkan sang istri pergi meninggalkan nya sendirian kala itu. Padahal sebentar lagi Keiden akan mendapat ciuman mesra dari sang istri, karena sudah lama sekali mereka tidak bersenda gurau. “Keiden!” Panggil Clarissa ketika melihat galon di penginapan mereka telah habis, kenapa lelaki itu bisa sampai lupa dengan apa yang ia katakan dua hari lali untuk Menyetok galon baru agar tidak tergesa gesa seperti saat ini. Keiden menghela napas dan baru sadar akan hal perihal galon tersebut, Duh Keiden ga seharusnya bikin sang istri marah. Padahal malam ini mau minta jatah, tapi malah dapat omelan dari sang istri. “Kamu mau kemana?” Tanya Keiden pada Clarissa yang memakai kardigan di hadapan nya. “Pesan galon sekalian beli cemilan di depan.” Ujar Clarissa membuat Keiden menelan salivanya sendiri melihat sang istri yang semakin galak saja rasa nya. “Kalau begitu aku boleh ikut?” Tanya Keiden tak mau sang istri sendirian dan malah kembali di gebet cowok lain kayak waktu itu. Istrinya terlalu cantik untuk di biarkan keluar sendiri, belum lagi bodi nya itu yang super seksi walau dari luar terlihat tertutup karena sudah Keiden bilang pada Clarissa kalau dirinya harus melakukan hal itu karena wanita itu sudah bersuami dan menjadi seorang istri dari sesosok pria yang mana adalah dirinya Keiden sendiri. Clarissa, untungnya wanita itu penurut kalau sekira nya alasan nya jelas dan memang baik untuk di laksanakan. “Sayang aku ikut ya?” Ujar Keiden yang di angguki Clarissa pada akkhirnya Keiden tersenyum dan memakan kembali kaos nya, pria itu berjalan di samping sang istri layak nya pengawal yang memang tengah menjaga tuan putri. Atau mungkin raja yang tengah mendampingi ratu nya, Keiden terlihat tersenyum manis saat membayangkan itu. “Aku aja yang pesan galon di dalam, kamu tunggu disini. Duduk yang anteng jangan kemana mana, apapun yang terjadi jangan kemana mana loh.” Ujar Keiden yang memperingati sang istri untuk tidak berjalan kesana kemari yang akan menimbulkan kehilangan wanita itu. “Jangan sampai saja!” Ujar Keiden memperingati sebelum masuk kedalam sendirian. Clarissa menoleh kekanan dan ke kiri tahu kalau dirinya tidak bawa ponsel dan tidak bisa melakukan apapun dan hanya melihat pemandangan di dekat nya saja. “Gimana cara nya supaya aku bisa dengar cerita dari mas Keiden ya?” Pikir Clarissa yang sudah terlanjut jatuh cinta pada karangan Keiden. Bagaimana juga jika ia menyuruh Keiden membuat novel nya sehingga wanita itu bisa membaca nya dengan sangat jelas. “Tapi gimana caranya, ini.” Pikir Clarissa sampai dimana tangan Keiden menarik nya untuk kembali ke tempat. Tak sadar bengong Clarissa sudah berada cukup jauh dari rastaurant tempat mereka memesan galon air. “Kamu ya aku sudah bilang jangan pergi-pergi.” Ucap Keiden membuat Clarissa terdiam, ia juga tidak sadar kenapa bisa sampai ke tempat yang jauh begitu. Rasanya otak nya hanya berputar kesana dan kemari saja tanpa memikirkan apapun lagi. “Sudah hampir lima hari kita tidak melakukan nya, apa malam ini mau?” Tanya Keiden secara random ketika melihat kedua pasangan di dekat mereka saling berciumann. “Melakukan hal apa?” Tanya claeissa pura pura tidak tahu membuat Keiden memejamkan matanya sebelum menujukan kedua pasangan yang sedang haus akan gairah di pinggir pantai dekat bebatuan besar. “Seperti mereka.” Ucap Keiden seraya melihat kedua insan tengah memadu kasih di sana tanpa rasa malu, sedangkan Clarissa hanya terlihat menelan saliva saja.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD