Prolog

707 Words
"Istriku sedang tidur, dia nggak akan tahu kalau aku menemui kamu di sini, Sayang." Erick baru saja hendak keluar dari water villa yang menjadi tempat pelariannya beberapa hari ini. Namun, ucapan pria di depan villanya membuat Erick mau tidak mau sedikit tertegun dan batal membuka pintu lebar-lebar. "Tapi gimana kalau dia tiba-tiba bangun dan nyariin kamu?" "Aku jamin dia nggak bakalan nyariin aku. Kita akan selesai sebelum dia bangun. Ayolah, satu ronde saja." Erick menggeleng. Ternyata dunia memang sudah edan. Ada yang berani selingkuh bahkan saat sedang bersama istrinya ke tempat ini? Pria gila macam apa yang senekat itu? "Ya sudah, ayo!" Saat sudah yakin pasangan selingkuh itu menyingkir dari depan villanya, Erick akhirnya membuka pintu. Ternyata, pasangan m***m itu hanya berjarak beberapa meter di hadapannya, lalu berbelok ke vila yang berada persis di sebelah villa Erick. Apa mereka tidak sadar sudah berbicara terlalu nyaring? Oh, apa mereka pikir tidak akan ada orang Indonesia yang berada di sini dan mengerti bahasa mereka? Cih, bodoh sekali jika berpikir seperti itu. Saat mereka berbelok, Erick melihat wajah sang pria dan mendadak merasa familier. Namun, karena tidak ingin terlalu repot mengurusi urusan orang lain, ia pun akhirnya memutuskan untuk tidak peduli. Erick menapaki kakinya di atas jembatan kayu yang menjadi jalan di water villa sambil menikmati tiupan angin sepoi-sepoi serta sengatan matahari pukul sebelas siang. Memang hanya manusia patah hati yang mau berjalan di bawah terik matahari pukul sebelas siang seperti ini. Contohnya dirinya sendiri. Erick tidak bisa menyangkal bahwa dirinya memang sedang patah hati. Minggu lalu Davina menolaknya. Ya, sebenarnya bukan salah gadis itu juga. Dia kan sudah punya suami, meskipun kini rumah tangga mereka sedang kacau. Erick lah yang harusnya mampu mengontrol diri. Mengapa pula sejak awal ia malah nekat menyukai gadis itu. Apa karena tatapan sedih yang tersorot di mata Davina saat pertama kali Erick melihatnya dulu? Ataukah karena sikap tenang gadis itu yang membuatnya merasa nyaman jika berada di dekatnya? Erick menghela napas. Ia teringat pada pesan Davina semalam yang menanyakan kabarnya. Ia jadi bertanya-tanya apakah balasannya semalam cukup kasar dan menyinggung Davina? Semalam ia meminta gadis itu untuk sementara waktu berhenti menanyakan kabarnya. Ia butuh waktu sendirian untuk memenangkan hati. Karena balasannya itu, Davina hanya membalas dengan pesan singkat dan tidak bertanya apa pun lagi. Maaf. Akibat satu kata itu, Erick jadi gelisah sendiri. Rasanya ia ingin kembali menghubungi Davina dan meminta maaf karena sudah bersikap agak kasar. Tapi ia mencoba menahan diri. Erick khawatir jika kali ini ia tidak mampu menahan diri, maka usahanya untuk move on akan sia-sia. Tanpa sadar Erick terus melangkah menuju ke arah daratan. Ia melangkah tanpa tujuan, hanya membiarkan kakinya bergerak sementara pikirannya sibuk berdebat. Lalu, tiba-tiba saat melewati sebuah Villa, langkah kakinya terhenti ketika berpapasan dengan seorang perempuan. Bukan perempuan asing, namun perempuan yang cukup dikenalnya. "Kaluna?" tanpa sadar, bibir Erick langsung menyebutkan nama itu. Perempuan bernama Kaluna yang ada di hadapannya seketika memasang wajah masam. Ia baru saja keluar dari villanya. "Dari sekian banyak hari bahagiaku, kenapa aku harus bertemu kamu saat ini sih?" ujarnya ketus. "Kamu benar-benar merusak bulan maduku." Setelah mengatakan itu, Kaluna langsung berbalik dan melangkah mendahului Erick menuju ke gathering, bangunan besar yang berada di tengah kompleks water villa. Mendengar kata bulan madu di dalam kalimat Kaluna, Erick seketika teringat dengan pria yang berselingkuh di sebelah villanya tadi. Wajar saja paras pria itu terasa familier. Pria itu adalah Reyza Wijatmoko, suami Kaluna, sekaligus calon walikota termuda yang sebentar lagi mencalonkan diri dalam pemilihan umum. "Kaluna!" Erick seketika mengejarnya. Ia harus memberitahukan hal ini. Akan tetapi, bukannya berhenti, Kaluna malah melangkah semakin cepat. "Hey, tunggu!" Erick berhasil menjajari perempuan itu. "Ada apa sih? Please jangan rusak bulan maduku. Sekarang aku sudah punya suami tampan, baik hati, dan--" "Tukang selingkuh," potong Erick. "Brengs*k! Jangan bicara sembarangan kamu," maki Kaluna marah. "Nggak cukup kah dulu--" "Aku serius, Kaluna," potong Erick lagi. "Tadi aku melihat suamimu masuk ke sebuah villa bersama perempuan lain." "Jangan bercanda. Selera humormu sekarang semakin menurun ya," sindir Kaluna sinis. "Kamu sendiri tahu aku nggak suka candaan yang seperti ini," balas Erick tenang. "Villa nomor tiga belas. Silakan periksa kalau kamu nggak percaya." Setelah mengatakan itu, Erick segera berlalu dari sana. Ia sudah memberitahu yang sebenarnya. Sekarang Kaluna bebas membuat pilihannya sendiri. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD