Setelah memakan waktu hampir dua setengah jam, aku menapakkan kaki di depan Candi Bajang Ratu, sesuai permintaan Pak Yuno pagi tadi.
Bentar, update sg dulu.
Dilihat-lihat, bangunannya besar.
CUMAN ITU YANG BISA KU LAPORKAN KEPADA PAK YUNO?!
Tidak, tidak bisa begitu. Aku segera mencari juru kunci bangunan di depanku ini.
Namun entah mengapa aku tidak menemukan orang yang bisa kujadikan subjek untuk wawancara tentang bangunan ini.
Aku melihat keluarga yang berkumpul, anak-anak yang berlarian kesana kemari, pemuda pemudi yang bersama, dan banyak hal lagi. Aku tersenyum kecil.
Lalu kembali mengalihkan pandanganku kepada bangunan megah di depanku.
Apa coba masuk ke dalamnya ya?
Aku melangkahkan kakiku dan memasuki candi tersebut. karena ada bagian atapnya, di dalam sini lumayan sejuk. Namun, berdebu.
Sepertinya aku melewatkan sesuatu tapi tadi apa ya?
"HA"
"HA"
Aku mulai siap-siap untuk bersin. Namun tidak jadi.
"HA"
"HA"
"HAH"
Aku lagi-lagi ingin bersin. Tapi gagal.
"AH-CHOO"
Memang ya, yang tidak terencana itu biasanya berhasil.
Tiba-tiba kepalaku pusing dan terasa sangat sakit sehingga membuatku berpegangan dengan candi tersebut agar tidak terjatuh.
Anemia ku kambuh.
Aku segera merogoh ke dalam tas dan mengambil pouch make up yang didalamnya juga terdapat obat-obatan.
Satu pil? Kurasa cukup.
Aku langsung melahapnya tanpa minuman sama sekali. Mungkin karena sudah terbiasa menghadapi keadaan genting begini.
Setelah merasa baikan, aku melanjutkan langkah kakiku. Tepat ketika aku sampai di ujung lorong, aku mendapati tanah kosong, sepi. Tidak ada pengunjung.
Aku membalikkan badan untuk keluar dari tempatku masuk tadi, masih sambil mencari juru kuncinya. Aku masih menuruni tangga, namun seperti ada yang hilang. Tadi seperti ada sesuatu di sini. Yah, mungkin disingkirikan.
Mama kok ga bales chat ku ya? Papa juga?
Aku lalu kembali membuka gawai ku dan membuka chat terakhir dengan mama. Ketika aku mencoba mengirim pesan baru, pesan itu tidak terkirim.
Ah, tidak ada jaringan.
Tunggu, tadi kan aku baru saja berhasil membuat snapgram?
Lalu aku memutuskan memasukkan gawaiku kedalam kantong dan jalan dengan pandangan ke depan. Suasananya di sini masih cukup ramai. Banyak orang berlalu lalang, mengangkat gegabah, bekerja-sama di sawah.
Pakaian mereka juga cukup nyentrik. Yang laki-laki tidak menggunakan atasan, yang perempuan memakai jarik.
"?????"
Anak kecil yang tadi berkeliaran, hilang.
Sepasang pemuda pemudi tadi, menghilang.
Bahkan aku tidak menemukan mobilku di parkiran.
BAHKAN AKU TIDAK MENEMUKAN MOBIL SATUPUN!
Aku berjalan cepat hingga berlari menuju ke area tempatku memarkir mobil tadi. Benar-benar tidak ada. Hanya lapangan rumput yang kosong dan biasanya menjadi rumah ular.
Aku mundur beberapa langkah hingga aku tak sengaja menabrak seseorang.
"Joesonghamnida, joesonghamnida (aku minta maaf, aku minta maaf)"
Ucapku karena tergugup sambil menunduk beberapa kali dan segera berlari ke daerah candi yang tadi. Ketika gugup memang pelafalan korea ku kadang terkeluar. Padahal aku murni Indonesia, 100%.
Lalu aku kembali berlari dan mengunjungi Candi Bajang Ratu tersebut. Aku baru hampir kembali melangkahkan kakiku kedalamnya, namun suara bising di belakangku membuat ku menoleh dan menyesal seumur hidup karena seharusnya pada saat itu aku tidak usah menoleh.
"HEH KAMU MAU NGAPAIN MASUK KE DALAM SANA?"
Aku tersentak. Aku menghadap kebelakang dan menemukan dua orang. Yang satunya berbaju kebesaran. I mean, kebesaran seperti baju-baju petinggi jaman dahulu. Satunya lagi juga sama namun lebih sederhana. Bukan baju glowor yang biasanya digunakan oleh Taehyung.
"Nde? (Iya?) Ah maksudnya gimana ya? Tadi saya masuk kesini dan tidak ada yang memprotes."
Belaku kepada yang menyentakku tadi. Yang menyentakku tadi kurasa asisten dari orang dengan baju glamour didepanku. Tidak se-glamour di abad ke-20. Tapi ini cukup glamour untuk ukuran, entahlah ini tahun berapa. Aku hanya ingin pulang.
Lalu pria dengan baju kebesaran itu mendatangiku dan tiba-tiba menunjukkan sesuatu.
"Milikmu?"
Aku terpelongo melihat apa yang dibawa oleh orang itu.
Gelang dari Audrey!
"KEMBALIKANNN"
Aku mulai mencoba menggapai tangan seseorang dengan baju kebesaran itu.
"AH KAMU KENAPA SIH. AKU KAN NGGA ADA GANGGU KAMU! KEMBALIKANN"
Emosiku semakin memuncak melihat senyuman licik di wajahnya menyadari aku tidak sampai untuk meraih tangannya.
Akhirnya, aku mengumpulkan kekuatan di kaki dan melompat agar berhasil menangkap gelang yang dipegang oleh orang tersebut.
"HAP"
Aku dapat gelangnya, sayangnya, aku tidak memperkirakan dimana aku akan jatuh.
Dimana lagi jika bukan di tubuh orang yang memancingku dengan gelang dari audrey?
Dan kebetulan sekali ia sudah berdiri di ujung tangga.
Takdir memang suka bercanda.
Ia menangkap tubuh kecilku dan kami berguling di tangga bersama.
Selesai berguling, yang dapat kuingat hanyalah aku tertidur di lengannya, dan pandanganku pun, menggelap.
Benar, pasti ini hanya mimpi.
Iya, ini hanya mimpi karena anemiaku kambuh dan membuatku pingsan.
Tuhan, selamatkan aku.
[Saya rasa kalian tau bagaimana cara menghargai awtor(;]