LEMBAR 12

1079 Words
Malam itu, Ariska sedang bertengkar kecil dengan Iqsa. Waktu yang tepat untuk meluapkan amarah pada Gilang. Tapi perkataan Gilang membuatnya penasaran. Jadilah dia memberikan id line pada Gilang. Dan lanjut chat via Line. Saat chat beberapa lama tentang pernyataan Gilang yang tahu bahwa Raniya punya banyak cowok dan dengan mulusnya di jawab oleh Ariska dengan sedikit kebohongan, Gilang akhirnya membahas tentang perkataannya jika dia menyukai Ariska. Tapi Ariska menjawab sopan jika dirinya sudah memiliki seseorang di hatinya. Dan jawaban dari Gilang membuat Ariska kembali tidak bisa menjawab lagi. 'Gue tau lo punya cowok. Di feeds ** lo ada foto lo sama cowok lo. Tapi gue cuman nyatain aja. Gue cuman bilang aja. Gue suka sama lo. Kalo lo tanya kenapa gue bisa suka sama lo, jawabannya adalah, karena gue suka lo apa adanya. Lo dengan semua kecuekan lo, lo dengan kekonyolan lo. Dan lo yang dengan apa adanya diri lo. Jadi gue cuman ngungkapin aja. Gue ga minta lo jadi cewek gue dan minta lo buat mutusin cowok lo kan ?' "Ris. Lo denger apa yang gue omongin ?" Ucap Raniya membuat Ariska mengerjap. Ariska tersedot kembali ke waktu ini. Sialnya dia menjadi melamunkan kejadian semalam. Ariska menggeleng pelan lalu nyengir pada Raniya yang dengan cepat mengetahui jika Ariska tidak mendengarkannya sedari tadi. "Ris lo kenapa sih ? Lagi ada masalah sama Iqsa ?" Ariska cepat menggeleng, "Ga papa. Iqsa sama gue okay. Lo ngomong apa tadi ?" Raniya diam. Lalu menggeleng, "kayaknya gue ga cerita dulu deh sama lo. Takutnya jadi beban," katanya kemudian. Ariska mengangguk, dia tidak suka memaksa apapun yang dia ingin tau dari Raniya. Ariska tipe orang yang menjaga privasi seseorang yang ia kenal. Jadi, untuk urusan Raniya seperti tadi, Ariska tidak memaksanya untuk menceritakan hal itu walaupun Ariska sebenarnya penasaran. Line masuk dari Gilang di ponsel Ariska. Gilang menanyakan bisakah dirinya keluar untuk malam ini. Ini bulan November akhir, dan katanya Gilang ingin di temani membeli hadiah untuk adik perempuannya. Ariska menoleh pada Raniya yang sedang menelungkupkan kepalanya di meja. Mungkin sebentar lagi dia akan tertidur. Ariska membalas pesan itu diam - diam, "Kenapa lo ga minta anter Raniya aja ?" 'Gue maunya elo. Kenapa sih ?' "Ya gue ga enak aja sama Raniya," balas Ariska. 'Nanti gue yang bilang,' balasan dari Gilang membuat Ariska menghembuskan nafas beratnya. "Jangan. Raniya udah bilang sama gue kalo dia udah mulai suka sama lo. Kalo lo bilang lo mau jalan sama gue, bayangin apa yang bakal terjadi ?" Sebenarnya, Ariska ingin sekali marah pada Gilang. Segampang itukah dia akan merusak pertemanan yang cukup baik antara Ariska dan juga Raniya ? Seenaknya saja dia hidup. Umpat Ariska di dalam hati. 'Palingan kalian jambak - jambakkan karena kalian rebutin gue,' balas Gilang dengan memberinya stiker ketawa gulang – guling.   Ariska memutar bola matanya. Siapa bilang dia mau jambak – jambakkan ? Rebutin Gilang ? Yang benar saja.  Ariska tidak akan merebutkan Gilang juga. Mungkin nantinya Raniya yang akan menyalahkan Ariska karena merebut gebetan orang. "Nanti gue kabarin lagi," balas Ariska cepat. * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * *   Ariska sudah ada di mobil Iqsa. Setelah pulang dari kampus tadi, Iqsa mengajaknya untuk makan siang bersama. Iqsa lagi senggang katanya. “Malam besok, aku mau anter temen beli kado buat adenya, boleh ga ?” Tanya Ariska pelan. Iqsa melirik Ariska sebentar lalu kemudian mengangguk, “asal jangan sama cowok aja,” katanya cepat. Ariska memutar bola matanya. Sikap seperti ini yang Ariska tidak suka dari sisi Iqsa. Terlalu cemburuan. Ariska tau, jika cemburu itu adalah tanda dari sayangnya Iqsa pada Ariska. Tapi bukan yang seperti ini. Bukan yang ngebuatnya menjadi tidak mempunyai temen cowok. Padahal, selain bisa membantu Ariska buat tugas, teman laki - lakinya mungkin bisa dijadikan tebengan saat Iqsa tidak bisa menjemputnya. Bisa juga menjaga Ariska dari hal – hal yang tidak diinginkan, atau lebih banyak hal lainnya yang bisa Ariska lakukan jika bersama teman laki - laki. “Kamu makannya sedikit tadi. Lagi diet ?” Tanya Iqsa saat menyadari ada kecanggungan di antara Ariska dan juga Iqsa. Ariska menggeleng, “lagi ga enak makan aja. Lagian tadi tuh di kantin aku udah makan roti sandwich ituloh dua bungkus,” ucap Ariska menjawab pertanyaan Iqsa. Iqsa terkekeh kemudian tangannya menggapai puncak kepala Ariska dan mengacak - ngacak rambutnya. “Lagian kamu, masa makan siang roti ? Nasi kek, baso kek atau mie ayam gitu.” Saran dari Iqsa memanglah gampang. Tapi Ariska sedang tidak ingin makan seperti itu. Ariska mendengus ketika bercermin rambutnya berantakan, tangannya dia daratkan pada bahu Iqsa dengan sedikit tenaga. “Sa, kebiasaan banget. Kalo ga rambut ya pipi. Kalo ga pipi ya rambut. Berantakan kan Saaaa,” oceh Ariska sembari membenarkan rambutnya. Iqsa tertawa kecil. “Iya maaf. Kenapa juga kamu lucu.” Ucap Iqsa. Terkadang, Ariska sangat menyayangkan perubahan sikap Iqsa yang bahkan sebaik dan sekonyol ini pada Ariska. Padahal, Ariska sangat menyukai sikap Iqsa yang seperti ini. Dan ariska juga tidak ingin Iqsa berubah. Hanya ditambah sedikit kesibukan, Iqsa menjadi berubah. Sikapnya yang hangat seperti ini menjadi sedikit membuat hubungan di antara mereka hambar. Atua hanya Ariska yang merasakannya ? Iqsa mungkin tidak pernah sadar. Tidak pernah mengetahui isi hati Ariska bagaimana. Tidak bertanya ataupun penasaran. Hanya Ariska yang mencoba memahami Iqsa sejak Iqsa berubah. “Jadi, aku boleh keluar ?” Tanya Ariska memastikan. Iqsa mengangguk, “sama Raniya ‘kan ?” Ariska menarik nafasnya dan membalas pertanyaan Iqsa dengan anggukan kecil dan meminta maaf di dalam hati. “Sama siapa lagi ?” Ariksa kini mulai berfikir. “Belom tahu, mungkin Gigi atau Camel.” Kata Ariska. Setidaknya, Ariska bisa berbohong pada Iqsa dengan baik. Dan tentu saja Iqsa mungkin saja akan percaya jika Ariska mengatakan dengan anak – anak kost -nya. Tidak banyak teman Ariska, dan teman di kost -nya adalah yang terdekat. “Aku ada meeting juga hari itu .” Ariska melipat bibirnya. “Meeting apa ?” Sebenarnya, ada titik dimana Ariska lega. Setidaknya, Ariska tidak akan bertemu dengan Iqsa saat sedang berjalan dengan Gilang. “Proyek baru, bakal begadang lagi aku kayaknya.” Ariska mengusap lengan Iqsa yang berada di sampingnya, “jangan lupa makan, minum dan minum vitamuin.” Kata Ariska pelan sambil mengusap lengan Iqsa dengan lembut. Iqsa mengangguk, “iya sayang. Makasih ya.”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD