Tamparannya sama sekali tidak sakit, Aarick hanyalah anak kecil yang belum memiliki tenaga yang besar untuk menyakiti orang dewasa seperti Teguh. “Aarick,” Mela mendekat, ia merasa tidak enak melihat Aarick yang menampar Teguh tanpa sebab. Teguh mengangkat tangan, menghalangi Mela untuk mendekat. Ia lalu mencoba mendekati Aarick lagi, berusaha mencari tahu apa yang telah membuat anak itu menamparnya. “Aarick kenapa?” tanya Teguh lembut. Aarick diam, tatapan yang tadi tajam ke Teguh lambat laun melunak. Lalu Aarick menidurkan tubuhnya di kasur, ia tampak kelelahan karena tenaganya sudah habis menangis seharian. Pelan Aarick menutup matanya, kemudian anak kecil itu tertidur. “Mas, maaf.” Mela berkata lirih. Ia masih merasa tidak enak pada Teguh yang sudah di tampar Aarick tanpa sebab.

