Ketika Malika selesai memasukkan baju basah milik Nazmi, hujan pun berhenti. Malika segera mengangkat ember-ember dan baskom yang tadi digunakan untuk menampung air titisan dari atap rumahnya. Nazmi belum menyentuh makanannya sama sekali. Malika melihat ke arah meja. “Kemarilah,” pintanya. “Aku sibuk.” “Thara, kalau aku panggil kau harus mendengarkannya.” “Aku sibuk! Apa Abang tidak lihat kalau aku sibuk?” tanya Malika. Nazmi menahan emosinya. Di perjanjian sudah tertulis kalau Malika harus menurut seperti seorang istri padanya. “Dalam hitungan ketiga, kalau kau tidak menurut, aku akan menghukummu!” katanya. “Mmh?” Malika spontan terkejut mendengarnya. “Menghukum-ku?” sambungnya tak paham. “Kau lupa isi perjanjian itu?” “Eh? Bukannya Abang bilang lupakan perjanjian itu? kenapa se