Chapter 9 - For the Last Time

1161 Words
“Karena aku tahu aku tidak pernah berada di daftar alasanmu. Apa pun itu. ~Claudya Leffan. *** Pelukan Jagas mengerat, saat yang diberikan pelukan malah berusaha untuk melepaskan diri. Berada di tengah-tengah tubuh puluhan manusia yang tumpah ruah di lantai dansa itu, mereka tampak kontras sebab tidak satu pun dari keduanya bergoyang mengikuti irama musik. Dekapan Jagas yang begitu tiba-tiba tadi sontak menghentikan gerakan Claudya yang baru saja hendak mengikuti nada yang diciptakan disk jockey di atas sana, membuat perempuan itu kembali tersadar kini dengan manik yang membulat sempurna. “Lepaskan, Gas,” bisik Claudya dengan nada tegas, saat ia mendongak untuk menatap mata Jagas sekarang. Di tengah-tengah sinar lampu yang terus berputar tanpa henti, Jagas tetap kokoh dan tidak bergerak sedikit pun. Bahkan Claudya diam-diam menduga lelaki ini mungkin saja baru kembali dari suatu tempat, jika dilihat dari outfit yang dikenakan Jagas sekarang. “Ayo pergi dari sini,” ajak Jagas dengan nada dingin. Ia tidak berniat untuk berlama-lama di sana, dan bahu terbuka Claudya yang tanpa sengaja terlihat oleh maniknya sudah begitu mencuri perhatian. Claudya menyeringai tipis. “Tidak,” tolaknya. “Aku bersama temanku dan aku bawa mobil. Kau berkata kau akan ke luar kota selama dua hari, jadi kenapa kau sudah kembali?” Jagas tahu tidak sepatutnya mereka masih bertahan di posisi yang sama seperti ini. Mungkin ada beberapa hal yang perlu mereka bicarakan nanti, tetapi yang pasti tidak di sini. Manik Claudya masih mengawasi sekitar, mencari-cari sosok Kalista dari sudut matanya. Jagas masih menahan tubuhnya untuk pergi dari sana, dan tenaganya sungguh tidak sebanding dengan cengkraman lelaki itu sekarang. “Kita tidak bisa bicara di sini, Claudya,” bisik Jagas kembali mendekat. Kali ini lelaki itu bahkan mendaratkan satu gigitan kecil di puncak kuping Claudya, yang sukses membuat perempuan itu bergidik kecil. “Hei!” “Ayo pergi.” Seakan tidak peduli dengan sentakan Claudya tadi, Jagas masih berdiri di posisi yang sama. Dia memang menuju Notre Club untuk membawa perempuan itu pergi dari sana, dan dia tidak akan berlalu sebelum keinginannya tercapai. Claudya kembali mendongak, memeriksa raut wajah yang ditunjukkan Jagas kali ini. Ingin memastikan apakah lelaki itu masih bisa didebat atau tidak, atau apakah dia memang harus pergi dari sana dengan lelaki itu bersamanya. Manik perempuan itu tiba-tiba saja mendapati sosok Kalista yang masih bergoyang di depan sana. Berusaha memanggil temannya itu, Claudya menunggu beberapa saat hingga tanpa sengaja manik mereka bertatapan. Kalista sontak saja berhenti bergoyang, memicingkan matanya dengan tubuh yang sedikit oleng ke arah Claudya. Sebab sahabatnya itu sedang didekap oleh seorang pria asing dengan tubuh semampai dan punggung lebar, setidaknya itu yang ditangkap oleh sudut mata Kalista. Menggerakkan jemarinya saat menunjuk ke arah tubuh Jagas, Kalista tidak bisa memunculkan satu gagasan selain pada satu pria. Siapa lagi kalau bukan lelaki itu? Meski hingga kini Kalista belum pernah bertemu dan berkenalan secara benar dengan seorang Jagaswara Syailendra, tetapi dia tahu siapa pria itu untuk Claudya. Dan tentu saja Claudya tidak akan betah berada di dalam pelukan pria asing, jika itu bukan Jagas. ‘Apa itu Jagas?’ Bibir Kalista membentuk pertanyaan tanpa suara. Sebab meski ia berteriak pun, ia tidak yakin Claudya akan mendengar suaranya. Claudya menangkap gerakan bibir Kalista dengan baik. Mengangguk kecil kemudian, perempuan itu memberi tanda dengan kepalanya bahwa ia akan pergi. “Kau sedang memberi kode pada siapa, Claudya?” bisikan Jagas kembali terdengar, yang kontan membuat Claudya tersentak untuk ke sekian kalinya. Melayangkan tatapan tajam pada lelaki itu, Claudya mendegus kesal. “Lepaskan aku sekarang, oke?” katanya ketus. Jelas saja mengandung perasaan kesal yang memuncak, yang entah mengapa begitu saja memenuhi hatinya. “Kita akan pergi?” Claudya memutar bola matanya dengan tidak sabar, tetapi berada di sana juga bukanlah keputusan tepat saat ini. Setidaknya dia harus membawa Jagaswara Syailendra itu keluar dari sana, kemudian mereka bisa mengobrol di tempat yang lain. “Baiklah. Tunggu di depan, aku akan ke atas untuk mengambil tasku,” jawab Claudya lagi. Kali ini Jagas setuju. Melonggarkan kaitan tangannya dari pinggang Claudya, lelaki itu masih memasang wajah datar tanpa ekspresi saat melepas Claudya dari pelukannya. “Lima menit.” Sempat-sempatnya lelaki itu berbisik, seakan ia sedang memberitahu Claudya bahwa perempuan itu tidak punya waktu yang banyak kali ini. Tidak memberikan jawaban dengan suaranya, Claudya cukup mengangguk samar sebelum berbalik badan dan melangkah meninggalkan Jagas di lantai dansa tadi. Manik elang Jagas mengekori pergerakan tubuh Claudya, mendapati kini perempuan itu sedang menaiki anak tangga satu per satu dengan gerakan tegas. Tepat saat Claudya menghilang untuk masuk ke salah satu kubikel, barulah Jagas juga berbalik badan dari posisinya mematung sejak tadi. Beberapa kali bersentuhan secara tidak sengaja dengan pengunjung yang sedang bergoyang ria di lantai dansa itu, Jagas tidak mundur barang selangkah pun. Tidak menyadari bahwa ada sepasang mata dari sisi kiri yang menyorot lurus padanya, Jagas hanya terus berjalan. Mengabaikan beberapa kali sentuhan wanita yang mendarat tepat di depan dadanya, lelaki itu sudah tahu ke mana dia harus pergi sekarang. Menunggu tepat di depan klub itu, Jagas memeriksa waktu. Malam semakin beranjak larut, dan tiba-tiba saja dia bersyukur di dalam hati bahwa ia menemukan keberadaan Claudya malam ini. Masih melirik ke arah arloji yang terpasang di pergelangan tangan kirinya, Jagas sekaligus menghitung mundur waktu. Hingga sosok Claudya telah hadir di sampingnya, tepat saat waktu perempuan itu masih tersisa empat puluh detik lagi. Menyodorkan kunci mobilnya ke arah Jagas, Claudya bersuara dengan nada yang masih sebal. “Nah.” Jagas menoleh untuk kemudian menerima sodoran kunci dari Claudya, dan tidak menunggu lama kedua orang tadi sudah bergerak untuk menuju parkiran. Claudya berjalan lebih dulu, yang diikuti Jagas persis di samping perempuan itu. “Kau masih kesal?” tanya Jagas tiba-tiba, saat mereka sedang menuruni anak tangga untuk mencapai basement. Claudya mengembuskan napas. Jika boleh jujur, ia tidak ingin pergi malam ini. Meninggalkan Kalista dan William di klub, sungguh membuatnya merasa tidak enak hati. Padahal dia belum minum banyak, sekaligus bertanya dalam hati mengapa Jagas tiba-tiba muncul di hadapannya malam ini. “Tentu saja,” jawabnya datar. Menyilangkan kedua tangannya di depan d**a, Claudya sedang berusaha untuk mengusir rasa kesal itu. Tidak ingin emosinya mengambil alih, saat ia tahu ia harus tenang jika akan menghabiskan malam bersama Jagas. Jagas memperhatikan Claudya dengan lekat. “Kau ingin pulang?” tanya lelaki itu lagi. Mendapati Claudya kini membalas tatapannya, Jagaswara sedang berada dalam keheningan. Manik keduanya bertautan, saat si empunya sedang berpikir dalam kubangan pikiran masing-masing untuk beberapa saat. Tidak ada yang bersuara, terlebih ketika Claudya merasa berada di posisi yang serba salah. Jika dia masuk ke dalam mobilnya bersama Jagas, lelaki itu pasti mengemudikan mobil berwarna gelapnya itu menuju apartemen mereka seperti biasa. Dan, malam yang panjang pastilah tidak bisa terhindarkan, saat sebenarnya Claudya sedang merasa sedikit lelah malam ini. Tetapi, di sisi lain dia juga tidak bisa menolak. Kehadiran Jagas di sana memberikan perasaan hangat tersendiri, saat kini ia sudah membayangkan akan membuka kancing kemeja lelaki itu satu per satu. Membayangkan Jagas yang berada di atasnya, menyorotnya dengan mata teduh seperti setiap kali. Meski Claudya tahu ini hanya akan menyakitkan, tetapi dia tidak ingin berpisah dengan lelaki itu. “Ke tempat biasa saja.” Claudya bersuara cepat, sesaat sebelum ia langsung menarik handle pintu penumpang dan masuk ke dalam sana. Meninggalkan Jagas yang masih berdiri tepat di samping mobil milik perempuan itu, saat Claudya kini memejamkan matanya untuk beberapa saat. Terakhir kali ini saja, Clau. Persetan apa yang terjadi, faktanya kau telah terlanjur mencintai pria ini dengan seluruh jiwa dan tubuhmu. ~Bersambung~
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD