Part 19

1117 Words
Jennie kembali ke kamarnya setelah mengurus Joshua, Ia merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur dengan perasaan senang karena dapat berbaring lagi di tempat tidurnya itu. Tiba-tiba saja pikirannya melayang pada kejadian beberapa saat yang lalu, Ia baru saja ingat kalau dirinya sudah mengutarakan perasaanya pada Jaden. Dengan cepat Jennie meraih tasnya dan seketika terkejut dengan rentetan pesan yang di terimanya dari Jaden, Di mana pesan itu berbunyi atas kekhawatiran nya pada Jennie.   Merasa tidak enak karena sudah mengutarakan perasaan dan pergi begitu saja, Jennie pun menghubungi Jaden untuk menjelaskan apa yang telah terjadi hari ini. Dan beberapa saat kemudian Jaden berhasil menjawab panggilan dari Jennie, Seketika suasana terasa sangat canggung karena Jaden hanya menjawab panggilan Jennie dengan nada yang dingin.   " Soal tadi aku minta maaf. " Gumam Jennie sambil menunduk.   " Soal yang mana.? "   " Soal meninggalkanmu, Saat aku menyatakan perasaanku. "   " Apa kau serius dengan perasaan mu padaku? " lontar Jaden di seberang sana.   " Aku akan jujur dari sekarang, Sebenarnya aku memilihmu sebagai model bukan tanpa alasan, Aku sudah melirik mu sejak aku dan Edith meminta Leon untuk menjadi model Edith, Saat itu aku sudah tertarik denganmu, Bahkan aku sudah mengumpulkan informasi tentangmu sebelum akhirnya kita dekat seperti sekarang.., Awalnya aku ragu dengan perasaanku tapi setelah ku pikir baik-baik sepertinya aku benar-benar telah menyukai mu. " Jelas Jennie dengan seluruh keberaniannya.   " Aku juga. " Ucap Jaden sukses membuat membuka kedua matanya dan tak percaya dengan yang di katakan Pria itu.   " Kau juga menyukaiku? " Tanya Jennie berusaha tenang.   " Hmm.. Aku menyukaimu. " lanjut Jaden seketika membuat Jennie berguling-guling di tempat tidur   " Tapi. " Jennie berhenti ketika Jaden kembali bicara.   " Tapi apa? "   " Bukannya kau sudah punya pacar? Apa tidak apa-apa kau mengatakan hal ini padaku.? "   " Pacar? Aku tidak pernah pacaran sebelumnya? Kau tahu dari mana aku pacaran.? "   " Waktu itu saat aku pergi setelah kita bersama di ruang desain, Aku melihatmu bersama pria lain, Sepertinya kalian sangat dekat jadi aku mengira kalau dia adalah pacarmu."   " Hahahahahahahahaha.. " tawa Jennie seakan membuat Jaden tampak bingung di sana.   " Kenapa tertawa? Apanya yang lucu.? " Tanya Jaden kemudian.   " Dia bukan pacarku, Mungkin yang kau maksud adalah Joshua, Dia itu saudara kembar ku, Maaf kalau sebelumnya aku tidak memberitahu mu. " Jawab Jennie.   " Benarkah? Senang mendengar nya."   " Sekarang bagaimana? Apa kau masih meragukan ku.? "   " Besok, Sebelum proyek awal mu di serahkan, Aku ingin bicara dengan mu berdua. "   Jennie terdiam sejenak, Ia tidak mengerti kenapa Jaden ingin bertemu besok dan kenapa tidak melanjutkannya sekarang. Karena permintaan Jaden akhirnya Jennie mengiyakannya dan panggilan mereka pun berakhir.                                                    ♛       Pagi keesokan harinya, Suara Joshua yang memanggil-manggil nama Jennie sukses membuat Jennie yang tengah bersiap-siap ke kampus segera menghampiri Joshua di kamarnya, Ketika Jennie masuk, Joshua sudah memasang wajah memelas dan meminta Jennie untuk membantunya ke kamar mandi.   " Kau mau kemana? " Tanya Joshua melirik Jennie yang sudah setengah rapih.   " Tentu saja ke kampus, Hari ini aku akan menyerahkan hasil desainku. " Jawab Jennie mantap.   " Maksud mu Jas yang kemarin kau buat itu.? "   " Iya benar. "   " Kalau begitu sebelum kau pergi bantu aku bersih-bersih, Badanku terasa lengket semua sementara saat ini aku tidak bisa menggosok punggung ku, Sekaligus cuci rambutku juga yah. " Pinta Joshua tiba-tiba manja.   " Baiklah, cepat duduk. " Ucap Jennie segera menurutinya.   Joshua terlihat menahan rasa gugupnya saat Jennie menyentuh rambutnya, Ia melirik Jennie dari pantulan cermin di kamar mandi, Sementara itu Jennie terlihat serius tanpa mengucapkan sepatah kalimat pun.   " Oh iya, Soal pria yang akhir-akhir ini bersama mu, Dia siapa? " Tanya Joshua seketika membuat Jennie meliriknya.   " Dia model Jas yang ku buat."   " Kenapa bukan aku? "   " Karena waktu itu aku sedang marah padamu, Jadi aku mencari pria lain. "   " Kau tidak pacaran dengannya kan?? "   Mendengar kata Pacaran yang barusan di ucapkan Joshua tiba-tiba membuat Jennie teringat dengan percakapannya bersama Jaden semalam, tanpa sadar Jennie tersenyum kecil dan sempat di lihat oleh Joshua.   " Dia hanya teman. " Jawab Jennie namun di rasa Joshua ada hal yang aneh.   Setelah selesai mencuci rambut Joshua dan menggosok punggungnya, Jennie pun bergegas meninggalkan apartemen, Sebelum pergi ia berpesan pada Joshua untuk mengobati lukanya setelah itu memakan makanan yang telah di sediakan Jennie di meja makan, ia pun sangat menyesal karena tidak bisa menemani Joshua hari ini, Namun mau bagaimana lagi semua ini demi nilai mata kuliah dan juga perasaan.                                                     ♛       Langkah Jennie berhenti saat melihat sosok pria yang ada di depan pintu ruangan desain sambil menunduk menunggu sesuatu, Senyuman kecil terukir di bibir merah muda Jennie dan kembali melangkahkan kakinya dengan penuh percaya diri. Mendengar langkah kaki yang berirama Pria yang menunggu Jennie ikut mendongak dan menatapnya dengan penuh semangat.   " Maaf membuatmu menunggu. " Ucap Jennie sambil menyibakkan rambutnya.   " Tidak juga. " Balas Jaden tersenyum simpul.   Jaden meraih tangan Jennie untuk mengajaknya bicara di dalam, Ia tak ingin satu orang pun melihat dirinya menyatakan perasaannya kepada Jennie. Gadis itu hanya dapat menurut mengikutinya dengan perasaan yang tak karuan.   Saat di dalam ruangan, Rasanya suasana menjadi canggung, Jaden mencoba mengatur nafas untuk memulai aksinya sedangkan Jennie ikut gugup menunggu apa yang akan di lakukan Jaden setelah ini.   " Jennie... Kau mau kan jadi pacarku.?" Lontar Jaden seketika membuat wajah Jennie merah merona.   " Tentu saja aku mau." Jawab Jennie tanpa pikir panjang.   Alasan Jaden ingin mengutarakannya langsung dan bukan kemarin malam adalah dia ingin melakukan hal ini secara gentle dan dia ingin mengubah kesan pertama di mana kemarin yang mengakui perasaan duluan adalah Jennie, Setelah mendengar jawaban dari Jennie, Jaden meraih gadis itu ke dalam pelukannya seraya mengucapkan terima kasihnya.   " Meskipun dia sulit ditebak nyatanya dia tipe orang yang romantis, aku tidak menyangka dia akan mengatakannya secara langsung padaku." Benak Jennie yang memeluk Jaden dengan erat   " Aku juga menyukaimu sejak kita pertama bertemu, Hanya saja aku tidak bisa mengungkapkannya saat itu, Sejak saat itu aku merasa menyesal karena tidak mengajakmu bicara, Setelah mengetahui kau adalah mahasiswi yang pintar aku merasa minder untuk dekat denganmu terlebih lagi saat itu aku masih bekerja di bar sehingga tidak pantas untuk dekat denganmu, Setelah kejadian itu saat aku menolong mu semuanya berubah.., Hari di mana kau memintaku menjadi model, Hari di mana kau mentraktir ku makan, Dan saat kau menelpon ku padahal kita belum saling memberikan nomor tapi saat itu aku sangat senang mengetahui kau mendapat nomorku dari Edith, sehingga kita bisa jalan berdua menikmati detik,menit hingga jam yang berlalu cukup cepat, Bahkan setiap saat di mana hanya ada kau dan aku semuanya terasa sangat menyenangkan hingga akhirnya aku jatuh terlalu dalam dan aku semakin menyukaimu, " Ungkap Jaden sekali lagi membuat Jennie seperti akan meledak.          
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD