Part 10

1289 Words
Hari esok datang dengan penuh kejutan, Joshua yang biasanya bangun telat tiba-tiba sudah berada di meja makan lengkap dengan menu sarapan yang di luar dari ekspetasi Jennie, Pagi ini Jennie benar-benar di buat terkejut dengan sikap Joshua yang sedikit lebih lembut. Saat Jennie duduk di kursi pria itu langsung menyodorkan piring dan juga menuangkan segelas jus untuk Jennie.   " Apa yang sudah terjadi padamu? Kau tidak sedang kerasukan setan kan.? " Lontar Jennie menatap Joshua penuh selidik.   " Selama tiga tahun ini aku sadar kalau keberadaan ku hanya kuliah, tidur dan makan tanpa membantumu melakukan ini dan itu, Mulai hari ini aku akan berubah dan membantumu mengurus apartemen. " jawab Joshua sukses membuat Jennie hampir tersedak   " Aku memintamu untuk menjauh dari Sena bukannya berubah seperti ini. " Sambung Jennie ketus.   Joshua meletakkan sendok makannya dengan tatapan nanar, Kemudian ia melirik Jennie sehingga membuat gadis itu seperti terintimidasi.   " Kau selalu saja mengganggap Sena buruk, Bisa tidak sih kau tidak membesar-besarkan pikiran aneh mu itu tentang Sena.! " Joshua terlihat mulai kesal dan Jennie hanya dapat terdiam.   " Aku berusaha untuk membuatmu menerima Sena tapi kau selalu saja menyuruhku untuk menjauh darinya, Tahu apa kau tentang hubungan ku? Kau boleh ikut campur urusan ku yang lain tapi tidak dengan urusan ku dan Sena. " Joshua bangkit dari kursinya dan berjalan meninggalkan Jennie yang melongo bingung.   " Terserah kau saja, aku tidak akan peduli lagi. " Teriak Jennie ikut kesal.   Menu makanan yang tadi terlihat nikmat dan penuh selera berubah menjadi emosi dan selera makannya pun menghilang.   " Dia benar-benar telah di buta kan oleh Cinta, Dasar pria bodoh. " Gumam Jennie beranjak dari kursi menuju kamarnya.                                                        Karena perselisihan antara Joshua pagi ini, Jennie terpaksa harus pergi sendirian menggunakan taksi, sejak Joshua masuk dalam kamarnya ia tidak keluar-keluar lagi sehingga membuat Jennie bergegas meninggalkan apartemen. Dan setelah tiba di kampus, Jennie berjalan sendirian menuju gedung kelasnya yang tak jauh dari tempatnya di turunkan oleh supir taksi barusan.   Langkah Jennie tiba-tiba terhenti setelah dirinya hampir tiba di gedung perkuliahan, kemunculan seseorang dari arah yang berlawanan membuat gadis itu mendadak menjadi patung, Pria yang baru saja berhenti tepat di pintu masuk yang hendak ia masuki seketika membuatnya kembali tersadar dan segera mengikutinya. Dan setelah di buntuti rupanya pria itu memasuki ruang kesenian, dan seketika membuat Jennie buru-buru masuk ke dalam.   Jennie mengedarkan pandangannya ke segala arah berusaha mencari pria yang baru saja masuk, Ruang kesenian merupakan tempat untuk berkumpulnya mahasiswa jurusan Seni untuk sekedar menggambar, mencari referensi atau bahkan konsultasi pada senior yang ada di sana.   " Ketemu. " Gumam Jennie ketika mendapati Jaden yang sedang mencari sesuatu di area rak buku.   Jennie pun berpura-pura untuk mencari buku padahal ia sengaja lantaran ingin mencari celah agar dirinya dapat berbincang dengan pria yang tak lain adalah Jaden, Semalam ia tak bisa mengirimkan pesan pada pria itu karena takut tidak ter notice sehingga ia mencoba untuk memberanikan diri secara langsung.   Kini Jennie dan Jaden saling berdampingan, Jennie yang sok sibuk memilih buku sedangkan Jaden yang terlihat fokus membaca sampul pada buku yang ia pilih. Jennie mencoba mencuri pandang ke arah Jaden dan tiba-tiba saja jantungnya berdetak cukup kencang sampai ia takut Jaden mendengar suara debaran itu, Karena terlalu gugup Jennie mencoba menjauh namun tiba-tiba saja ia menabrak seseorang sehingga membuatnya terhuyung ke belakang, Saat ia membuka mata sosok Jaden sudah menangkap tubuhnya terlebih dulu.   " Terima kasih. " Ucap Jennie mencoba menghilangkan kegugupan nya.   Jaden hanya memasang wajah datar dan setelah itu pergi tanpa mengucapakan sepatah katapun, Jennie menatapnya dengan tatapan tak percaya karena mengira cowok itu adalah tipe yang ramah nyatanya Jaden terlihat seperti gunung es yang sangat dingin.                                                     ️     Jennie menjatuhkan tubuhnya dengan malas di sebelah Edith yang sedang fokus membuat sebuah pola busana, melihat Jennie yang memasang wajah demikian membuat Edith penasaran dan melontarkan beberapa pertanyaan termasuk kemajuan dalam berkomunikasi dengan Jaden.   " Sepertinya mustahil menjadikan Jaden sebagai model ku. " Gumam Jennie pelan.   " Kenapa? Memangnya kau sudah mencobanya." Sahut Edith.   " Belum, Tapi dia terlihat sangat dingin aku jadi takut memintanya jadi model bahkan untuk sekedar kenalan pun rasanya sangat mustahil. "   Edith menghentikan aktivitasnya dan mulai ikut duduk di sebelah Jennie, Ia meraih wajah sahabatnya itu dan membuatnya duduk dengan tegap.   " Dengarkan aku, Di dunia ini tidak ada yang namanya mustahil selagi kita mau untuk berusaha, Bukannya kau selalu mengajarkanku untuk pesimis setiap aku merasa kesusahan kau selalu mendukungku untuk melakukan yang terbaik sampai kata menyerah seakan tidak ada di dalam kamus mu. Kau harus mencoba nya lagi, kau asti bisa meluluhkan hati Jaden yang sedingin es itu. "  ungkap Edith sukses membuat Jennie kembali bersemangat untuk mendekati Jaden.   Di lain tempat, Joshua terlihat diam tak bersuara bahkan Joaquin sahabatnya merasa ada dinding tebal yang melapisi tubuh Joshua, dia bahkan tak fokus saat sedang merakit alat medis.   " Are you okey bro. ?" Tanya Joaquin yang sudah tak tahan melihat sikap Joshua.   " Aku sebal dengan Jennie, akhir-akhir ini dia selalu marah-marah tidak jelas. " Jawab Joshua.   " Namanya juga perempuan, mungkin dia sedang dalam masa PMS. " Seloroh Joaquin.   " Entahlah, aku capek meladeninya. " Lanjut Joshua mencoba untuk kembali fokus dalam merakit tugasnya.   Setelah beberapa saat kemudian akhirnya alat medis yang di rakit oleh Joshua dan Joaquin di minta untuk segera di bawa ke tempat praktek mahasiswa kedokteran oleh Professor mereka, dan setibanya di sana ia menyerahkan alat itu pada seorang profesor dan pandangannya tiba-tiba fokus ke dalam mencari sosok yang ingin di lihatnya.   Dari arah jam 12 Joshua dapat melihat Sena yang sedang praktek, Ia melemparkan senyum pada Sena dan di balas hal yang serupa, Karena sebentar lagi jam makan siang Joshua ingin mengajak Sena makan bersama dengan mengirimkan sebuah pesan padanya.   Sena berhasil menerima pesan tersebut dan setelah membaca pesan itu, Ia mengangguk setuju, Joshua dan Joaquin pun bergegas meninggalkan tempat itu dan akan menunggu Sena di kantin kedokteran berhubung mereka sedang ada di daerah itu.   Sambil menunggu Sena, Joshua dan Joaquin menikmati secangkir kopi di kantin sambil membahas beberapa masalah yang mereka hadapi di semester kali ini, Joshua hanya mendengarkan Joaquin sekilas karena pikirannya saat ini di penuhi oleh Jennie dan Sena.   " Oh iya Jo, Jennie kan masih jomblo kamu nggak mau comblangin aku dengan dia gitu?"   " Enggak mau.!!!"   " Kenapa? Kamu nggak kasihan sama Jennie yang sampai sekarang masih sendirian.? "   " Siapa pun boleh asalkan bukan kamu, Aku nggak mau aja Jennie punya pacar yang merupakan sahabat ku sendiri."   " Kalau Jennie suka sama aku gimana.? " Seloroh Joaquin penuh percaya diri.   " Nggak mungkin. " Jawab Joshua ketus.   " Dasar sahabat kurang ajar. " Joaquin menendang kaki Joshua dengan kesal kemudian meraih gelas kopinya dan menyeruputnya pelan.   " Joshua.!" Sahut seseorang yang berhasil membuat Joshua mengalihkan perhatiannya.   Sena datang ke arah dua pria itu dengan senyum yang merekah, Joshua melirik ke arah Joaquin dengan tatapan polos membuat pria itu paham dengan maksud nya.   " Aku tahu kau pasti ingin berdua dengannya, Kalau gitu aku balik duluan. " Joaquin seakan mengerti perasaan Joshua dan mendapatkan rasa terima kasihnya setelah pria itu bergegas pergi.   " Kau mau makan apa.? " Tanya Joshua pada Sena yang baru saja menjatuhkan tubuhnya di sebelah Joshua.   " Seperti biasa saja." Jawab Sena pelan.   Joshua menyuruh Sena menunggu selagi dirinya pergi mengambil makanan, Sebelum Joshua dan Sena putus mereka sering makan siang bersama di kantin ini, Bahkan keduanya makan dalam satu piring bersama, tak peduli orang-orang mengatakan mereka lebay, Joshua dan Sena tetap menikmati waktu mereka berdua.   Selang beberapa waktu Joshua kembali dengan makan siang mereka, Sena menyambut nya dengan kegirangan, Joshua ingin sekali membahas soal Jennie pada Sena saat ini, Namun ketika melihat gadis itu yang fokus menikmati makan siangnya Joshua pun memutuskan untuk menundanya, Ia tak ingin membuat Sena terganggu dengan pembahasan yang cukup serius.          
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD