Mbak, I Love You

470 Words
"Si kunyuk lama banget di dalam," gerutuku sambil melirik beberapa kali jam yang terpasang di tangan kiri. Sudah dua batang rokok aku hisap tapi Reza, si kunyuk itu tidak kunjung keluar dari rumahnya. Andai aku membatalkan janji menghadiri reuni dengan Reza mungkin aku akan memilih menerima pasien di klinik daripada menunggu si kunyuk itu di jalan seperti ini. Aku mulai bosan dan mencoba menghubungi Reza beberapa kali tapi jawabannya selalu sama. "Sabar, bro." Tapi kali ini aku mulai tidak sabar. "Waktu gue sangat berharga buat nungguin lo di jalan seperti ini," ocehku dengan kesal. "Yang suruh lo nunggu di jalan siapa? Di suruh masuk nggak mau, bentar gue minta izin nyonya besar dulu." "Makanya, kalau masih hidup di bawah ketiak istri jangan suka kelayapan." "Sial, lo! Ya sudah, tunggu 15 menit lagi. Oh iya, di depan rumah gue ada kedai jamu mending lo tunggu di sana sekalian minum jamu agar benih lo kualitasnya baik." "Sial!" Aku mematikan ponsel dan mengutuk sahabat baikku itu, mataku tertuju ke arah kedai jamu yang terlihat mencolok dibandingkan kedai-kedai lain. Semua warna interior kedai jamunya pink dengan motif mickey mouse dan pooh, aroma memuakkan itu membuat perutku mual bahkan sebelum menginjakkan kakiku di kedai itu. "Semua tukang jamu memang menyebalkan, sejak kapan mickey mouse dan pooh warna pink? Selera yang aneh," gumamku dalam hati. Aku memutuskan menunggu Reza di jalan daripada harus menginjakkan kaki ke kedai aneh itu. "Mas ganteng," suara cempreng berlogat jawa terdengar di telingaku. Aku acuh. "Mas ganteng berbaju coklat," panggilnya lagi. Reflek aku melihat ke arah baju dan ternyata bajuku warnanya coklat. Aku melirik ke arah datangnys suara tadi dan melihat seorang wanita berbaju daster pink bermotif hello kitty berdiri sambil tersenyum ke arahku. "Saya?" Tanyaku kepadanya. "Iya, siapa lagi? Di sini cuma ada mas ganteng, jam segini Mas kunto belum nongol," balasnya. Aku mengernyitkan keningku. "Mas Kunto?" "Kunti habis operasi kelamin, mas," jawabnya dengan senyum lebar, selebar telapak tanganku. "Ada apa?" "Mas, singgah dulu ke kedai saya. Saya ada ramuan baru dan teruji jitu bisa membuat mas mendapatkan wanita idaman yang mas inginkan," ujarnya. Heh. Mataku melirik ke arah kedai jamu tadi. Jangan bilang wanita aneh ini pemiliknya? "Maaf, saya nggak minum jamu." Aku mengarahkan wajahku ke arah lain agar tidak berlama-lama menghadapi wanita penjual jamu itu. "Jangan salah, jamu saya tiada duanya mas. Dibuat dengan rapalan cinta dan teruji klinis dan saya jamin saat mas minum jamu saya. Mas akan klepek-klepek ke saya ... Eh ke wanita idaman mas." Aku mendengus. "Maaf ya, mbak. Saya nggak mau," tolakku sehalus mungkin. Aku mengeluarkan rokok dari saku celanaku lagi dan menghisapnya. Reza sialan, gara-gara dia aku bertemu wanita aneh seperti mbak mbak itu. "Mas, singgah dulu." Tangannya menarikku dengan kuat menuju arah kedainya. "Eh apa-apaan ini!" "Sudah, jangan ngelawan. Saya jamin mas akan suka jamu saya." ****
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD