- 02 - [ Punishment ]

1766 Words
STORY 02 - Punishment *** Sakit jika melihat orang yang begitu kita sayangi kini menatap tak berdaya, seolah mengharapkan bantuan, sosok itu sangat yakin jika orang yang percayai akan menolongnya. Nora nyaris kehilangan akal begitu melihat kondisi sang ayah kini nampak kurus. Tidak seperti biasanya, sosok penuh wibawa di mata Nora kini seolah tidak ada. Tidak perlu waktu lama bagi Nora dan teamnya menemukan tempat persembunyian sang ayah. Di sebuah rumah kosong terpencil, sesuai dengan titik temu yang ditemukan teamnya. Nora berhasil menangkap laki-laki paruh baya itu, dan sekarang dia harus menyiapkan hati berhadapan dengan sosok yang selama ini membesarkannya. Viens Mantra Nandreson, laki-laki itu dikenali sebagai sosok yang begitu dipercayai saat berada di perusahaannya. Menjadi seorang Chief Executive Officer selama bertahun-tahun. Menghidupi semua kehidupan keluarganya dengan sangat mencukupi. Tidak ada yang menyangka bahwa akan ada waktu dimana sosok terpercaya seperti Viens akan melakukan tindak korupsi di perusahaan yang sudah membesarkan namanya sendiri. Tergiur oleh uang banyak, Viens sama sekali tidak memikirkan nasib keluarganya. Membawa kabur setengah uang perusahaan, dan menggunakannya untuk keperluan pribadi. Tentu saja tindakan laki-laki itu lambat laun akan tertangkap basah Seperti saat ini, Viens tidak bisa berkutik melihat gerombolan polisi sudah mengepung tempatnya bersembunyi. Kedua tangan terkunci borgol besi, tanpa bisa mengelak. Kedua kaki dipaksa untuk bertekuk lutut, kedua manik yang awalnya nampak pasrah, dan ketakutan. Semua itu berubah begitu melihat seseorang datang melihat kondisinya. Bagaimana Viens lupa? “Nora!!! Putriku, tolong Ayah!! Tolong, Ayah!!” Sedikit binar harapan muncul. Melihat sosok Noravayne Adela berdiri di depannya. Putri kebanggaan Viens!! Betapa lega hati laki-laki itu saat melihat Nora. “A-ayah, tidak sengaja melakukannya! Ayah, mengaku salah! Ayah, dibutakan oleh uang, jadi tanpa sadar Ayah melakukan hal itu, tolong…tolong Ayah!!” Berteriak kacau. Tidak menyadari situasinya sendiri, “Komandan Nora, apa yang harus kita lakukan sekarang?” Tentu saja semua anggota Nora tahu mengenai status criminal yang sedang mereka tangkap. Mengira bahwa sang komandan mungkin akan berusaha keras melepaskan ayahnya dari jerat jeruji besi. Tapi perkiraan mereka salah, sosok Nora yang berdiri tegap, lengkap dengan pakaian kebesarannya, menggunakan topi, pandangan itu tetap terfokus ke depan. Tanpa ekspresi, berbalik pergi, “Bawa dia ke kantor polisi. Kita akan menyelidikinya lagi.” Ucapan yang begitu gamblang keluar dari bibir sang komandan. Terdengar dingin dan menekan. Tidak ada yang bisa membayangkan bagaimana seorang putri diam saja melihat kondisi ayahnya sendiri tengah terancam. “Ba-baik, ayo bangun! Segera siapkan mobil, kita akan berangkat.” Salah seorang laki-laki bergegas mengajak Viens untuk bangkit kembali. Sementara Viens sendiri tertegun, tidak percaya dengan apa yang baru saja Ia dengar. “No-Nora,” Putrinya sendiri, mengabaikan—dia sebagai ayah. “NORA!! APA YANG KAU LAKUKAN!! TOLONG, AYAH!!” Satu teriakan panik terdengar menggema, beriringan dengan tubuh Viens, dipaksa keluar dari perumahan kosong. Beberapa warga sekitar desa turut serta memperhatikan kejadian itu. Berita tentang penangkapan buronan koruptor pun tersebar dalam hitungan menit. *** Teriakan Viens masih menggaung begitu keras, tidak ada yang berani membungkam bibir laki-laki itu karena masih menghargai statusnya sebagai ayah sang komandan. “LEPASKAN TANGANMU!! NORA ITU PUTRIKU!! DIA PASTI MEMBANTUKU KELUAR DARI TEMPAT INI!!” Viens berteriak angkuh, dia masih berpikir bahwa Nora akan menolongnya. “Nora!! Kau pasti akan membantu Ayah ‘kan?!” Berulang kali Viens meyakinkan Nora. Tapi tidak ada tanggapan sama sekali. “Nora!!” Bahkan saat memasuki gedung kepolisian pusat. Pandangan Nora tetap tertuju ke depan, tanpa menoleh berjalan menuju ruangannya, “NORA!! KAU MAU KEMANA!! JANGAN TINGGALKAN AYAH DI SINI!!” Tidak tahukah kalau perbuatan laki-laki itu hampir membuat kepalanya pecah. Bimbang, apa dia harus menghubungi ibu dan sang adik mengenai masalah ini? ‘Hh, lebih baik aku selesaikan dulu di sini. Mereka bisa membuat kepalaku tambah sakit,’ Sebuah ide yang buruk jika Nora memberitahu keluarganya lebih awal. Pandangan wanita itu menatap ke arah Marry, dengan ekspresi datar miliknya, “Marry, tolong lakukan penyelidikan sekarang, temukan bukti yang lebih akurat, aku akan melihat dari ruang khusus.” Sang asisten mengangguk paham, “Baik, Komandan. Kami akan segera melakukan penyelidikan.” Menegapkan posisi, menatap bawahannya. “Kalian bawa dia ke ruang interogasi!” Memberikan perintah cepat. “Baik!” Nora berniat melangkahkan kaki kembali, tapi dia benar-benar tidak menyangka bahwa sang ayah akan memberontak sangat kuat. “NORAVAYNE ADELA!!” Memanggil namanya dengan lantang, tubuh Nora membeku. Ia masih enggan menoleh. “A-apa maksudnya aku harus menjalani penyelidikan?! Kenapa mereka mau menyelidiki-ku?! Ayah, memang bersalah, tolong untuk kali ini saja!!” Berusaha melepaskan diri dari cengkraman dua orang laki-laki di samping kanan dan kirinya. “Tolong, Ayah!! Ayah, tidak sadar melakukan semua itu!! Biarkan Ayah pulang, Nora. Pa-pasti ibu dan adikmu khawatir!” Berteriak dengan leluasa. “Pasti mereka-” Sebelum sosok itu melanjutkan pembelaannya. Nora sudah lebih dulu berbalik, untuk pertama kalinya. Emosi sang Adela nampak tercetak jelas, “Kalau memang Ayah tidak ingin membuat kami khawatir, kenapa Ayah melakukan hal kotor itu?!!” Tubuh Viens menegang, menatap shock Nora. “A-ayah, hanya-” “Apa semua kekayaan yang Ayah punya sekarang tidak cukup sampai harus membawa kabur uang orang lain?!” Napas Nora terengah, kedua tangan itu semakin mengepal. Tidak, dia tidak boleh kehilangan emosi lebih dari ini. Di di depan para bawahannya, Nora harus tetap tenang. Amarah tidak akan menyelesaikan semua masalah. Menarik napas panjang, Nora menutup kedua maniknya beberapa saat. “Ayah, hanya perlu mengikuti semua prosedur kami. Jangan berkata apapun lagi.” ucap wanita itu untuk terakhir kali. “Kau tidak mau menolong ayahmu sendiri, Nora?” Tubuh Nora kembali menegang, kali ini dia tidak mendengar teriak sang ayah. Melainkan nada yang begitu memelas, pelan namun menohok jantungnya. “Ayah membutuhkan pertolonganmu satu kali ini saja, setelah itu kau bebas memarahi Ayah—kapan pun itu, Ayah akan---Nora!” Nora memilih untuk bungkam, menulikan pendengaran dan berjalan menuju ruangan khusus. Seberapa keras panggilan sang ayah. Semua sudah terlambat sekarang. “Nora!! Kau bisa membantu Ayah membujuk laki-laki itu untuk memaafkanku!! Beri dia uang yang banyak!! Bungkam dia!! Nora!! Nora!!” Tidak ada hal lagi yang perlu Ia lakukan. Masuk ke dalam ruangan dengan wajah tanpa ekspresi, Ia menutup rapat pintu tersebut. *** Kesalahan sudah tertunjuk jelas pada sang ayah. Melalui kaca satu arah dan ruangan khusus untuknya. Nora bisa melihat bagaimana laki-laki paruh baya itu duduk ditemani hanya dengan meja, plus petugas interogasi, tanpa makanan atau minuman. Berulang kali ayahnya mengamuk, berteriak, memanggil nama Nora. Awalnya laki-laki itu tidak mau mengakui kesalahan. Tapi saat semua bukti keluar, ditunjukkan tepat di depan matanya. Tubuh sang ayah terduduk lemas, menunduk ketakutan. Wajahnya semakin pucat saat menerima fakta bahwa istri dari bos perusahaan itu ternyata meninggal karena perbuatannya. “TIDAK!! TIDAK MUNGKIN!! INI BUKAN SALAHKU!!” Viens menggebrak meja, awalnya berteriak tak terima bahkan mengacaukan meja sidak. Tapi petugas penyelidik sudah lebih dulu memberikan ancaman. Bahkan sengaja mencekal tangan laki-laki itu agar tidak bergerak. Hanya Nora yang melihat seperti apa kondisi ayahnya. Begitu menyedihkan, karena kesalahan yang Ia buat, sang ayah tentu harus menanggung semuanya. Dalam ruangan yang kecil. Tubuh Nora gemetar, kedua tangan terkepalnya mendadak lemas. Menahan diri agar tetap tenang, tapi tetap saja. Dia tidak bisa menahan rasa bersalah yang semakin menusuk hatinya. “Maaf, Ayah. Maaf. Putrimu benar-benar tidak berguna,” Nora terkadang benci dengan dirinya sendiri. Sangat benci. Melihat laki-laki yang merawatnya sejak kecil memohon untuk diselamatkan. Tapi Nora justru berbalik, meninggalkannya. ‘Sesuai dengan janjiku, semua pekerjaan yang sudah kubangun selama bertahun-tahun. Aku akan meninggalkannya.’ Dia baru saja mendapatkan kabar mengenai semua berkas hutang yang dipegang oleh sang ayah. Jumlah itu sangatlah banyak. Jika Nora menggunakan semua simpanannya. Mungkin tidak akan bersisa sedikit pun. Ratusan juta, bahkan mencapai angka milliar. Nora harus melunasi hutang itu untuk menebus semua kesalahan yang dibuat oleh sang ayah. ‘Darimana aku harus mencari uang sebanyakn itu?’ Nora terlalu lelah, tidak bisa tidur selama beberapa minggu ini. Hal yang paling menakutkan baginya hanya satu. “Ibu, Carsen kalian pasti marah sekali denganku,” Betapa benci ibu dan adiknya nanti setelah mendengar kabar ini. Kesalahan Viens Mantra Nandreson sudah terlalu berat untuk mendapatkan kompromi, atau pengampunan. Hukuman bertahun-tahun penjara menanti laki-laki itu. *** Kembali ke awal Prolog “Dasar Iblis!! Setan tidak berperasaan!! Kau anggap aku ini apa?! Musuhmu, hah?!” Teriakan Viens menggema, tepat saat dia hendak diseret menuju penjara khusus di daerah sekitar Jakarta Pusat terdekat. Nora sama sekali tidak menunjukkan pembelaan terhadapnya, Viens sangat amat kecewa. Mengira akan menjadi satu keuntungan baginya untuk lepas dari kasus ini karena sang putri memiliki posisi tinggi dalam kepolisian. Tapi ternyata tidak!! Nora-lah yang mengurus masalah penangkapan dan penyergapannya di desa itu! Nora yang memimpin penyelidikan!! Nora, semua Noravayne Adela!! Putrinya sendiri!! “AKU INI AYAHMU!! AYAH YANG MEMBESARKANMU, NORA! TAPI KAU SAMA SEKALI TIDAK MAU MEMBANTUKU! JAWAB NORA!!” “BANTU AYAHMU!! NORA!!” Dalam balutan pakaian kerja-nya, sebuah topi menutup setengah wajah, tanpa ekspresi, berdiri tegap. Nora menatap Viens dalam diam. Saat laki-laki itu hendak dibawa pergi menuju mobil khusus tahanan. Viens masih mencoba untuk memberontak, lebih keras lagi. “LEPAS!!” Seseorang lengah menjaga Viens, sehingga laki-laki itu dapat mendorong tubuhnya, berlari cepat menuju ke arah Nora, dan seperti yang kalian baca di prolog sebelumnya. Nora mendapat tamparan cukup keras, tapi wanita itu bergeming. Tidak membalas meskipun Ia mampu. Menghindari tamparan tadi mungkin cukup mudah baginya, tapi Nora menolak. Dia hanya diam, dan tetap berdiri di tempat. Menatap sang ayah, wajah laki-laki itu memerah penuh amarah. “TAMPARAN ITU TIDAK AKAN CUKUP UNTUK MEMBANGUNKANMU, ANAK IBLIS!! KAU BAHKAN MELUPAKAN SEMUA BUDI BAIKKU MERAWATMU SELAMA INI!!” Viens meraung, mencaci maki Nora di depan semua bawahan wanita itu. “KAU BAHKAN TIDAK BISA MEMBANTUKU SATU KALI SAJA!! SAAT AKU BENAR-BENAR MEMINTA TOLONG!! KEMANA HATIMU ANAK SIALAN!!” Tidak ada jawaban, semua aksi Viens berakhir saat Moran ikut turun tangan. Laki-laki itu memang sengaja datang untuk melihat sendiri penyergapan Nora hari ini. Siapa menyangka kalau ayah Nora akan memukul sang putri tepat di depan semua orang. Tentu saja Moran tidak bisa tinggal diam. Melihat Nora yang membeku di tempat tanpa ada niat untuk melawan. Dia harus turun tangan, “Segera bawa dia ke sel khusus. Jangan biarkan dia kabur seperti tadi lagi!" Mengeluarkan nada tegas, memarahi bawahan Nora yang lengah. “Ma-maaf, Komandan Moran! Kami akan lebih hati-hati!!” Bergegas menyeret tubuh Viens keluar dari dalam gedung. Tubuh paruh baya sang ayah dipaksa keluar, walau suara teriak itu terus bergema. Memanggilnya dengan begitu banyak cacian. Nora sudah membulatkan keputusannya. ‘Jika aku membelamu. Semua kesalahan ini akan terjadi lagi di masa mendatang. Nyawa satu orang yang berhasil kau ambil sudah tidak bisa kembali.’ Kesalahan sang ayah harus ditebus hari ini. Walaupun Nora harus ikut menanggung semua. Dia tidak menyesal sama sekali.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD