Your Wife 7

795 Words
“Tidak sayang, miliknya jauh lebih pendek dari milikmu, hanya saja batang itu begitu gemuk, mulutku sempat kewalahan meladeni goyangannya yang semakin cepat, dan akhirnyaaaaaa,,,”   “Mampukah mulutmu ini memasukkan semua batang pennisnya,” dengus Rangga, panttatnya menghantam selangkanngan Rianti bagai orang kesurupan. Dirasakan orggasme hampir menyapanya.   “Yaaa,,, bahkan aku dapat merasakan bagaimana batang itu berkedut,” Rianti yang terbawa permainan Rangga juga bersiap menyambut orggasmenya. Dengan kuat Rianti membelitkan kaki indahnya dipinggang Rangga, membuat pennis Rangga semakin terjepit.   “Aaaapa diaaa,,, berhasil menyiramkan speeermanya dimulutmuuu,,,,,” teriak Rangga bersamaan dengan semprotan pertama yang menghambur keluar.   “Tidaaakkk,,, sayaaaang dia menyemprotkan sperrmanya tepat dilubang anuuussskuuuu,,, Aaaahhh,,aahh,,”   Badan Rianti berkelojotan ketika tak mampu lagi membendung orggasme, panttat nya terangkat keatas agar pennis suaminya itu menohok semakin dalam. Pengakuan terakhir yang keluar dari bibir Rianti memberikan jawaban akan noda yang mongering pada roknya, justru membuat orggasme Rangga semakin dahsyat. Batang besar itu menghujam semakin dalam, dan terus menghentak kasar dengan sperrma yang terus menghambur keluar. Tapi bagaimana itu bisa terjadi?, bukankah Rianti tidak pernah bersedia melakukan anaaal seks?   “Aaaahhh,,,, Eeemmhhh,,,Aaaarrgghhh,” keberingasan Rangga membuat kenikmatan yang diterima Rianti semakin sempurna. Seakan tak ingin kehilangan vaggina itu terus mengemut dengan kuat mencari-cari kenikmatan yang tersisa.   Sesaat keduanya mengatur napas, pergumulan mereka memang selalu menghantarkan pada kenikmatan yang dahsyat, tapi kali ini ada sensasi yang berbeda. Membuat ego Rangga memuncak untuk membuktikan dirinyalah yang terbaik, dan memaksa Rianti untuk berimajinasi dengan liar atas pengalaman yang didapatnya hari ini.   “Eee,,,Apakah kau marah padaku?,” Tanya Rianti ragu-ragu disisa gemuruh napasnya, walau bagaimanapun Rangga adalah suaminya, dan Rianti sangat takut kehilangan orang yang disayanginya itu.   “Aku telah berusaha untuk jujur meskipun itu pahit, aku,,, akuu,, mengakui semua kesalahanku membiarkannya terus bermain dengan tubuhku,” tambahnya, mencoba menghiba.   Rangga merasa kasihan dengan posisi Rianti yang merasa bersalah, ingin sekali Rangga mengerjai Rianti dengan berpura-pura marah, namun hatinya tak tega, dan lagi-lagi entah mengapa, sungguh,,, tak ada rasa amarah di dadda, hanya cemburu membara yang justru membangkitkan liboddo untuk b******a.   “Kurasa tergantung bagaimana kondisimu saat itu, jadi ceritakanlah semuanya,” ucap Rangga sambil memainkan payyudara Rianti yang penuh dengan tanda merah.   Seingatnya, cerita Rianti tidak pernah menyinggung tentang permainan bibir atau sedotan pada payyudara yang membuat tanda merah, hanya remasan-remasan nakal dari lelaki tua itu.   “Ku berharap kau tidak menyesal mendengar kejujuran ku ini, dan berjanjilah untuk tidak marah sayang, karena aku melakukan ini semua untukmu,” lirih Rianti dengan wajah serius sekaligus memelas.   Rangga yang asyik menambahkan beberapa tanda merah di dadda istrinya itu akhirnya terdiam, “Kenapa aku harus menyesal dan marah, apakah dia bertindak kasar terhadapmu,” selidiknya.   “Seperti yang kukatakan tadi, mulut ku cukup kewalahan untuk melayani pennis kecilnya, aku tak tau bagaimana mungkin batangnya dapat bertahan begitu lama, dan aku merasa kasihan dengan wajahnya yang mulai kelelahan dengan keringat yang mengalir deras dikulit putih pucatnya,” Pennis Rangga menggeliat manja didalam selimut vaggina Rianti.   “Lalu apa yang kau lakukan untuk membantunya?,” Tanya Rangga, dirasakannya batang itu mulai terjaga, menggelitik dinding vaggina Rianti dengan nakal.   “Ya, akhirnya aku mencoba sedikit menarik rokku, dan dia membaca apa yang ingin kutawarkan untuk menyelesaikan permainan ini. Seakan takut aku menarik tawaranku, dengan sigap tangannya menarik rok ku semakin keatas dan menyibak celana dalamku. Kau pasti tau sayang, aku sangat ingin mnyelesaikan permainan itu secepatnya, agar tidak terlalu merasa berdosa kepadamu, tapi aku juga tak mampu menolak ketika kepalanya dengan cepat menghilang di selangkannganku dan lagi-lagi aku merasakaaa,,n lidahnya yang panas menjilat, mengusap dan menyedot klittoris ku yang sudah sangat basaaah,, Aaahhh,,,” Mata Rianti terpejam, bayangan akan kejadian tadi siang ditambah vagginanya yang kembali menerima sodokan pelan membuat wanita itu kembali melayang mengejar kenikmatan.   “Aku harus mengakui permainan lidahnya begitu nikmat, dan aku tak mampu menolak orggasme yang menyerang diriku, kulihat Pak Santo menyeringai tersenyum dengan kumis dipenuhi selai putih milikku. Meski baruuu,, saja mendapatkan orggasme, birrahi memaksa tanganku untuk kembali. membenamkan wajahnya di selangkannganku dan berharap lidahnya memasuki liaaa,,angku sekali lagiii,,,. Aku ingin lidahnya menggelitik dinding-dinding vagginaku, menggigiiiitt,, klirotiskuuu,,,. Dan memang, akhirnya lagi-lagi aku menyerah pada orggasme yang begitu nikmaaat,”   Rambut kemalluan Rianti yang begitu lebat membuat Rangga jarang memainkan lidahnya pada selangkanngan istrinya, dan dirinya tidak menyangka jika istrinya justru sangat menyukai itu, dan kini istrinya telah mendapatkan kenikmatan itu dari pria lain. Cerita Rianti bagaikan dongeng m***m yang menghantarkan pada persetubuhan yang sedikit berbeda, pennisnya kembali menyodok dengan mantap. Sementara Rianti berkali-kali mendesah dalam keasyikannya bercerita.   “Setelah membiarkanku beristirahat beberapa saat, Pak Santo menawarkan padaku sebuah kesepakatan. Bila aku bersedia menerima pennisnya pada vagginaku maka dirinya akan mempromosikan sebuah jabatan baru yang selama ini memang kuinginkan.”   “Lalu, apa kau menyetejuinya?” seru Rangga cepat, pennisnya semakin mengeras menghentak selangkanngan istrinya.   *** Bersambung....
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD