BAB 2

951 Words
Saat ini adalah hari yang begitu cerah, kilauan cahaya matahari menembus sampai ke jendela kamar seorang wanita. Wanita itu membuka matanya dan menggeliatkan tubuhnya ia kemudian duduk bersandar di kepala ranjang mengambil buku dan pensil lalu mulai menulis. 'Hari ini adalah hari pertama aku belajar untuk menjadi sebuah penerangan siang hari dari sebuah cahaya. Kalian tau, hari ini aku dan bibi akan berkunjung kerumah kakek dan nenek yang berada di ujung kota karena paman belum pulang jadi, bibi memikirkan agar kami sementara waktu tinggal dirumah nenek dulu sambil menunggu paman pulang.' Setelah menyelesaikan tulisannya, wanita itu beranjak dari ranjangnya dan berjalan kekamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Author Pov'S Seorang pria tengah berdiri diseberang jalan trotoar dengan pakaian hangatnya, ia meneliti semua pandangannya keseluruhan kota dan jalanan raya setelahnya ia berjalan menyebrang namun matanya tidak bisa lepas pandang dari sekian bayaknya manusia yang berjalan disekitarnya. Hanya satu orang yang pria itu lihat dan perhatikan sampai diseberang ia diam tapi, pikirannya tidak. Sekarang pria itu tengah berbicara dengan seseorang lewat pikiran dan jiwanya. "Aku menemukannya," katanya. "Tetap berada disekitar pack kita. Awasi para omega dan prajurit didalamnya, aku yakin disalah satu diantara mereka ada satu dari bangsa lain dan lindungi King dan Ratu." titahnya dan setelahnya mengakhiri percakapan mereka. seorang anak laki-laki yang berusia 10 tahun tengah berjalan dengan hati-hati dan sampai pada sebuah mobil berwarna putih cerah. Anak laki-laki itu segera mengetuk kaca mobil depan tersebut hingga terbuka dan terlihat seorang wanita cantik yang tersenyum indah padanya. "Apa kau membutuhkan sesuatu, anak manis?" tanya wanita itu. "Apa aku boleh ikut denganmu?" tanya anak tersebut. Wanita itu terkejut dengan mengernyitkan dahinya. "Tapi aku tidak bisa membawa seorang anak sepertimu tanpa ijin dari ibumu terlebih dahulu." jawab wanita itu dengan lembut. "Apa kita bisa bertemu lagi dilain waktu?" tanya anak itu lagi dan lantas membuat wanita itu tertawa dan menganggukkan kepalanya. "mungkin bisa, tapi tidak besok atau besoknya." "Kenapa?" "Karena kau harus bersekolah dan belajar. Kata-katamu sudah seperti orang dewasa. Mm." Ucap wanita itu dengan memberikan satu buah permen lollipop besar dan langsung diterima oleh anak tersebut. Anak itu mengecup kedua pipi wanita itu lalu kemudian berlari menjauh. "Nata, bangun nak. Nat!" panggil Tere membangunkan Liana ta dalam mimpinya. Ternyata hanya mimpi. "Bibi? Apa kita sudah sampai," Kata Liana ta dengan melihat ke sekeliling mereka, sebuah hutan hijau dan lebat. "Ohh... Nat, mobil kita tiba-tiba mogok ditengah hutan seperti ini." ucap Tere dengan lelahnya. "Lalu apa yang harus kita lakukan, bibi?" tanya Liana ta dan bibinya hanya menggelengkan kepala tanda tidak tau. Liana ta membuka pintu mobil, ia keluar menghirup udara di hutan lebat tersebut, ia melihat kearah satu pohon yang paling besar diantara yang lainnya. Liana ta hendak kesana namun panggilan Tere menghentikan langkahnya ia lalu berjalan kearah bibinya dan bertanya ada apa. "Bibi mencoba menelpon service langganan kita dan dia bilang, dia akan sampai disini saat subuh nanti. Apa kita membangun tenda disini saja sementara sampai orang itu datang." kata Tere pada Liana ta. "Tidak masalah, bibi. Untuk sementara waktu saja," Liana ta berjalan kearah bagasi mobil belakang untuk mengambil peralatan mereka, saat ia menutup pintu bagasi wanita itu melihat sekilas cahaya cerah yang melintas diantara pepohonan yang besar tadi lalu cahaya itu terbang keatas dan menghilang, Liana ta semakin dibuat penasaran dengan apa yang dilihatnya, setelahnya ia berjalan kearah bibinya dan memberikan semua peralatan itu. Ia terus melihat kesatu tempat dimana cahaya tadi menghilang hingga panggilan bibinya terdengar. "Apa yang kau lihat, Nat?" tanya Tere yang mengikuti pandangan dari keponakan nya itu namun, yang dilihatnya bukanlah sebuah pohon besar seperti yang dilihat Liana ta tetapi yang dilihat Tere adalah sebuah jalanan yang disekitarnya terdapat tanaman-tanaman liar. "Aku merasa sangat tidak asing dengan pohon itu, bibi." ucap Liana ta sembari menunjuk pohon besar tersebut. Tere yang bingung segera melihat kearah tunjukkan Liana ta namun, lagi-lagi yang dilihatnya bukanlah sebuah pohon besar tapi melainkan hanya sebuah jalan. "Tidak ada pohon disana, Nat. Bibi hanya melihat sebuah jalanan saja." kata Tere dan sekarang yang bingung adalah Liana ta. Mengapa hanya dia yang melihat pohon tersebut. "Aneh," gumam pelan Liana ta. "Nata, hari sudah semakin gelap. Aku akan mencari kayu bakar disekitar sini." kata Tere dengan berdiri namun Liana ta dengan segera mencegah bibinya dan menyuruh Tere untuk beristirahat saja lalu dia yang pergi untuk mencari kayu bakar. "Kau hati-hati. Jauhi semak belukar, Nat. Berbahaya." ucap Tere mengingatkan dan dibalas dengan anggukan kepala dari Liana ta. Wanita itu terus menyusuri sebuah jalanan setapak dengan pandangan yang mencari-cari sebuah ranting pohon, untuk sekarang ia baru mengumpulkan sedikit kayu bakar, wanita itu terus berjalan sehingga ia tidak melihat sesuatu didepan kakinya, Liana ta dengan tidak sengaja nya tersandung akar pohon dan lalu terjatuh keras ketanah. Bruk! "Www! Hush... kakiku..." merintih wanita itu dengan duduk dan melihat kearah bagian bawah lutut kakinya yang tergores dan mulai mengeluarkan darah. "Hari sudah gelap, aku harus segera kembali ke tenda. Bibi pasti sangat mengkhawatirkan aku." ucap Liana ta dan mencoba untuk bangkit dengan menahan rasa sakit bercampur keram dikakinya. 'Huusshh...' Angin malam bertiup sangat kencang hingga menerbangkan sebagian rambut panjang Liana ta, wanita itu terus berjalan dan melihat jalanan gelap disekitarnya dan sekarang ia harus memilih sebuah tiga jalur jalan yang berbeda. Ia mencoba mengingat jalan mana yang dilaluinya sebelumnya, namun lagi-lagi ia meringis pelan dan menarik nafasnya kasar. "Andai saja kejeniusan ku adalah mampu mengingat walaupun sudah seribu tahun ke depan, aku pasti sudah keluar dari sini." Ucap Liana ta dengan aliran air matanya, dengan darah di kakinya yang terluka sudah mengering walaupun masih terasa sakit dan perih. Kretek! Sebuah suara terdengar dari balik badannya, Liana ta menarik nafasnya dan membalikkan badan. Wanita itu diam ditempat dan membeku seketika, apakah yang dilihatnya benar-benar nyata bukanlah sebuah perasaan halusinasi takut saja.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD