PART 2 | Davien!

1048 Words
[Davien Pov] Amoraa Club. Malam ini aku terpaksa datang ke tempat seperti ini. Klub malam adalah salah satu tempat hiburan yang paling tidak aku sukai dan sebenarnya sangat aku hindari. Sejak dulu, bahkan hingga saat ini. Bukan hanya klub malam, tetapi juga minuman beralkohol bukanlah hal yang menjadi favoritku. Namun kali ini, aku terpaksa untuk datang ke tempat seperti itu. Menit berlalu, aku terus mengayunkan langkah kakiku hingga semakin masuk ke tempat tersebut. Beberapa wanita tak segan melangkah dan mendekatiku hanya sekadar menawarkan servis terbaik mereka, menggodaku dengan berbagai macam rayuan. Huh, asal kalian tahu saja! Aku tidak tertarik! Saat ini, yang menjadi tujuanku hanya satu orang wanita yang harus segera aku temui agar bisa keluar dari tempat ini secepatnya. Aku menajamkan pandangan demi bisa melihat seorang wanita yang ingin aku temui saat ini. Dan ternyata wanita itu telah mengangkat sebelah tangannya dan ia melambai ke arahku sebagai isyarat. Aku kembali melanjutkan langkah kakiku untuk menghampirinya. Setelah sampai di sana, tanpa banyak kata, aku pun lekas mendaratkan bokongku duduk di atas sofa tepat di sampingnya. Sesekali aku menatap awas ke arah sekitarku, aku sedikit khawatir jika mungkin saja akan ada yang mengenaliku di sini. "Kenapa kau lama sekali, tampan?" Tiba-tiba, suara wanita di sampingku ini terdengar jelas ditelingaku. Aku menoleh dan hampir saja membuat bibir kami bersentuhan, bahkan hidung mancungnya pun telah bersentuhan dengan hidungku. Aku dengan cepat menarik wajahku. Aku melirik tak suka ke arah tangan kanannya yang terus mengusap paha atasku dengan gerakan sensual. Aku tidak begitu menghiraukannya. Aku berusaha menepis dan menjauhkan tubuhnya dariku. Setelahnya, aku bisa mendengar dengkusan tipis keluar dari bibirnya. "Jaga sikapmu! Aku datang kemari bukan untuk bermain-main!" ucapku sambil menatap tajam wajahnya yang lumayan cantik. Wanita ini hanya terkekeh saat menanggapi ucapanku. Di tampaknya tidak terlalu menganggapnya serius. Itu membuatku semakin kesal. "Davien, Davien. Kau ini memang tampan, tapi sayangnya kamu tidak nafsuan. Aku jadi meragukan kejantananmu, Davien," ejek wanita itu. Aku melihat dia mengedipkan sebelah mata genitnya ke arahku. Aku tahu jika wanita ini berusaha menggoda dan meluluhkanku. Sekali lagi aku tekankan, aku tidak akan pernah luluh. Bukan dia yang aku inginkan. Baik kau maupun wanita lainnya. Tidak untuk semua kecuali satu wanita, yaitu Queen Calista, pujaan hatiku. Hanya perempuan itu satu-satu yang aku inginkan. Sayangnya, dia adalah perempuan yang pernah aku campakkan dahulu. Dia perempuan yang pernah menyatakan perasaan cintanya yang tulus untukku, tetapi aku malah dengan bodoh menolaknya dengan begitu kejam. Perempuan itu saat ini pasti sangat membenci diriku. Namun, apa peduliku? Aku hanya menginginkannya tanpa peduli bagaimana dengan perasaannya terhadapku dulu. "Oke, baiklah. Aku tidak akan memaksamu, Davien." Aku kembali mendengar suara wanita di sampingku ini, sehingga sontak membuyarkan lamunan singkatku tentang dia. Aku merindukan Queen yang sekarang sedang aku perjuangkan agar bisa kembali bersamaku. "Ini bagianmu. Setelah kau menerima ini, aku harap enyahlah dari hidupku. Jangan sesekali muncul di depanku dan mencoba untuk mengacaukan apapun, termasuk hidupku! Kau paham?" tekanku padanya. Wanita ini malah semakin tertawa lebar. Kemudian tak berselang lama, dia membuka lembaran kertas yang barusan aku berikan untuknya. Dan kedua matanya pun langsung membelalak saat melihat nominal angka yang tertera di sana. Dia menatapku dengan senyum mengembang sementara aku menganggapnya biasa saja. "Aku senang bisa membantumu, Davien," ucapnya sambil mencium kertas yang tak lain adalah selembar cek di kedua tangannya. "Barusan aku membayarmu, jadi kau bukan membantuku!" balasku sedikit kesal. Namun, sepertinya wanita tidak peduli dengan sikapmu. Dia sibuk melebarkan senyum sumringahnya. "Yeah, aku tahu itu, Davien. Kalau ada job lagi, aku siap mengerjakannya. Bayaranmu ternyata sangat memuaskannya." Dia mencondongkan wajahnya ke arahku dan hendak menciumku. Namun, aku berusaha bergerak cepat dan menahan pergerakannya. 'Wanita ini benar-benar tidak tahu malu,' pikirku. Saat aku hendak membalas ucapannya, tiba-tiba kedua netraku sontak menangkap sosok orang yang nampaknya baru saja masuk ke club. "Sial! Bagaimana mungkin bisa kebetulan seperti ini?!" batinku mengumpat kesal sambil sesekali aku membenarkan letak hoodieku. "Ada apa, Davien?" tanya Yola yang ada di sampingku. "Diam, Yola! Sebaiknya kau segera keluar dari tempat ini!" ucapku kepada Yola. Wanita itu menatapku dengan kening berkerut. Aku tahu dia bingung dengan maksudku barusan. Namun, bukan rasa bingungnya yang aku khawatirkan saat ini. Namun, sosok yang baru saja masuk kedalam klub ini cukup membuatku terkejut. Dia adalah Alvino, kakak dari Queen. 'Oh, ini benar-benar sial! Bagaimana mungkin aku berada di dalam satu klub yang sama dengan pria itu,' pikirku dengan mengumpat kesal. Sesekali aku mencoba untuk melirik ke arahnya, tetapi sepertinya Al belum menyadari kehadiranku. Sehingga aku pun memilih jalan aman dan segera keluar meninggalkan klub. Tidak lupa aku juga menarik Yola agar ikut bersamaku. Aku takut jika Al mengenali wajah Yola dan semua rencana yang sudah aku susun pasti akan berantakan. "Kenapa kamu menarikku seperti ini, Davien? Aku sedang bekerja didalam sana!" Yola menatap kesal ke arahku, bahkan nadanya pun terdengar sangat ketus. "Uang yang aku berikan barusan sudah cukup untuk mencukupi kebutuhan hidupmu sampai satu tahun ke depan! Jadi tidak perlu sok sibuk di depanku!" bentakku. Lagi-lagi Yola hanya mendengkus dan aku kembali melanjutkan kalimatku, "Di dalam sana ada orang yang bisa saja mengenali wajahmu. Dan saranku, sebaiknya kau pergi dari sini, bila perlu carilah tempat kerja lain!" Aku menatap tajam wajahnya dan berusaha untuk memperingatinya. "Tapi .…" Sepertinya Yola hendak mengeluarkan protesannya. Namun, aku kembali menyela dengan cepat. "Jika keluarga itu sampai menemukanmu, aku tidak bisa menjamin kau bisa selamat, Yola! Sebaiknya kau ikuti saranku dan jangan kembali ke sana! Bahkan akan lebih aman lagi jika kau bisa pergi keluar kota," ucapku sambil sedikit mengancamnya. Sepertinya aku akan berhasil, jika aku lihat dari wajah piasnya. Yola mulai ketakutan. "Kenapa jadi berbahaya seperti ini, Davien?" tanya Yola seperti menyesal telah melakukannya. Namun, aku tetap tidak peduli. Aku tidak peduli dengan keselamatannya karena aku hanya peduli dengan rencanaku saja. "Tidak usah menyesal! Kau sudah melakukannya dan menerima bayarannya. Tugasmu saat ini adalah pergi yang jauh. Itupun jika kau ingin selamat!" ucapku sambil berlalu pergi meninggalkan Yola di sana. Sebenarnya, aku bukan hanya mengancamnya. Namun, jika Al menemukannya dan mengenali wajahnya, aku yakin Yola pasti akan berada dalam bahaya. Aku sangat kenal dengan Al dan bagaimana kejamnya lelaki itu. Akhirnya, setelah tadi pagi aku menyaksikan kegagalan akan sesuatu yang tidak aku inginkan, malam ini pun sepertinya aku mulai bisa bernapas lega, bahkan bisa sampai membuatku tidur nyenyak. Mungkin saja Tuhan mau mempertemukanku dengan dia meski hanya lewat mimpi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD