KENIKMATAN

2008 Words
Derian menggerang nikmat ketika kenikmatan itu benar – benar sampai ke puncaknya . Dia menggulingkan badannya ke samping Tamara yang sama – sama telanjang dan memiliki peluh yang berlebihan . “Gue suka setiap kali kita ngelakuin ini dalam keadaan sadar dan lo sering nyebut gue sayang atau baby . “ Ucap Tamara pelan karena nafasnya masih tersengal . Lalu tersenyum menatap Derian di sampingnya . “Kenapa ?” Derian sudah menatap Tamara Tamara beringsut datang ke dalam pelukan Derian . Dia memeluk Derian dari samping membuat dadanya dengan d**a Derian menempel . “Karena –“ Tamara mengelus d**a Derian lembut pelan ke atas dan ke bawah membuat Derian melenguh nikmat , “lo selalu ga romantis kalo kita ga begini .” Lanjut Tamara Derian tersenyum kecil . “Kenapa lo beda ? Saat bercinta dan saat biasa aja ?” Tamara tentu saja kesal Di dunianya , Derian sangat dingin dan menyebalkan . Tetapi saat dia di dunia ranjang dan bercinta di atas atau di bawahnya , Derian selalu lembut dan dengan mudahnya melontarkan kata – kata manis dan juga sayangnya pada Tamara . “Gue juga bingung .” Sahut Derian pelan “Aneh . Gue mau mandi , mau ikut ?” Tamara tersenyum nakal menggoda Derian yang masih berbaring di tempat tidurnya . “Jangan ngegoda gue , Andreas .” Tamara tertawa kecil , saat marah dan kesal dan juga menggerang nikmat , nama itu yang selalu disebut oleh Derian . Dan tentu saja , Tamara menyukainya . Tamara langsung menutup pintu kamar mandi saat melihat Derian bangun dari tempat tidurnya . Tamara cukup lelah malam ini . Dan dia tidak akan mengambil risiko untuk membuat badannya tidak bisa bangun esok harinya . Bagi Tamara tiga kali o*****e oleh Derian sudah sangat cukup . Tamara menyelesaikan mandinya namun Derian sudah menghilang dari tempat tidurnya . Tamara memakai baju kaus yang menutupi badannya sampai paha . Lalu berjalan keluar kamar . Derian sedang memasak sesuatu . “Masak apa ?” kata Tamara duduk di kursi tempat dia biasa duduk . Mengamati Derian yang sedang memotong sayuran di meja cukup jauh dari Tamara . Derian sedikit melirik Tamara tanpa menoleh . Namun lirikannya berubah menjadi satu putaran badan penuh . Kini Derian berhadapan langsung dengan Tamara . “Gue udah bilang , pake baju yang bener .” Tamara tersenyum , kalimat Derian lebih panjang dari biasanya saat dia marah . “Gue mau tidur , Derian . Bukan mau ke mall .” Derian melanjutkan memotong sayurannya tanpa menghiraukan Tamara di belakangnya . “Gue udah bilang , gue ga suka wortel .” Kata Tamara sambil memeluk Derian dari belakang . Derian berdecak , “lo mau buta ?” Tamara melepaskan pelukannya lalu memukul lengan Derian sekuat tenaganya . “Gue ga bakal buta karena ga makan wortel , Sayang .” Tamara kabur karena takut Derian membalas pukulannya . Kemudian , Tamara berjalan menuju sofa . Menyalakan TV dan duduk mengambil cemilan . “Jangan makan kacang , Ta .” Tamara tersenyum , panggilannya selain Andreas dan baby atau sayang adalah Ta . Singkat namun cukup membuat Tamara tersenyum senang . Itu adalah panggilannya ketika masih jaman memakai baju putih dan rok abu – abu yang sedikit di atas lutut. Tamara jadi ingat mengenai hal – hal yang di buat Tamara dan tentu saja di buat oleh Derian juga dulu . Sama – sama saling mengabaikan dan pada akhirnya mereka sampai sekarang saat ini . Pikiran Tamara melayang . Ke masa dimana dia dan Derian benar – benar masih saling menyakiti satu sama lain sebelum ke masa sekarang yang kedua benar – benar sangat membutuhkan satu sama lain . "Kamu gapapa 'kan ?" Gadis itu panik saat melihat darah keluar dari sudut bibir laki - lakinya . Iya. Laki - lakinya. Sejak tiga bulan yang lalu , laki - laki ini sudah melakukan banyak hal bersamanya. Bersama gadis ini . Sejak laki - laki itu bilang kalau dia suka pada gadis ini. Tapi tiba - tiba, laki - laki ini bersikap berbeda sejak kemarin . Dan sekarang, gadis ini menemukan laki - lakinya sedang babak belur di kursi pinggir jalan . "Gue pengen lo pergi !" Gadis itu menghentikan tangannya di udara saat akan menyentuh luka di pelipis laki - laki itu dan kemudian tersenyum kecil mendengar apa yang dikatakan laki - laki di depannya . "Udah ke berapa kalinya kamu ngomong kayak gitu ke aku hari ini sejak pagi tadi. Kamu beneran pengen aku pergi ?" Gadis itu menurunkan tangannya yang tadi ingin sekali menyentuh luka laki - laki itu untuk di obati . Lalu laki - laki itu menatap gadis itu. Tamara . Gadis usia tujuh belas tahun dengan rambut sampai bahu , mata tidak terlalu bulat dan berhidung mancung . Bibir tipis berwarna merah muda alami tanpa bantuan riasan bibir . Tinggi seratus enam puluh lima dan berat badan lima puluh satu kilogram. Laki - laki itu menghela nafasnya pelan .   "Lo kira omongan gue itu bercanda ?" Tamara tersenyum , "karena kam - lo udah bilang ini berulang kali , gue jadi percaya kalo lo beneran ga bercanda ." Laki - laki itu. Derian . Laki - laki yang terkenal gara - gara jadi pemain basket yang meraih top score dan pemain favorit sejak tahun pertama di sekolah menengah atas , walaupun bukan kapten. Berumur setahun lebih tua dari si gadis . Tinggi dan postur tubuh se- ideal pemain basket pada umumnya . "Sebelum gue beneran pergi , sini gue obatin dulu luka lo. Biar ga kena infeksi ." Tamara belum menyerah akan hal ini. Tamara yang tidak tega melihat orang lain menderita. Tamara mengangkat lagi tangannya. Tapi penolakan yang di dapat Tamara kali ini membuat hatinya serasa di remas dari dalam. "Gue . Cuma . Minta . Lo . Pergi ." Derian menahan tangan gadis itu lalu di turunkan secara kasar dan menekankan kata - kata itu sambil menatap matanya. Tamara mengangguk. "Okay . Lo yang minta gue pergi . Jangan pernah ngeliat gue lagi ya , Der. Sampai gue mampu buat liat lo lagi . Hehe . Takutnya gue sakit hati pas liat lo . Gue pergi ." Tamara bangkit lalu berjalan menjauh . “Mau makan ga ?” Derian sudah menyajikan mie rebus dengan sayur dan telur . Tamara tersenyum lalu menempatkan dirinya di depan makanan yang sudah terhidang di meja makan kecilnya . “Lo pasti ngayal lagi .” Seru Derian setelah makanan habis di mulutnya . “Apa salahnya dengan mengkhayal sih , Derian ?” Seru Tamara sambil berdecak . Tamara ini memang suka banget mengkhayal yang engga – engga. Contohnya ngayal bisa dating sama biasnya salah satu member BTS boyband korea yang sedang naik daun. Dan tentu saja Tamara masih sehat wal afiat sampai sekarang . “Kalo ngayal ketinggian , “ Derian membatas jeda untuk menelan makanan yang ada di dalam mulutnya .“Lo bisa jadi gila .” “Kok bisa ?” Tamara juga ikut memakan mie rebus yang di buat Derian Derian mengedikkan bahunya tak acuh , “karena ga kesampaian , mungkin .” Tamara ingin sekali mengejek Derian yang bahkan dulu saja dia sering mengkhayal yang tidak – tidak tentang hubungannya dengan Ariana Grande pas lagi mabok parah sampai tepar dan di temukan oleh Tamara . “Lo inget ga ?” “Nggak .” Tamara baru saja akan memukulkan sendoknya pada kepala Derian kalau saja tidak ingat kalo Derian juga bisa se- spontan itu  menangkis pukulan . “Gue belum selesai ngomong , kambing .” “Oh lo ngomong sama kambing .” Tamara berdecak , “dah ah ga jadi tanya . Males gue .” Derian terkekeh , “iya dah . Mau tanya apa ?” Tamara diam kemudian memasukkan mie rebusnya banyak – banyak ke dalam mulutnya . “Pelan – pelan , Ta .” Sahut Derian pelan Tamara mengangguk , “lo kenapa waktu pas pacaran sama gue dulu juteknya kebangetan ? Sampe nyuruh gue pergi lagi . Nyebelin .” Derian tentu saja mengingatnya dengan jelas . Itu adalah salah satu penyesalan cukup besar untuk Derian . Hanya saja , Derian tidak menunjukkannya saja . “Waktu itu udah tau , kan ?” Tamara menangguk karena mulutnya masih mengunyah makanannya . “Pengen tau aja lagi . Ga sengaja gue tadi malah flashback ke sana .” Derian mengambil minum air mineralnya , “gue tarohan dan dapet mobil .” Tamara mengangguk , “kenapa gue yang jadi bagian tarohannya , Ri ?” Tamara mengambil gelas yang tadi Derian ajukan untuknya . Gelas bekas minum Derian . Kebiasaan , mereka berdua suka memakai apa pun untuk bersama – sama . “Lo kan anaknya so asik .” Tamara berdecak , “lo sadar ga sih kalo gue sakit hati banget saat itu .” Derian mengangguk , “gue juga .” “Lo sakit hati ?” Tamara semangat bertanya . Untuk apa Derian sakit hati ? Apa dari dulu Derian memang sudha menyayanginya ? “Gue juga tau lo sakit hati .” “Babi .” - - - - - - - - - - - - - - - - Tamara sudah bersiap dengan pakaian kerjanya . File laporan dan juga beberapa barang sudah ada dalam tas dan sekarang tasnya rapi . Bukan dia yang membereskannya . Tapi Derian . Katanya , dia juga sekalian membereskan file kerjanya . Jadi tas Tamara rapi atas ulah dan baik hati seorang Derian . “Lo berangkat sekarang ?” Derian mengangguk , masih jam tujuh pagi tapi Derian sudah bersiap pergi . Setau Tamara , Derian biasanya akan pergi ke kantor pada jam sembilan atua paling tellat jam sepuluh pagi . “Gue anterin dulu , lo ke rumah sakit .” Tamara tersenyum , ternyata untuk itu Derian pergi se-  pagi ini  . “Lo pulang malam ini ?” Derian bertanya pada Tamara ketika Tamara sedang mengikat tali sepatunya . “Iya , kalo ga ada halangan kayaknya gue pulang malam ini . Kenapa , Ri ?” tanya balik Tamara untuk Derian . Yang di tanya malah menggeleng , “nanya aja .” “Jangan – jangan lo minta jatah ?” Tamara tertawa keras . Derian buru – buru membukam bibir Tamara dengan telapak tangannya . “Masih pagi , Ta .” Tamara mengangguk ketika mendengar suara Derian di telinganya . Derian lantas melepaskan tangannya yang berada di mulut Tamara . Tamara tersenyum kecil . “Gue ga keberatan kalo lo minta jatah di ranjang nanti malam . “ Derian sudah seperti kehabisan berpikir dan kesabarannya sudah di uji oleh Tamara . “Ta .” “Hm . . “ Lalu tanpa berlama – lama , Derian mengelumat bibir Tamara menuntut Tamara membalas lumatannya . Mereka berdua masih ada di ruangan apartemen , hanya saja di belakang punggung Tamara kali ini adalah pintu untuk menuju keluar . Yang artinya adalah , Tamara sudah di tekan paksa ke arah pintu keluar . “Mhh . Rih . . “ Tamara mendesah saat Derian menyentuh pinggangnya lalu turun ke bawah . Dan meremasnya pelan . “Gu . guehh mhh . harus kerjahhh , aaah Derianhh .” Derian menyudahi ciumannya . “Lo ah , “ Tamara tentu saja kesal . Baju rapinya kini sedikit berantakan . Dan Tamara yakin bibirnya sudah tidak berwarna . “Apa ?” sahut Derian dingin . “Bibir gue ga ada lipstiknya , Derian .” “Tanpa warna gue tetep suka .” Lalu Derian mengecup singkat bibir Tamara . Tamara tersenyum . “Kata lo ini masih pagi , Ri .” Derian mengangguk . Lantas memeluk Tamara mendekatkan dirinya kepada Tamara . Menempelkan bagian intim dan d**a mereka satu sama lain . “Bisa sekali dulu ga , sayang ?” Tamara tersenyum lalu melihat jam tangan yang meingkar di pergelangan tangan kirinya lalu mengangguk . “Bisa , lima belas menit ?” Setelahnya , Derian membanting Tamara ke sofa di depan TV . Derian membuka celananya dan Tamara mendesah saat inti keduanya saling bersatu . Mendesah dan menggerang . “Bener kata orang – orang . Morning s*x membuat kita semangat di pagi hari .” Derian mengusap bibir Tamara . “Lo telat masuk kerja , Ta .” Setelah itu Tamara bangun dan merapikan pakaiannya dengan sangat tergesa – gesa . “Kalo bisa awal – awal dong jangan mepet gini .” Tamara mengomel karena gara – gara Derian dia mungkin saja terlambat kerja . Bahkan tidak sempat untuk sarapan . Kemudian keduanya keluar dengan keadaan lengkap dan seperti tidak terjadi apa – apa . menurun lift ke basement dan melajukan mobil menuju tempat kerja masing – masing .
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD