PART 2 | Perubahan sikap Alvan

1555 Words
*** Diandra menatap nanar punggung suaminya saat pria itu melangkah masuk kedalam kamar mandi. Diandra menekan dadanya yang sesak karena Alvan memperlakukannya seperti ini. Diandra melangkah pelan, ia kembali menuju ranjang. Disana, Diandra mendaratkan bokongnya, ia mengerjap tanpa sengaja sehingga air matanya pun langsung menetes begitu saja. 'Apa yang sebenar sudah terjadi? Kenapa dia bisa berubah seperti ini? Dia hanya menikahiku? Lalu bagaimana dengan perasaannya? Ya Tuhan … sesak sekali rasanya.' Batin Diandra sambil menundukan pandanganya dengan bahu yang mulai bergetar. Dia menangis dalam diam, bahkan ia berusaha sekuat tenaga untuk meredam suara isak tangisnya. Diandra tidak ingin dunia dan seisinya tahu jika saat ini hatinya dengan perlahan mulai terluka. Menit berlalu, setelah puas menumpahkan rasa sesak dan air matanya, akhirnya Diandra bangkit lalu melangkah masuk kedalam walk in closet. Ia melepas gaunnya seorang dirinya, meski sedikit kesulitan, namun Diandra tetap berusaha. Memangnya siapa lagi yang akan bisa membantunya? Alvan? Huh! Pria itu bahkan sudah tidak peduli lagi dengannya. Setelah berhasil melepas gaun itu dari tubuhnya, dan Alvan pun sudah selesai menggunakan kamar mandi, kini giliran Diandra. Ia masuk kedalam kamar mandi lalu membasuh tubuhnya. Setelah selesai, saat Diandra keluar, ia melihat suaminya yang terbaring diatas ranjang dengan kedua mata yang sudah terpejam. Sepertinya Alvan sudah tidur dan mungkin saja pria itu kelelahan makanya sampai bersikap dingin dengan nya. Diandra masih berusaha untuk berpikir positif mengenai perubahan sikap suaminya. Diandra masih sangat percaya jika Alvan benar-benar mencintainya. Dengan gerakan pelan, Diandra membaringkan tubuhnya di samping Alvan, dia menarik selimut trbal itu lalu membungkus tubuhnya dan berusaha memejamkan kedua matanya. . . Kediaman Margatama | 09.21 AM Usai berkemas, Diandra dan Alvan pun langsung meninggalkan hotel tempat mereka menginap semalam dan langsung pulang. Namun, mereka tidak pulang kerumah mereka, melainkan kerumah orang tua Diandra. Karena saat ini, semua orang sedang berkumpul di sana termasuk dengan Arthur, ayahnya Alvan. Mereka semua menunggu kedua pasangan pengantin baru itu dengan sangat antusias. Sementara Alvan dan Diandra, saat ini mereka masih berdiam diri didalam mobil. Diandra berusaha menormalkan ekspresinya, karena dia tidak ingin membuat semua keluarganya menaruh curiga. Pasalnya, sampai detik ini, belum terjadi apapun antara dirinya dengan Alvan. Pria itu benar-benar menunjukan sikap dingin terhadapnya. "Tunggu!" Alvan menahan lengan Diandra ketiak wanita itu melepas seatbelt dan hendak membuka pintu mobil. Diandra menatap datar tangan besar Alvan yang saat ini menahan lengannya. Lalu, ia mengangkat wajahnya membalas tatapan pria ini. "Kamu akan cerita ke mereka tentang kita?!" Tanya Alvan. "Tentang yang mana?" Diandra balik bertanya. "Oh, tentang kalimatmu yang katanya kamu hanya menikahiku? Atau tentang sikap dinginmu? Atau mungkin semuanya?!" Lanjut Diandra. Ia terus menatap wajah tampan itu, bahkan Diandra tidak peduli jika saat ini rahang tegas Alvan mulai mengeras. "Kamu tenang saja, aku bukan tipe wanita yang suka mengadu! Aku tidak suka membebani orang tuaku dengan permasalahan yang terjadi dalam rumah tanggaku! Jadi, apa sekarang kita bisa masuk saja, dan lepaskan tanganku!" Desis Diandra. Sungguh, wanita itu seperti sangat sulit menahan emosinya. Saat Alvan melepas cekalan pada lengannya, Diandra pun langsung membuka pintu mobil dan keluar. Ia masih berdiri disamping mobil suaminya, menunggu pria itu karena mereka akan masuk bersama. Saat Alvan keluar dari mobil, pria itu tampak mengernyitkan keningnya saat melihat Diandra masih berdiri disana. Wanita itu melangkah menghampirinya lalu mengaitkan tangan pada lengan kekarnya. Diandra mendongak, lalu berkata. "Bagaimanapun perasaanmu untukku saat ini, setidaknya, tunjukan saja didepan mereka kalau kamu adalah pria yang mencintaiku. Disana ada ayahku dan juga kakakku, kalau mereka tahu bagaimana kamu memperlakukanku, aku tidak yakin kamu bisa melihat hari esok, Alvan." Ujar Diandra sehingga tak ayal membuat Alvan tertegun. Pria itu diam saja tanpa berniat membalas ucapan istrinya. Dan setelah itu, keduanya pun lekas melangkah menuju pintu besar disana yang sudah terbuka lebar. Menit berlalu, mereka pun sudah sampai di dalam rumah. Ternyata, disana cukup ramai karena semua keluarga sedang berkumpul. Khesya, wanita paruh baya yang tak lain adalah ibunya Diandra pun menyambut mereka dengan antusias. Bahkan yang lain pun mulai menggoda Diandra karena wanita itu baru saja melewatkan malam pengantin. Sesuai dengan kesepakatannya dengan sang suami, Alvan, Diandra pun berusaha mengulas senyum lebar di depan mereka. Ia bersikap seolah-olah dia adalah wanita yang paling bahagia saat ini. Meski kenyataannya tidak seperti demikian. "Die? Maaf, Nak? Sepertinya, Dad harus kembali ke Florida hari ini." Ujar Arthur pada menantunya, Diandra. Wanita itu melempar pandangan, ia membalas tatapan mertua nya itu. "Loh, Dad? Kok buru-buru? Apa gak bisa beberapa hari lagi aja?" Tanya Diandra sarat akan rasa tidak rela. "Dad harus segera kembali, Nak, untuk mengurus segala sesuatu di sana. Supaya nanti, Dad bisa secepatnya kembali kesini dan tinggal bersama kalian." Balas Arthur sembari menjelaskan. Yah … awalnya, Alvan dan ayahnya memang tinggal di Florida. Namun sudah beberapa tahun ini, akhirnya mereka memutuskan untuk pindah ke Indonesia. Oleh sebab itu, Arthur ingin secepatnya kembali ke Florida karena pria paruh baya itu ingin segera membereskan semua urusan mereka yang tersisah disana. Termasuk perusahaan yang berada di sana. "Iya sudah kalau gitu, Dad. Aku harap, Dad bisa kembali secepatnya kemari," ujar Diandra dan dibalas anggukan pelan serta senyum hangat di wajah Arthur. Pria paruh baya itu memang sangat menyukai sosok Diandra dan sangat bersyukur karena wanita itu bisa menjadi menantunya. Arthur yakin jika sang putra akan jauh lebih bahagia ketimbang dengan wanita yang Arthur ketahui pernah menjalin hubungan dengan Alvan. Dia adalah Belinda. Sementara Alvan, dia hanya diam saja saat mendengar interaksi ayah dan istrinya. Alvan lebih tertarik berbincang-bincang dengan mertuanya, Daren Margatama. . Tak Terasa hari sudah mulai sore, dan ayahnya Alvan pun sudah kembali ke Florida sejak tadi siang. Sementara Alvan dan Diandra, kedua pasangan itu juga akan pulang ke rumah mereka. Bahkan, Khesya sempat memohon kepada putri dan menantunya agar mereka mau menginap meski hanya semalam saja di kediaman Margatama. Namun, Diandra dengan berat hati menolak permintaan ibunya karena dia juga khawatir kalau keluarganya sampai tahu bagaimana sebenarnya hubungannya dengan Alvan saat ini. Sehingga Khesya pun mengalah dan membiarkan sang putri dan menantunya pulang ke rumah mereka. Itu pun setelah suaminya, Daren yang berusaha memberi pengertian padanya jika pengantin baru memang membutuhkan suasana yang tenang dan tentu akan menghabiskan banyak waktu berdua saja. Sehingga setelah itu, akhirnya Alvan dan Diandra pun meninggalkan kediaman Margatama menuju rumah mereka. Kediaman Abrisam. Dan tak membutuhkan waktu lama, mereka pun tiba disana. Alvan membawa sang istri masuk kedalam rumahnya yang mewah dan megan. Namun sebelum itu, Alvan menyempatkan dirinya untuk memperkenalkan Diandra sebagai istrinya kepada beberapa asisten rumah tangganya yang memang belum pernah mengenal Diandra sebelumnya. Dan setelah itu semua selesai, Alvan kembali membawa Diandra naik ke lantai atas, dimana tempat saat ini kamar tidur mereka berada. "Ini adalah kamarmu dan disebelahnya ini adalah kamarku." Ujar Alvan. Saat ini mereka sedang berada di lantai dua. "Masuklah dan lihat, apa ada yang kurang atau tidak. Kalau ada, tinggal bilang saja, aku akan memberikannya untukmu." Lanjut Alvan. Diandra diam, wanita itu terus mendongak, menatap wajah tampan suami brengseknya ini. "Jadi, kita tinggal di rumah yang sama, tapi kamar kita berbeda?" Tanya Diandra dengan nada lirih. "Yeah! Aku tidak ingin ada orang lain yang mengganggu privasiku!" "Van, aku ini istrimu. Aku bukan orang lain, Alva?! Sebenarnya apa sih, yang terjadi sama kamu? Kenapa kamu jadi berubah seperti ini?" Tanya Diandra tidak bisa lagi menahan rasa penasarannya. Sementara Alvan, pria itu mengulas senyum sinisnya saat mendengar pertanyaan Diandra barusan. "Hanya status! Jangan lupakan itu!" Desis Alvan sambil mengangkat dagu runcing istrinya. "Kalau begitu, ayo jelasin ke aku, apa yang membuatmu berubah seperti ini? Apa aku ada melakukan kesalahan? Sampai-sampai kamu memperlakukan aku seperti ini?" Alvan melepas jemarinya dari dagu runcing diandra. Ia mundur selangkah sambil terus menatap wajah istrinya. Bahkan kedua mata Diandra mulai berkaca-kaca dan Alvan puas saat melihatnya. Sementara Diandra, ia terus menunggu jawaban suaminya. Diandra berharap Alvan mau mengatakan yang sejujur-sejujurnya padanya. Diandra penasaran dengan perubahan Alvan yang tiba-tiba seperti ini. Padahal, yang dia tau kalau pria itu sangat mencintainya. Buktinya, Alvan langsung mengajaknya menikah. Tapi lihatlah, sekarang Alvan bersikap seolah-olah pria itu sangat membencinya. "Hai, sayang." Sapa seorang wanita di belakang mereka. Alvan melempar pandangnya, sementara Diandra ikut menoleh dan melihat wanita itu melangkah semakin dekat. Diandra mengerutkan kening saat melihat wajah yang tidak asing di ingatannya. "Kamu udah siap?" Tanya Belinda sambil bergelayut manja di lengan kekar Alvan. "Sudah. Kita berangkat sekarang?" Tanya Alvan dan Belinda pun mengangguk sambil tersenyum lebar. Sementara Diandra, wanita itu terus menatap nanar, melihat wanita lain bersikap begitu manja pada suaminya membuat ulu hatinya seketika nyeri. Ya Tuhan … Diandra tidak sanggup. "Tunggu, Van!" Diandra mehana lengah kokoh itu ketika Alvan hendak melangkah bersama Belinda. "Kamu mau kemana dan siapa wanita ini?!" Tanya Diandra sambil menatap wajah suaminya dan Belinda bergantian. "Wanita ini adalah kekasihku! Kenapa?" Balas Alvan sembari bertanya. Deg! "Kenapa? Kamu bertanya sama aku, kenapa?" Tanya Diandra tidak percaya. "Alvan, aku ini adalah istri kamu! Dan kamu malah bilang jika dia adalah kekasihmu?! "Aku sudah bilang sejak awal kalau aku hanya menikahimu! Aku tidak mencintai!" Desis Alvan sementara Belinda, wanita ular itu lantas mengulas senyum puasnya. Diandra sesak, sungguh, dia ingin sekali berteriak kencang, mengadukan rasa sakitnya pada dunia. Kenapa takdir menghujamnya begitu kejam?! Tanpa bicara apapun pada istrinya, Alvan membawa Belinda melangkah jauh dari Diandra. Kedua anak manusia itu turun ke lantai bawah dan pergi begitu saja. Diandra menundukan wajahnya, dia mengusap pelan airnya sambil meremas kuat dadanya yang sesak. 'Sakit sekali rasanya, Mom.' Batinnya mengingat sang mommy, Khesya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD