MENUNGGUMU

1095 Words
Mataku masih nanar memandang dari kejauhan, di antara kendaraan besar yang berjajar, aku belum menemukan sosok tinggi besar yang aku tunggu selama ini. Dia berjanji akan datang ke sini menemuiku. Mataku terus menatap lorong demi lorong bus-bus yang berjajar di terminal, yang sedang menunggu penumpang menuju ke Jogjakarta. . Di sinipun aku menunggu Bagas, yah...Mas Bagas dari Kota Jogja. Tadi aku melakukan perjalanan selama dua jam menuju ke kota ini dengan sebelumnya terjadi insiden yang menyakitkan dalam kehidupanku selama ini. Dan Mas Bagas butuh enam jam agar sampai di tempat ini. Aku dan Mas bagas sepakat untuk bertemu di tempat ini dengan rentang waktu, jaraknya lebih cepat sampai ke tempat itu daripada dia dari Jogjakarta. Bus kuning aku lihat sudah melaju kencang meninggalkan terminal dengan banyak penumpang dan selanjutnya diikuti bus yang lain yang melaju kencang meninggalkan terminal. Aku duduk di kursi kayu bergaris-garis lapis .Di situ ada empat orang yang duduk di kursi kayu itu termasuk aku. Semakin lama aku semakin merasa gelisah karena Mas Bagas yang aku tunggu-tunggu tidak juga menampakkan batang hidungnya. Hari semakin sore dan aku merasa khawatir sendirian di tempat ini. Bus-bus yang transit di tempat itu juga sudah mulai meninggalkan terminal, hanya satu dua yang tinggal menunggu penumpang penuh. Jika bus-bus itu pergi semua dari terminal, tinggal aku sendirian dan nyaliku jadi semakin ciut. Aku hanya memakai baju yang aku pakai ini saja dengan tas laptop yang aku pegang dengan erat, takut ada penjambret yang menjambret tas laptopku, sementara jam terus berdetak, meninggalkan waktu demi waktu dan Mas Bagas belum datang juga ! Aku masih bertahan duduk di kursi kayu untuk penunggu. Mungkin jika ada orang yang melihat gerik-gerik aku, mereka pasti akan mencurigaiku karena aku menunggu sudah lebih dari satu jam di tempat itu. " Aku sudah sampai Mas, kenapa kamu lama sekali ? " pertanyaanku pada Mas Bagas lewat ponselnya. " Sabar sayang, ini lagi macet.... " " jawab Mas Bagas di sana. Aku hanya menelan ludahku lagi. Ya Allah...kenapa macet segala yah ? sesuatu yang tidak aku perkirakan sebelumnya sebab aku sebelumnya sudah menghitung jarak masing-masing sebelum pergi. Aku masih terduduk lesu.Kerongkongan mulai kering dan kepala menjadi agak pusing . Mataku menatap kosong dan hampa dengan peristiwa yang baru saja terjadi sebelum aku berada di tempat ini. Mataku menerawang jauh ke sana......... Aku telah duduk di sebuah bus untuk membawa ku menuju tempat yang aku tuju, tiba-tiba seorang pria dengan berangas merebut tas laptopku, tentu saja tas laptop itu langsung berpindah ke tangannya karena aku hanya mencangklongkan talinya di bahu kananku. Laki-laki beringas itu turun dari bis sambil membawa tas laptopku dan tentu saja aku harus merebutnya. Aku segera turun dari bus dengan tergesa-gesa sampai hampir terjungkal, dan terjadilah rebutan tas laptop. Aku tidak memperdulikan bus yang aku naiki sebenarnya mau berangkat, karena sopir busnya sudah menjalankan mesinnya dan sudah duduk di kursi sopir. Semua orang yang berada di situ memandangiku dengan heran, dan memandangi laki-laki beringas itu tetapi mereka tidak melakukan apa-apa terhadap kejadian yang ada di depan mata mereka. Mereka hanya memandangi dengan melongo dan keheranan. Aku rebut tas laptop itu dari tangannya dan berhasil. Tentu saja aku harus mengeluarkan segala tenagaku untuk mendapatkan tas laptopku kembali. " Tidak usah ditunggu, ini istriku ! Dia mau minggat dariku ! " teriak laki-laki beringas kepada sopir bus yang terus memperhatikan kejadian yang tidak terduga ini, meskipun dari kejauhan. Akhirnya tidak berapa lama, bus itupun melaju dengan cepat, meninggalkan aku.Nafasku masih tersengal-sengal karena kejadian itu, udara yang keluar dari mulutku rasanya panas sepanas hatiku saat ini. Aku digiring suamiku untuk menjauhi tempat itu dan aku turuti saja, sebab jika tidak, maka dia akan ngotot memegangiku agar aku tidak pergi.Aku berjalan dengan cepat beriringan dengannya. Aku muak, muak sekali dengan laki-laki ini. Dia begitu kasar kepadaku, memperlakukan aku seperti anjing di depan orang banyak. Kali ini aku turuti kemauannya, meski hatiku sangat panas.Di jalan aku tetap ngomel. " Sumpah....jika kamu tertabrak mobil di sini, aku tidak akan menolongmu ! " ucapanku tak kalah kasar dengan laki-laki yang sekarang sedang berjalan beriringan menuju ke tempat parkir sepeda motor. Kali ini aku harus menuruti kemauannya, agar rencanaku berjalan lancar. " Duduk ! " perintahnya kepadaku dengan kasar dan aku menuruti kemauannya dia meski dengan hati menggerutu. Teringat kejadian yang baru saja terjadi, rasanya malu sekali aku dipermalukan di depan orang-orang. Untung saja yang melihat kejadian itu, orang-orang yang tidak aku kenal, orang yang berada di bus dan beberapa orang yang berdiri di jalanan dan tak ada satupun tetanggaku berada di situ. Aku bersyukur tetanggaku tidak melihat pertengkaranku di jalan, jika ada yang melihat pasti aku akan dijadikan bahan gunjingan warga. Aku akhirnya diboncengkan laki-laki kasar itu sampai ke rumah kakakku. Aku tidak mau pulang dulu. Rasanya rumah terasa panas seperti neraka. " Tolong , titip adikmu ini, jangan boleh pergi-pergi lagi. " ujar laki-laki kasar itu sambil menurunkan aku di depan pekarangan rumah kakakku. Aku turun dari boncengan sepeda motornya, aku masuk ke rumah kakakku tanpa menoleh sedikitpun ke laki-laki yang membuatku amat sangat membencinya.Laki-laki itu terus meninggalkan aku di rumah kakakku. Setelah laki-laki itu pergi, aku masuk ke rumah kakakku dengan menenteng tas laptop yang sudah bisa aku rebut kembali. Aku berpikir, bagaimana Bagas nanti di sana jika dia sudah sampai ke tempat yang telah kita berdua janjikan, kemudian aku tidak berada di sana.Pikiranku kacau dan bingung. Bagaimana aku harus mengecewakan laki-laki itu ? dia sudah jauh-jauh datang dari Jogja hanya untuk menemuiku dan memakan waktu enam jam hanya untuk menemui aku. Aku lagi nekad meninggalkan rumah kakakku dan aku berpamitan akan pulang, padahal aku mengulangi perjalanan yang sama seperti tadi, dengan tujuan di tempat yang telah kita berdua tentukan, dan sampailah aku di tempat itu dengan memakan waktu hampir satu jam, itupun karena aku naik bus yang langsung jalan tidak menunggu penumpang yang lain. Seperti halusinasi yang kedua, aku berada di tempat ini untuk kedua kalinya. Sekarang aku sedang duduk di ruang tunggu bus sambil menunggu pria bernama Bagas. Lagi-lagi pria itu belum datang juga walaupun aku sudah bolak balik ke tempat itu untuk kedua kalinya. Tidak lama kemudian, aku melihat seorang laki-laki tinggi besar turun dari bus dan berjalan ke arahku. Langkahnya pelan-pelan dan pasti dan matanya mencari-cari seseorang dan seseorang itu adalah aku. Aku bisa melihat dari kejauhan yang mencari-cari seseorang, Aku bisa memperhatikan segala gerak geriknya. Dia memakai jaket kuning dengan penutup kepala yang dibiarkan di belakang. Tiba-tiba matanya beradu denganku dan dia tahu akulah yang dicarinya. " Maaf...lama yah, tadi macet lagi dan macet lagi... " ujarnya sambil duduk di samping tempat dudukku. Pertama kali inilah aku bertemu dengan pria yang aku kenal

Great novels start here

Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD