Bab 2 : Musuh yang Tak Terlihat

1628 Words
"Pak Ares?" Adrian mengedip cepat ketika Elysa melambaikan jemarinya yang lentik tepat di depan wajah Adrian. Pria itu mendesah pelan. Hampir saja dia salah fokus dan terlihat bodoh. Tapi memang wanita di hadapannya itu sangat cantik, seksi pula. Apalagi matanya yang jernih ketika menatap Adrian. Untuk sejenak pria itu membayangkan yang tidak-tidak. Adrian kembali menghela nafas panjang. Ini pasti efek sudah lama tidak menyalurkan kebutuhannya. Dia jadi mudah terpengaruh suasana. Bahkan dia sempat membayangkan hal yang gila menurutnya untuk beberapa saat. "Pak Ares kenapa sih? Nggak fokus?" Adrian melongo seperti orang bodoh ketika wanita itu tersenyum sinis padanya. "Mana Nathan?" "Nathan? Kenapa cari Nathan?" Wanita itu mengerutkan keningnya, menatap Adrian keheranan. "Pak Ares nyuruh gue dateng ke rumah ini buat ngurus Nathan kan? Bukan buat ngurus Pak Ares sendiri?" Adrian ternganga. Harusnya dia tidak boleh terkejut melihat sikap Elysa kepadanya. Melihat foto-foto seksi yang dia lampirkan di CV nya, Adrian sudah menduga jika wanita ini bukan suster biasa. Dia sama seperti w************n yang biasa Adrian bayar untuk memenuhi kebutuhannya. Dan tipe-tipe wanita seperti inilah yang sering kali menjadi perusak rumah tangga orang. Dan Adrian tidak mau jika rumah tangga adiknya terancam. Dia memang mencintai Nadine. Tapi untuk melihat Nadine terluka karena penghianatan Ares, sampai mati tidak akan dia terima. Adrian berjalan maju beberapa langkah mendekati wanita itu. Sikap Elysa yang seolah tanpa rasa takut membuatnya tertantang untuk mengintimidasinya. Pria itu berdiri tepat kurang dari satu meter di depan Elysa. Bahkan Adrian bisa mencium parfum Elysa yang hampir membuatnya mabuk. Gila! Wanita yang seperti ini yang akan jadi pengasuh Nathan? Bisa-bisa keponakannya itu dewasa sebelum waktunya! "Memangnya elo mau gitu, ngurus gue?" tanyanya dengan nada menggoda. Adrian berusaha menahan arah matanya agar tidak turun ke bawah. Elysa mendengus pelan. "Sorry, gue lebih suka ngurus anak kecil ketimbang bujangan. Apalagi yang udah lapuk dan doyan main cewek kayak elo," sarkasnya. Adrian mendelik tajam mendengar ledekan Elysa tersebut. Dia tidak menyangka jika kata-kata sadis itu bisa keluar dari wanita secantik Elysa. Rupanya wajah memang bisa menipu. Sepertinya Elysa ini benar-benar bukan wanita baik-baik, persis seperti perkiraannya. "Elo... " "Mana Pak Ares? Gue kesini karena mau ketemu Pak Ares atau Bu Nadine. Bukan bujang lapuk." Adrian yang sudah tidak sabar mencengkeram kedua bahu gadis itu. Tapi anehnya tidak ada sedikitpun pancaran takut yang Adrian lihat di wajahnya. "Gue Ares! Gue yang minta elo dateng. Dan sekarang gue minta elo pergi dari rumah gue! Gue nggak mau Anak gue diasuh sama cewek nakal kayak elo!" "Gue bukan cewek nakal!" "Elo cewek nakal!" "Dari mana elo tau kalau gue cewek nakal?" "Darimana lagi kalo bukan dari foto-foto seksi yang elo lampirkan di CV. Terus sekarang elo dateng dengan baju sama dandanan dan sikap elo yang kayak gini. Udah jelas buat gue batalin kontrak kerja elo!" Wanita itu mendengus licik. "Jadi menurut elo gue seksi ya?" sindirnya. "Ya... asal elo tau ya, Pak Adrian. Saat ini gue pakai seragam suster secara wajar. Dan gue sama sekali nggak make up loh, Bang. Kayaknya menurut orang lain gue biasa aja," lanjutnya kemudian. Wanita itu tertawa kecil melihat wajah syok Adrian saat dia mengatakan hal tersebut. Kecepatan pria itu dalam mengamati seragamnya setelah mendengar ucapan Elysa terlihat sangat konyol. "So... itu cuma karena pemikiran elo aja kan?" Wanita itu memasang senyum lebarnya ketika melihat Ares dan Nadine datang. "Selamat pagi, Pak Ares, Bu Nadine. Saya Elysa, suster yang dikirim agensi untuk mengasuh Nathan," katanya dengan sopan. Adrian membelalak. Apa itu? Kenapa wanita nakal yang tadi bisa tersenyum begitu manis dan bersikap sangat sopan di depan Ares dan Nadine? "Kamu sudah datang rupanya. Ayo masuk! Saya akan bangunkan Nathan." Elysa mengangguk patuh ketika Nadine mengajaknya masuk ke dalam. Ketika wanita itu hendak menyeret kopernya, Ares mencegah. Pria itu dengan sigap mengambil alih handle koper dari tangan Elysa. "Biar saya bawakan, El!" Elysa tersenyum simpul. "Makasih Pak Ares," katanya sopan. Wanita itu kemudian menatap Adrian yang terlihat marah. Elysa memberikan senyumnya yang amat manis pada Adrian. "Mari, Pak Adrian... " katanya kemudian yang membuat Adrian berdecih muak. Wanita itu... Awas saja nanti! *** "Ini kamar kamu, El. Nggak luas banget sih. Tapi saya rasa cukuplah untuk kamu tempati sendiri." Nadine tersenyum ramah pada Elysa. Sedangkan di sampingnya, Ares sedang menggendong Nathan yang tampak ngambek. Anak itu sejak tadi ingin digendong oleh Elysa. Tapi Ares melarangnya karena Elysa terlihat lelah. Dia baru datang dari Australia dan Ares berniat menyuruhnya istirahat dulu hari ini. "Ini juga sudah cukup kok, Bu. Bahkan buat ditempati saya sama Nathan juga cukup. Nathan nanti biar tidur sama saya aja." Adrian mendelik pada Elysa. Enak saja dia mau tidur dengan Nathan! "Jangan panggil Ibu, El. Saya ini masih muda loh!" seloroh Nadine. Wajahnya sedikit cemberut. Ares yang di sampingnya tertawa. Pria itu memeluk bahu Nadine. Terlihat sekali dia sangat menyayangi Nadine. "Panggil Nadine aja, El. Jangan karena dia udah punya anak, terus bisa kamu panggil Ibu," ujar Ares pada Elysa. Elysa tersenyum kecil kemudian mengangguk paham. "Kalo gitu saya panggil Kak Nadine aja ya, Mas Ares." Adrian sontak mendelik tajam. Baginya Elysa terlihat sangat kurang ajar. Dia hanya boleh memanggil Nadine dengan santai. Tapi tidak dengan Ares juga. Apa katanya tadi? Mas? "Res... Gue perlu ngomong. Nadine juga, di luar sekarang!" Adrian memberi tanda pada kedua adiknya untuk mengikutinya keluar. Ares dan Nadine saling bertatapan. Mereka sudah tau jika Adrian akan marah-marah. Pria itu adalah orang yang paling tidak suka dengan kehadiran pengasuh Nathan. Dia bahkan menolak kembalinya Nadine ke kantor. Dan itulah yang membuat Nadine dan Ares sempat bertengkar beberapa waktu lalu. Karena menurut Ares, ucapan Adrian ada benarnya juga. Nathan tidak seharusnya bersama dengan pengasuh. Karena lebih baik jika Nathan tumbuh dalam asuhan ibunya sendiri. Sedangkan Nadine terus bersikeras kembali ke kantor. Nadine mengikuti Ares keluar dari kamar Elysa dengan wajah masam. Dia mencubit lengan suaminya pelan. "Kamu udah setuju soal aku balik ke kantor, loh! Jangan berubah lagi!" omelnya. "Iya Sayang. Elysa juga akan tetep disini, kok." "Beneran ya? Awas kalo nggak! Aku minggat beneran loh dari rumah!" ancam Elysa dengan wajah merengut. Wanita itu menghentakkan kakinya kesal di depan suaminya. Ares menghela nafas panjang. Dia memang takut pada Adrian. Tapi dia lebih memilih melawan Adrian dari pada Nadine minggat. Karena itu Ares langsung menolak dengan tegas ketika Adrian mengungkapkan ketidaksukaannya pada Elysa. "Kami udah putuskan, Bang. Elysa tetap disini, titik!" Adrian mendengus keras melihat kekompakan Ares dan Nadine. "Tapi cewek itu nggak bener, Res! Lo mau anak lo dirawat sama dia?" "Emang kenapa sih, Bang? Elysa baik kok! Dia juga udah dijamin sama agensi. Elysa itu udah terlatih ngurus anak loh, Bang!" Nadine berkata tegas. Dari sorot matanya jelas dia kesal pada Adrian. Baik your ass, batin Adrian. "Kalian kan belum tau latar belakangnya dia! Jangan asal percaya sama orang asing. Siapa tau aslinya dia punya niat buruk dan macem-macem sama kalian." "Elysa disini buat kerja, Bang. Dia cari uang bukan buat macem-macem!" "Nad... Lo pikir deh! Liat dia dulu! Dia itu terlalu cakep buat jadi suster. Kalo mau nih dia bisa jadi artis atau foto model dengan muka secantik itu dan hasilin lebih banyak duit. Terus kenapa dia mau susah-susah jadi suster dan ngasuh anak orang?" "Ya namanya juga orang niat kerja, Bang. Kalau Elysa suka sama anak-anak ya nggak masalah buat dia. Lagian jadi artis juga nggak sebagus itu kok! Artis kan kebanyakan skandal, Bang. Mending juga jadi suster!" Adrian mendengus keras. Memang benar sih apa yang dibilang Nadine. Tapi kan... "Tapi Nad... Cewek itu bermasalah! " "Apa masalahnya?" Adrian terdiam. Masalah? Apa terlalu cantik itu masalah? Terlalu seksi juga masalah? Apa masalah kalau Elysa membuatnya tidak fokus? Melihat diamnya sang abang ipar, membuat Nadine berdecak. "Tuh kan, elo nggak bisa jawab! Berarti emang ga ada masalah! Bang Adri aja yang bermasalah!" omelnya. "Sayang... " Ares merangkul pundak istrinya, menenangkannya dari rasa kesal karena Adrian. "Udah deh, Bang. Pokoknya Elysa tetep tinggal disini! Kalo elo nggak suka, terserah. Tapi gue nggak akan pecat Elysa!" "Nadine... " Ares menghela nafas panjang. Pria itu menatap wajah abangnya dengan kecewa. "Gue nggak tau ya Bang, ada masalah apa sama lo sampai nolak suster barunya Nathan sampe kayak gini. Tapi gue setuju sama Nadine. Elysa akan tinggal disini sama kita. Titik!" katanya sebelum beranjak mengejar istrinya yang sudah misuh-misuh tak jelas. Adrian mendengus keras. Dia tidak suka ini. Dia tidak suka jika ditentang Ares dan Nadine. Dia tidak suka Nathan diasuh oleh Elysa. Dia benci Elysa, titik! *** Elysa membuka pintu kamar dengan perlahan, sengaja agar tidak mengganggu pria yang sedang tengkurap di atas ranjang. Melihat cara tidurnya yang tidak jelas, Elysa tersenyum sinis. Gadis itu berjalan mendekat ke arah ranjang. Dengan bersindekap d**a, Elysa menyapukan penglihatannya, mengamati dengan seksama pada orang yang sedang tertidur pulas itu. Terlihat sekali jika dia kelelahan. Elysa tau pukul tiga malam pria itu baru sampai di rumah. Mungkin dia sibuk lembur di kantor. Atau lembur di hotel, who knows? Elysa mengawasi setiap gerakan kecil pria itu, juga setiap dengkur halusnya. Jadi, ini dia si Adrian Wiratama. Ya, Adrian yang itu! Elysa mendegus kecil. Dia tau pria ini akan berusaha mati-matian menyingkirkannya. Jadi dia harus bersiap menghadapi lawannya satu ini. Wanita itu bergerak maju, memukul pelan lengan berotot Adrian. "Pak Adrian, bangun! Udah siang, Pak!" kata Elysa dengan suara keras. Namun bukannya bangun, pria itu justru meracau kecil dalam tidurnya. Elysa yang tidak sabar memukul pundak dan lengan pria itu dengan keras. "Pak Adrian! Bangun! Pak Adrian udah siang nih!" teriaknya. Elysa menggeram jengkel. Wanita itu memukul badan Adrian dengan kasar. "Dasar kebo! Bangun woy!" "b******k! Cewek b******k!" Elysa menjerit kaget ketika tiba-tiba tubuhnya ditarik ke bawah. Wanita itu jatuh tepat di atas ranjang. Elysa mendelik lebar saat mendapati dirinya berada di bawah tubuh Adrian, dipeluk erat oleh pria itu. Adrian membuka mata. Rupanya pria itu juga kaget melihat Elysa yang berbaring di bawahnya. "Elysa?" katanya dengan suara serak.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD