kisah silam

1896 Words
steven berdiri dihadapan dua makam yang bernama stepfer roland & Nawang roland.. "papa,mama aku baik - baik saja disini bersama tante Neva , kak alex jugak baik, aku itu rindu sama kalian. kak alex menjaga bisness papa dengan baik. aku akan belajar untuk mengurus bisness papa nanti, aku ngak akan kecewakan papa." kata steven kedua makam di hadapannya. flasback on "Benar kamu tidak mahu ikut kami ke pesta ulangtahun anak teman papa?" tanya stepfer sambil melihat anaknya yang asyik dengan mainannya. " ngak mahu papa, disana bosan tiada mainannya."jawab steven yang masih kecil. "disana ada dua putri sayang, putri itu cantik- cantik bisa jadi teman kamu jugak, umur mereka juga sama dengan kamu." ucap Nawang sambil memegang tangan anaknya. "aku ngak mahu mama, aku mahu dirumah aja. mama sama papa pulangnya jangan telat ya." ujar steven lagi dengan senyumannya. "kamu itu kalo senyum bikin mama gemas aja sama kamu sayang, ya udah kamu tinggal sama bibi aja ya, mama sama papa pergi sebentar. kamu harus ingat mama sama papa sayang sekali sama kamu" ujar nawang lagi.. stepfer memeluk anak & isterinya erat seperti itu adalah pelukannya yang terakhir.. flasback off "aku juga sayang sekali sama kalian." ucap steven dengan tangisan yang diusaha untuk tahan. "loe kalo mahu nangis ya nangis aja, ngak akan ada yang ketawa lagi kalo loe nangisnya disini, ngak perlu tahan-tahan sampai muka loe udah kayak ketam merah gitu." tegur seorang gadis membuatkan steven mengangkat mukanya. 'kenapa aku harus ketemu cewek ini sih' getus hati steven. "ya elahh, orang bilang malah ngelamun, hoiii " serkah gadis itu lagi.'ini anak apa bisu ya' tanya hati herlenna. "loe lessa ngapain disini? ikutin gue apa? disekolah elo!, di tempat makan jugak elo!,di makam jugak elo ! apa loe ngak punya kerjaan? "tanya steven dengan wajah cemberut. hidupnya seperti dihantui lessa kemana- mana pasti ketemu aja . "loe pikir gue ngak ada kerjaan mahu ngikutin elo, gue ini setiap minggu datang bersihkan makam ini, loe itu ngak perlu perasan deh, muka aja ngak ganteng-ganteng amat jugak." bebel herlenna.sambil tangan nya membersihkan daun-daun kering yang berada diatas & di tepi makam itu. Entah kenapa setiap kali membersihkan makam yang berada didepannya membuatkan dia sedih seolah-olah dia megenali keduanya. selesai membersih herlenna meninggalkan steven. hanya beberapa langkah herlenna kembali menatap steven, "loe kalo rindu sama mereka yang ada didepan elo itu harusnya elo kuat supaya mereka tenang, loe berdoa supaya mereka berada bersama orang - orang yang beriman, bukannya elo terus sedih dan membuatkan mereka jugak akan turut sedih." ucap herlenna panjang lalu kembali melangkah pergi.. rizka mundar mandir dihadapan restoran mewah di hadapannya, kerana penampilannya yang kayak preman malah ngak diizin untuk masuk. "riz? kamu nunggu aku ya ? " tanya lessa dengan senyumannya. rizka menoleh dan tersenyum. "iya, lenna yang nyuruh aku kesini jemput kamu harinya kan sudah lewat gini, ngak mungkinkan dia biarkan kamu pulang sendiri." ujar rizka menunjukkan jalan yang sudah gelap. "ya sudah jom, kita jalan.". ajak lessa. dipertegahan jalan mereka hanya diam. sesekali rizka melirik lessa yang fokus melihat jalan. " lessa? kalo aku nanya bisa ngak?" tanya rizka sambil menngaru tengkuknya yang tidak gatal. "apa?" tanya lessa menautkan alisnya. "lenna itu kenapa ya dia traumanya sama api? ya dia berani melawan, berani buat kerja yang membahayakan tapi dia takutnya sama api, walaupun api itu hanya kecil tapi dia seolah-olah melihat api yang besar?" tanya rizka. wajah ingin tahunya begitu serius membuatkan lessa ketawa. " kamu itu ngak perlu buat rupa kayak gitu dehh, lucu tahu." ujar lessa dalam tawa yang belum reda, rizka tersenyum. " aku itu ngak ingat benar, tapi lenna itu takut api lepas melihat mobil yang kebakaran waktu kita kecil dulu, ngak salah orang dalam mobil itu mendorong kami keluar mobil sebelum mobil itu meledak." cerita lessa panjang, namun dia tidak bisa ingat siapa yang berada di mobil itu dan siapa yang mendorong mereka. "waktu itu umur kalian berapa ? " tanya rizka lagi, lessa berfikir lama . "lessa ? kamu sudah pulang." lenna tersenyum kepada sudaranya . lessa melangkah menghampiri lenna dan memeluknya. "thanks ya riz, udah nolongin gue."ucap lenna sambil membetulkam roknya yang sedikit naik. rizka ketawa terbahak melihat pakaian herlenna. "elo baru lepas mimpi ya?"tanya rizka dalam tawanya. "elo kalo mahu cari mati teruskan ketawanya."ancam herlenna dengan wajah cemberutnya ,membuatkan rizka berdeham membetulkan suaranya. "lenn kamu mahu kemana? bukan kamu janji sama bu hera mau buat kerjaan ?" tanya lessa, herlenna menepuk dahinya. "gue lupa , gimana nie padahal malam ini kan gue kerja." keluh herlenna. " ya sudah biar aku gantiin kamu kerja ya, kamu pergi rumah bu hera. ngak mungkinkan aku ketemu bu hera dia pasti tahu itu aku."ucap herlessa . herlenna berfikir panjang. "iya udah deh." herlenna setuju dan mereka menukar pakaian mereka. Steven memasuki rainbow club, dia memilih untuk duduk di meja samping. club ini kepunyaan Alexander jadi dia bisa datang sesukanya. steven melihat meja tengah yang dipenuhi pria yang seumuran dengannya dan Alexander. terdapat seorang pelayan yang sedang mencuba menarik tangannya dari cengkaman pria itu. steven menoleh keatas pentas ramai yang sedang bergoyang mengikut rentak musik nya. "tuan muda steve ?" panggil seseorang dihadapannya. "alan." ujar steven, orang yang dipanggil alan menunduk hormat. "tuan sendiri? bos ngak ikut tuan?" tanya alan. "kak alex lagi sibuk, biasalah semua dia yang urus." jawab steven.. PPRRAANNNGG.. "Pak aku itu hanya ngantarin minuman aja pak, kalo bapak mahu yang melayani itu mbak-mbak disana yang bakal layani bapak! bukan saya!" ujar lessa matanya sudah mengalirkan air mata kerana sakit ditangannya. " Mahunya aku itu kamu cantik." ujar lelaki yang mencengkam tangan lessa. lessa cuba menarik tangannya tapi tenaganya tidak kuat. "emang loe mahu dipecat apa? bos disini itu teman gue! kalo loe ngak nurut loe bakal diusir dari sini!" bilang salah seorang dari mereka. seseorang mencuba mencium lessa,namun belum sempat ciuman itu mendarat dibibir lessa , lelaki itu mengeram kesakitan sambil memegang pipinya. "Itu buat orang yang ngak pantas jadi cowok! beraninya sama cewek aja!" marah steven, dia menarik lenggan lessa yang digenggam salah seorang dari mereka. "beraninya elo ikut campur urusan gue?! alan loe usir ini cowok sama itu cewek !" bilang lelaki itu. namun orang - orang alan malah membawa mereka untuk diusir. "apa -apaan ini alan! kenapa gue yang diusir?" marah lelaki itu lagi. "tuan steven adalah adiknya bos! saya tidak bisa mengusir dia pak adib!" jawab alan lalu menyuruh anak buahnya mengusir lelaki yang bernama adib dan teman - temannya . steven menoleh kearah lessa, 'gue heran sama ini cewek selalunya dia galak kayak singa kenapa malah hari ini jadi lemah begini? apa kesampuk kali ya?' getus hati steven.. "terima kasih bapak kerana nolongin saya, maaf kerana saya sudah bikin ribut disini." ujar lessa membuatkan steven membuat muka aneh. 'ini anak benar-benar kesampuk setan apa?' getus hati steven lagi. "Kalo bapak mahu membuang saya dari kerjaan ini saya terima pak, kerana saya pelangan bapak diusir." ujar lessa lagi. "elo ngak kesampuk setan kan lessa?" tanya stevan sambil jarinya menunjuk ke wajah lessa. "Bapak kenal saya?" tanya lessa , dia khawatir penyamaran dia terbongkar. "lessa loe ini lupa apa kesampuk? jelas - jelas elo satu kelas sama gue malah nanya lagi kenal engak!" marah steven, dia sendiri binggung kenapa lagi dia bantuin ini cewek. 'aduhh, satu kelas sama aku, beraarti dia kenalnya sama lenna bukan aku! aku kan sudah sebulan tukar sekolah sama lenna' bisik hati lessa. "ohh kamu, aku lupa tadi maaf ya." ucap lessa sambil tersenyum. 'cewek ini manis jugak bila tersenyum gini.'bisik hatinya steven. "loe itu ngapain kerja disini?"tanya steven. "ya nyari uang la." jawab lessa. "elo itu ngak sayang sama diri loe apa kerja disini! disini itu bahaya!" marah steven. Lessa menundukkan kepalanya. 'aduhh selalukan lenna yang datang, mana aku tahu risikonya seperti ini."kata hati lessa. steven berdiri dihadapan lessa, dia menatap wajah lessa lama terasa ada yang menganggu hatinya namun dibiarkan. "alan, aku akan membawanya, gajinya tetap jalan! menemaniku adalah pekerjaannya malam ini"ujar steven tanpa melihat wajah lessa. lessa berubah pucat. steven menarik tangan lessa mengikutinya, sampai diparkiran motor, steven mengeluarkan superbike merahnya, lalu memakai helm. "naik!" suruh steven tapi lessa hanya diam. steven mendengus dan menarik lessa mendekat. "loe kalo mahu tetap kerja ikut gue!"ujar steven lagi dengan ragu - ragu lessa naik dibelakang steven. selepas setengah jam, mereka sampai di toko pakaian merek, steven menarik lessa memasuki toko itu. "pilih pakaian yang sesuai dengannya dah rias wajahnya dalam waktu 20 menit."ujar steven kepada petugas toko itu. "ayuh nona ikut saya."ucap petugas itu.. lessa melihat kesamping steven duduk di sofa sambil menekan hpnya. "emm.... pak.. err.."lessa tidak tahu harus berkata sejujurnya dia mahu pulang. "ikut orang itu." ujar steven tanpa menoleh. lessa mengikuti petugas itu. setelah beberapa minit kemudian lessa dan dua petugas datang. steven terdiam gadis dihadapannya mengenakan gaun separa biru muda yang dihiasi permata yang bertaburan halus disisi gaunnya gadis cantik itu tersenyum canggung.. steven menghampiri lessa dan meraih tangannya dan berjalan keluar. "Lenna kamu itu bukan bodoh tapi cuma buat bodoh! kamu juga bisa mendapat biasiswa jugak tapi kamu menolak hanya kamu tidah mahu satu sekolah sama lessa kan."ucap bu hera. lenna hanya menunjukkan senyum tipis. "aku bukan buat bodoh bu, cuma aku sayang mahu jauh dari bu hera, akukan suka belajar sama bu hera."jawab herlenna tersenyum. walaupun bu hera adalah gurunya perlakuan bu hera kepadanya seperti ibu kerana bu hera menggangap teman anna semua sebagai anaknya, dari usia 10 tahun bu hera melihat dia tumbuh membesar bersama lessa kerana itu bu hera bisa membedakan mereka. "ada aja alasanmu, ya sudah siapkan tugasmu." perintah bu hera. lenna hanya memasang wajah cemberut bukan kerana dia kurang pintar cuma dia tidak mahu bersaing dengan lessa waktu mereka berada di kelas yang sama. lessa akan sedih jika nilainya turun dan akan fokus belajar sampai lupa untuk makan. "ibu kayak ngak kenal lenna aja bu, ibu nasihatin jam 10malam sampai jam 10.05malam lenna pasti sudah lupa bu." ujar anna yang berada di sebelah lenna. Bu hera mengeluh dan tersenyum kerana itu memang sikapnya lenna. kabus halus di pagi hari yang mengena tubuhnya di biarkan, ada beberapa bangku yang dipenuhi pasangan yang sedang bermanja. Alexander menghampiri satu bangku yang hanya ad satu orang yang duduki. Alexander duduk menghadap ke danau di hadapannya. Alexander menoleh kesamping , 'aku pikir laki - laki ya nyatanya cewek' getus hati Alexander. "Ada apa loe lihat - lihat? ngak pernah lihat orang apa?" tanya cewek itu matanya tidak melihat Alexander tetap pada danau. Alexander membetulkan duduknya. "aku ngak lihat kamu, tuh aku lihat orang lagi jualan sebelah sana." jawab Alexander sambil menunjukkan gerabak jualan . Herlenna menoleh dilihat bapak -bapak yang sedang menyusun kerusi. 'kenapa loe jadi perasan gitu lenna , bikin malu aja' marah hati lenna. "oh, maaf ya gue emang gini, sering perasan gitu. ngak apa -apakan" ujar herlenna . "cewek memang begitu sok cantik." jawab Alexander , dia kembali bangkit dan berjalan ke mobilnya. herlenna hanya melihat langkah pria itu menjauh. 'kenapa aku seperti pernah lihat dia ya tapi dimana' pikir lenna namun dia gagal untuk mengingati. "heyy lama nunggu ? maaf ya aku dan anna habis beli sarapan dulu buat kamu." ujar lessa sambil menunjukkan plastik makanan yang dibawanya. "beli sarapan atau buat sarapan ?" tanya lenna dengan wajah cemberut. "ya beli la lenn,loe pikir sempat mahu bikin sarapan dalam kondisi buru-buru begini!" jawab anna. lenna melihat wajah lessa dan anna bergantian "loe berdua ngak perlu buat wajah kesal begitu! aku ngerti." balas lenna membuatkan dua wajah wanita didepannya tersenyum.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD