Intim

1992 Words

“Aku..” Dhaffin berbisik, suaranya nyaris seperti suara robekan kertas. “Aku ingin melakukan sesuatu yang bisa aku lakukan. Aku tidak ingin kau terluka lagi… Orangtuaku, juga Kak Luna. Aku tidak ingin selamanya terus bergantung terhadap kalian. Juga.. membuat kalian seolah-olah menjadi tameng untukku.” Kali ini Edna menatapnya dengan sorot mata yang seolah menekannya kedalam dasar jurang. Membuatnya kesulitan untuk bisa mengubah posisi atau barangkali sesuatu yang sederhana seperti menghela napas. Mulut Dhaffin terasa kelu untuk berkata hal lain yang sejatinya ingin dirinya katakan. Lebih dari ini. Dia seolah mampu membawa badai mencampurnya dalam sebuah ketakutan yang membingungkan, menyeretnya hingga seolah mematikan dirinya secara perlahan. “Aku tahu itu.” Edna berujar, sejenak dapat t

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD