*******
"Pak, Pak jalan, Pak! Buruan, Pak! Ada monyet ngejar!" kata Dilo setelah masuk ke dalam mobil. Si Supir yang ketiduran kaget lalu lihat kiri-kanan panik.
"Monyet? Mana monyetnya, Mas?" tanya si supir celingukan.
"Tuh tuh lagi mau ke sini! Cepat, Pak! Aduh mati dah gue!" umpat Dilo kesal.
"Loh, itu, kan Non Lupin. Tetangga sebelah rumah Mas Dilo. Kok dibilang monyet?"
"Aduhhh Pak Maman gimana, sih? Jalan aja. Yayayayah, tuh, kan!"
"Hai, Dilo? Boleh nebeng, yah?" sapa seorang cewek dengan napas ngos-ngosan.
"NGGAK! Tadi pergi ama siapa pulang ama siapa!" jawab Dilo jutek. Anehnya, gadis berwajah cantik itu tetap tersenyum manis.
"Oh, nggak bisa! Si Gita masih ada jam kuliah. Nebeng dong, kan, rumah kita dekeeeeeeet banget. Boleh, yah?" katanya main mata. Dilo mendelik kesal lalu bergeser dan membiarkan gadis berambut pirang lurus itu masuk ke mobilnya.
"Itu Gitanya! Kata lo tadi ada jam kuliah?" kata Dilo heran sambil menunjuk Gita yang baru keluar dari parkiran motor.
"Duh, gue udah pewe nih! Gimana yaaaaaah?" kata Lupin sambil tersenyum manis. Sayangnya nggak mempan untuk seorang Dilo.
Dilo cuma membalas dengan wajah jutek dan diam sepanjang jalan nggak perduli dengan Lupin yang berisik di sebelahnya.
****
Lupin Pov
"Cewek yang tadi itu siapa, sih, namanya?" tanya gue ke Dilo yang dari tadi diam.
"Yang mana?"
"Itu loh, yang tadi ngomong ama lo disamping labor?"
"Oh yang cantik itu yah?" tanya Dilo sambil tersenyum. Mendadak b*******h nih anak. Hem.
Ya, Tuhaaan.
"Iya, yang biasa-biasa itu. Siapa?"
"Oh, emangnya kenapa? Kepo-amat?" tanya Dilo nggak suka.
"Kita itukan tu—”
"Tu-run!" kata Dilo saat mobil tiba-tiba berhenti.
"Hah?"
"Silahkan turun. Udah sampai. Apa perlu dianterin sampe masuk rumah?"
"Sampe kamar juga boleeeh!" jawab gue tersenyum nakal. Seperti biasa, Dilo naikin satu alisnya yang bikin kadar kegantenganya naik 90%.
"Hihkikiki..."
"Pak Maman nggak boleh nguping tauuu!" kata gue ke Pak Maman yang cekikikan.
****
"Mah?" panggil Dilo sambil berjalan menuju dapur.
"Eh, dah pulang kamu?" tanya Mamanya yang lagi ngirisin cabe.
"Iya. Ma, kita pindah aja, yuk?"
"Hah? Pindah?"
"Iya, pindah. Pokoknya jauh dari tetangga sebelah itu tuh!" kata Dilo sambil menunjuk rumah sebelah dari kaca jendela di dapur.
"Loh, kenapa emang? Mereka itu tetangga baik loh. Satu keluarga baik semua. Apalagi...Lupin."
"Itu dia masalahnya! Kenapa sih tuh anak selalu aja gangguin Dilo? Dilo tuh nggak suka Ma digoda-godain gitu..." jawab Dilo kesal.
"Hemm, Lupin baik kok anaknya. Mama suka sama dia. Kadang-kadang dia mau bantuin mama masak kesini. Baju kamu semuanya dia yang setrika-in loh...." kata Mamanya berharap ucapan itu kejutan yang bisa bikin Dilo lompat kesenangan.
"HAH? DIA?" Pada kenyataannya Dilo frustasi.
"Iya. Dia yang nyuciin semuanya."
"Sampe daleman juga?"
"Iya dibilang semuanya juga!"
"HAAAAAAAA? AMPUN DEH!" kata Dilo tepok jidat lalu berlari ke kamarnya.
Dilo membuka lemarinya. Semua bajunya tersusun rapi dan wangi. Jadi, selama ini?
Arrrgh! Dilo melepas bajunya dengan kesal.
"GUE BENCI AMA LO SUMPAH!" kata Dilo sambil melempar baju itu ke balkon di sebelahnya.
************
Gue baru aja masuk kamar pas ngeliat ada sesuatu yang jatuh tepat dibalkon kamar gue. Gue lihat dan itu baju?
Kayak bajunya Dilo? Kenapa bajunya Dilo bisa sampe ke sini, ya?
Gue masuk sebentar ke kamar, ganti baju, celana pendek, lalu bersiap melompat ke balkon kamar Dilo.
"Diloooo?" panggil gue setelah menginjak lantai balkon kamarnya. Terakhir kali gue kesini, waktu masih SMA tahun lalu. Dilo pernah marah besar dan gak mau ngomong ama gue selama sebulan cuma karena gue berani nginjak balkon kamarnya. Padahal waktu itu gue cuma ngembaliin celana dalemnya dia yang terbang kena angin ke balkon kamar gue.
"Diloooo?"
Uppps!
Dilo lagi... telanjang!
**********
Dilo baru aja memakai cenana boxernya saat terdengar suara suara dari arah balkonnya. Dilo sudah duga suara itu milik siapa. Tapi, dia nggak menduga kalo orangnya udah di depan mata.
"AAAAAAAAAAA!" teriak Dilo kaget.
"Ya ampun seksi banget!" kata gadis itu mupeng. Dilo merinding lalu mundur beberapa langkah. Mengambil handuk lalu menutupi dadanya.
"Ngapain lo ke sini? Berani amat, sih, masuk kamar cowok?" bentak Dilo antara sebal dan malu.
"Sumpah keren banget yang tadi!" kata cewek itu lagi. Mulutnya mangap dan matanya mengedip-ngedip.
"Ma...mamaaaaaaaaa!" teriak Dilo ketakutan saat cewek itu tiba-tiba memegang kedua bahunya.
"ASTAGFIRULLAHALAZIIIM! Soriii ganteeeeng hhihihihkiiki!" pekik cewek itu lalu kabur kembali ke balkon sebelah kamarnya.
"MAAAA! POKOKNYA DILO MAU PINDAAAAAAH!"
*******
Ya ampun itu tadi keren banget!
Seksi gilak!
Ototnya!
Bahunya!
Aaaaaaa ya ampun sixpack nyaaaa diaaaaaaa!
Pengen gue peluk tapi kok dia kayak ngeliat setan gitu? Kayak pria yang mau diperkosa. Wakaka.
Padahal gue, ah, ya sudahlah, yang penting tahu isinya kikikikiki.
Author Pov*******
"Kamu ngapain, sih, kok teriak-teriak gitu?" tanya Mama Dilo setelah sampai didepan kamar Dilo.
"Itu Ma, si Lupin! Dia masuk ke kamar Dilo pas Dilo lagi--"
"Nggak lagi telanjang, kan?"
"Dia lihat semua, Ma! Dan dia kayak... kayak..." Dilo garuk-garuk kepala bingung mau menjelaskannya.
"Kayak apa? Dia nggak mungkin macem-macem ama kamu? Kamukan ganteng, keren, cewek mana yang nggak ngiler liat cowok ganteng telanjang hikikikikikik!"
"MA! Ya, ampun mama pasti ketularan dia deh! Dia itukan genit," kata Dilo putus asa. Bibirnya mengerucut kesal. Capek setiap kali membahas masalah cewek itu.
"Duh kamu nih, ya. Udahlah, Lupin itu, kan, emang genit. Lagian, mama yakin kok dia itu nggak berani ngapa-ngapain kamu."
"Mama nggak liat aja gimana cara dia lihat Dilo!" kata Dilo lalu rebahan di kasurnya.
"Hihihihi, dia itu suka banget ama kamu loh. Kok kamu nggak mau, sih? Kurang apa coba dia, cantik iya, rajin iya, pinter iya, calon dokter lagi. Bukannya kamu pengen punya istri dokter dulunya?"
"Iya tapi BUKAN DIA!" tekan Dilo.
"Ckckckc! Benci banget sama cinta banget cuma dipisahin sama garis yang tipis loh. Hati-hati ntar kamu jatuh cinta lagi sama dia!" kata Mamanya yang juga penuh penekanan.
"Nggak bakalan lah, Ma! Dilo nggak suka cewek lebay, genit kayak dia! Dah ah, ngapain juga bahas dia!"
***