BAB 2

886 Words
Sejenak aku berfikir bahwa cinta adalah suatu rasa yang sangat menyenangkan. Cinta membawa kebahagaiaan yang tiada tara bagi yang merasakannya. Cinta layaknya penyemangat dalam menjalani hidup. Cinta..cinta..cinta..akan selalu ada disetiap hati seseorang. Tapi seiring dengan berjalannya waktu aku tersentak. Cinta tak seindah yang kubayangkan. Cinta adalah suatu hasrat yang dapat menghancurkanku hingga berkeping-keping. Cinta hanya membuatku merasakan sakit yang teramat dalam hingga tak sanggup berkutik. Cinta tidak ditakdirkan untukku, rasa itu tidak pernah membuatku bahagia bahkan sedetikpun. Setelah berdiam diri cukup lama aku merasa pria yang disampingku ini memang sengaja ingin membuatku seperti orang bodoh. Bagaimana tidak sejak ia menyuruhku untuk duduk sampai sekarang ia tidak juga mengeluarkan kata-kata sedikitpun bahkan jika aku telah menuruti perintahnya ia tetap menahanku disini. Tidakkah dia tahu aku disini untuk bekerja dan masih banyak pekerjaan yang harus aku lakukan dari pada hanya berdiam diri dengannya. Apakah pria ini bisu, aku pikir tidak karena dia baru saja membentakku tadi. Lalu apakah ada kesalahan yang telah aku lakukan hingga membuatnya kesal dan marah. Ohh sungguh ini sangat tidak nyaman. Tiba-tiba kurasakan sebuah tangan memegangi pahaku. "Hey cantik, kau lumayan" ucap seorang pria yang tiba-tiba datang menghampiriku. Dia memang tampan tapi kelakuannya tidak mencerminkan wajah tampannya.  Segera aku mencoba untuk menggeser tangan nakal pria ini. "Maaf tu.." "Jangan menyentuhnya!" Suara dingin itu kembali terdengar. "Hey Bryan, easy, gue cuma ngasih sedikit perhatian sama ni cewek sayangkan dianggurin." Ucap pria itu lagi. "Just f**k off from her!!" Kenapa aku jadi seperti barang yang dipermasalahkan oleh kedua pria b******k ini. Keterlaluan! Oh Tuhan semoga ini tidak bertambah buruk. "Oke oke relax, yaudah gue tinggal dulu lebih baik gue bersenang-senang, c'mon ladies."  Kemudian pria itu pun lantas pergi dengan membawa para wanitanya dan meninggalkan aku berdua dengan pria yang dipanggil Bryan ini. Ohh ini sangat menyebalkan, ingin rasanya aku berteriak kenapa hidupku harus sedemikian menyedihkan dan selalu mendapatkan perlakuan seenaknya.  Aku memberanikan diri untuk melirik padanya yang tengah menikmati minuman di tangannya. Ia terlihat menyeramkan dengan wajah dingin dan datarnya. Cukup lama aku duduk disampingnya seperti orang bodoh. Sekarang apa? tidak bisakah dia membiarkanku pergi dan aku bisa segera menyelesaikan pekerjaanku. "Tuan, jika tidak ada lagi yang kau butuhkan bolehkah aku pergi sekarang? masih banyak yang harus kukerjakan saat ini." ucapku sambil menatapnya. Pria itu menoleh padaku dengan tatapan tidak suka, terlihat dari rahangnya yang mengeras dan tatapan tajam yang dilayangkan padaku. Pria ini mendekatkan diri padaku lalu menempatkan tangan besarnya di pinggangku dan mengangkat tubuhku hingga terduduk dipangkuannya. Aku terkejut dengan perlakuan agresif pria ini. Aku mencoba mendorong d**a bidangnya tapi dia tidak bergerak barang sedikitpun. Cukup lama aku berada diposisi ini, aku merasa bahwa pria ini sedang menatapku intens. Aku memberanikan diri untuk mengangkat kepalaku menatapnya yang tengah menatap wajahku seperti meneliti. Aku membuang nafas kasar dihadapannya lalu hendak berkata, "Maaf tuan, jika ka-.." Ucapanku terhenti saat tiba-tiba aku tertarik lebih mendekat pada tubuhnya dan membeku saat sebuah benda hangat menyentuh bibirku.  Pria ini menciumku!! Aku terlonjak saat ia mulai memperdalam ciumannya, pria b******k ini melumat bibir bawah dan atasku secara bergantian dengan kasar dan menggebu-gebu. Perasaan aneh yang kurasakan saat ini sangat asing, aku belum pernah melakukan ciuman pertamaku sebelumnya dan dia seenaknya mengambil paksa dariku! Aku berusaha memberontak tapi apa daya aku lemah bila mengahadapi kekuatannya yang sangat mengintimidasiku. Dengan sekuat tenaga aku mendorongnya dan mencoba untuk menamparnya, namun ia mencekal tanganku. Dia segera menarik kembali tubuku hingga aku terjatuh di kursi panjang dan dengan sigap ia lalu menghimpit tubuhku dari atas. "Aku tahu kau adalah perempuan murahan sama seperti yang lain, jadi tidak usah pura-pura kau menolak." Suara dingin itu kembali masuk di telingaku membuatku meremang. Aku menatap tepat di manik matanya, aku terdiam cukup lama guna mencerna penghinaannya padaku. Apa dia merasa aku adalah orang hina yang pantas diperlakukan seenaknya. Yah.. tentu saja pria seperti dirinya pasti akan menganggap  semua wanita yang bekerja di club malam adalah seorang p*****r.  Aku mencoba melepaskan diri dari kukungannya tapi tangan kekarnya lagi-lagi tidak bergeser dari sisi tubuhku. Aku mendorongnya agar melepaskanku tapi sia-sia. Tenagaku habis terkuras untuk melawan pria ini tapi Ia hanya menatapku dalam-dalam. Aku merasa genangan di pelupuk mataku sudah tidak terbendung lagi, tanpa bisa kucegah cairan bening tersebut jatuh dan tanpa kusadari mengenai tangannya yang berada disisi kepalaku. Aku menutup mataku, tidak ingin melihat tatapan sialannya padaku. Menyadari aku yang menangis karenanya ia lalu beranjak dari tubuhku dan kembali duduk di posisinya semula.  "Pergi!" ucapnya. Aku bangkit dari sofa tersebut sembari memastikan apa yang dikatakannya. Ia menoleh padaku dan kembali berteriak, "Pergi!!!!" Aku terhentak, dapat kurasakan luapan emosi dan amarah darinya. Dengan memandang benci padanya aku langsung berdiri dan melangkahkan kakiku. Sampai di depan pintu aku menghentikan langkah tanpa berbalik. "Kau berhak menilai siapapun ditempat ini sesukamu, tapi kau tidak tahu apapun tentangku jangan menginjak harga diriku layaknya itu sampah." Ucapku dengan sedikit terisak. Lalu aku bergegas pergi, aku merasakan ia hanya terdiam penuh arti menatap kepergianku. Aku berlari ke arah belakang menuju lokerku berada. Saat tanganku mencoba untuk menggapai pintu loker aku merasakan cairan bening mengalir dipipiku. Di tempat ini aku kembali menangis. Air mata yang sedari tadi kutahan sekarang mengalir tanpa bisa kucegah. Diperlakukan seperti seorang p*****r sangat menyakitkan. Dipandang hina dan tidak ada harganya sebagai seorang wanita sungguh menyesakkan. Apakah setiap wanita yang tidak mempunyai apa-apa sepertiku harus direndahkan dan pantas mendapat perlakuan kasar?   ***** Selamat membaca.. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD