PROLOG

415 Words
Rasa sakit yang kualami selalu terlintas dalam benakku. Memikirkan betapa menyedihkan kehidupan yang ku jalani, setiap untaian-untaian kenangan pahit itu selalu terbayang. Dimana aku seorang wanita yang terabaikan, tidak dianggap, dan hanya menjadi pemuas nafsu semata. Apakah aku tidak pantas untuk bahagia? Apakah aku tidak pantas untuk dicintai dan diberikan perhatian lebih sebagai seorang wanita? Kenapa yang kualami hanyalah rasa sakit yang menyesakkan? Inikah jalan hidup yang harus kutempuh selama sisa perjalanan kisahku. Setiap tetes air mata yang mengalir mengingatkanku akan rasa sakit, kecewa, dan sesal. Sakit akan perlakuan semena-mena yang dilakukannya padaku. Kecewa dengan setiap kata-kata yang terlontar dari mulutnya. Dan sesal yang tiada akhir yang membawaku hingga berakhir menyedihkan. Aku hanya ingin dia melihatku walau hanya sekedar. Aku ingin dia dapat merasakan kehadiranku yang senantiasa selalu menunggu dan menanti kehadirannya. Aku ingin dia bisa bersikap lebih baik padaku. Dan aku ingin dia bisa mencintaiku seperti aku mencintainya. Tapi itu sulit dan mungkin tidak akan pernah terjadi. Aku tahu aku bukan siapa-siapa untuknya, aku hanya seorang wanita yang mengharapkan agar dia bisa menatapku, merasakan kehadiranku yang selalu disampingnya. Harapan tinggal lah harapan, hal itu tidak akan pernah bisa terwujud walau dalam mimpi sekalipun hal itu memang mustahil untuk menjadi kenyataan. Aku sadar akan keberadaanku yang sama sekali tidak diinginkan olehnya. Sekarang aku sadar dirinya tidak akan pernah berubah. Dia tidak pernah melihat kearahku, seakan dia buta oleh arogannya. Aku tidak akan meminta belas kasihnya lagi, aku tidak mau merendahkan diriku lagi dihadapannya. Sudah cukup aku selalu mengalah demi dirinya, cukup air mata yang kukeluarkan hanya untuk meratapi nasib menyedihkan yang kualami bersamanya. Aku tidak akan mengharapkan dirinya lagi. Segala bentuk kesedihan dan rasa sakit yang kualami akan kujadikan pelajaran berharga agar dapat membuatku lebih kuat untuk menghadapi dirinya dan setiap perlakuan darinya. Aku yang sekarang bukan wanita lemah dan menyedihkan seperti dulu. Aku yang sekarang adalah wanita kuat yang tidak akan tergoyahkan dengan kata cinta ataupun sejenisnya. Aku tidak lagi mengenal apa itu cinta dan kasih sayang. Bagiku itu hanyalah omong kosong belaka yang membuat setiap orang hanya bisa meratapi kebodohan mereka dan berakhir menyedihkan. Tidak ada lagi yang dapat mengatur setiap kehidupan yang kujalani. Akulah yang akan menguntai setiap inci dan untaian dari setiap kisah hidupku. Akulah yang menentukan kemana arah kisahku berakhir. Akan kubuktikan bahwa aku mampu merubah semua kesedihanku menjadi sebuah kebahagiaan, semuanya dengan caraku aku bisa melakukannya. Selamat tinggal rasa sakit. Aku hanya berharap setiap hal yang kulakukan dapat membawaku pada sebuah kehidupan yang lebih layak sebagai seorang wanita. *****
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD