PoV
Nama ku Ainnaya Misbach Shaki. Tahun ini aku berusia 20 tahun.
Sudah satu tahun aku tinggal terpisah dengan keluarga ku meski masih dalam satu kota. Ayahku memutus segala fasilitas untukku termasuk uang saku dan lainnya. Bukan karena tega, tapi ini konsekuensi yang harus aku terima karena melawan beliau. Aku merasa, setelah kepergian ummi 3 tahun lalu, beliau seperti membenci ku entah apa alasannya hingga saat ini aku pun tak tahu.
Saat ini, aku bekerja sebagai staff visual merchandise di sebuah mall besar dikota ku. Selain itu, ada beberapa pekerjaan part time event di beberapa hotel dan radio, semua ini tak lain untuk membiayai kebutuhan harian dan kuliah ku. Jika ditanya apakah menyesal, aku pastikan tidak. Karena dengan begini, setidaknya aku bisa sedikit bernafas lega dan bertemu dengan orang banyak, mendapat berbagai pengalaman hidup tentu nya. Aku tangguh, hanya kata-kata semangat inilah yang selalu di ucapkan dan menguatkan ku setiap hari.
" [ Naya... Sayang... Ummi tak menyalahkan mu.. Ini takdir dari Allah ]. " Aku terbangun dengan keringat bercucuran malam ini. Mimpi itu akhir-akhir ini sering datang lagi. Sepertinya aku harus mencari tau sendiri misteri dibalik ini semua, Tuhan.. Bilamana kenyataan yang kudapatkan nanti membuat luka baru yang menganga lebar kembali.. Kuatkan aku.
***
Ba'da dzuhur, Abah Naya menyambut kedatangan satu keluarga yang di ketahui adalah kawan dekat Abah waktu merantau dulu. Mereka terlibat suatu percakapan yang tak Naya pahami. Ia memilih mendengarkan obrolan ngalor ngidul mereka dari ruang tengah, ditemani kakak kedua nya yang penyayang, ka Amir yang sedang murajaah tentu nya.
" Gimana... Kamu sudah bicarakan dengan anak mu tentang niat kita? kenalkan ini anak sulung ku, Bagas.. Dia tertarik dengan Naya, setelah aku perlihatkan foto nya. Anakku ini in sya Allah sudah mandiri kalau kau khawatir tentang kenyamanan masa depan putri mu.. " Terdengar oleh Naya dari ruang tamu, suara bariton seorang lelaki paruh baya.
" Sudah... Dia bersedia. " Ucapan Abah membuat Naya kaget. Kapan aku bilang bersedia? Kapan Abah menanyakan pendapat ku. Batin Naya protes.
" Hmmm, maaf Om... Aku boleh ketemu Naya ga yaa? Aku ingin mendengar langsung pendapat dari Naya, jika di izinkan ". Kali ini suara siapa lagi? Apakah ini suara lelaki yang akan dijodohkan dengan ku? Siapa tadi namanya? Bagas? Oh Tuhan, akhirnya ada yang peduli pada pendapat ku. Naya bergumam pelan.
" Boleh nak Bagas... Naya... Nduk, sini.. " Suara Abah memanggil Naya. Ingin rasanya tak ia ikuti, tapi genggaman tangan ka Amir, tatapan mata, senyum, dan anggukan samar dari nya, menguatkan Naya.
" Pergilah.. Jika Abah keterlaluan, kakak akan membantu mu ". Ujar nya kemudian entah untuk menenangkan ku atau menguatkan ku.
" Bismillahirrahmanirrahim... ". Ucap Naya sambil memejamkan mata, menarik nafas panjang sebelum melangkah ke ruang tamu dimana mereka tengah menunggu kehadiran nya.
" Ini Naya? Sudah dewasa yaa, cantik pula... Bagas, Ibu bilang juga apa? " Kali ini, suara dari seorang wanita yang masih terlihat cantik meski sepertinya sudah berusia seumuran Abah, tebak Naya.
" Hai Naya... Aku Bagas.. " Pria di hadapan Naya, tinggi nya hampir sama dengan Naya kira2 167cm atau mungkin lebih tinggi dia sedikit, tegap, rapih, gagah dan cukup tampan. Dia tersenyum sambil mengulurkan tangan nya kepada Naya.
" Naya... " Balas nya singkat, sambil menangkup kan tangan di depan d**a.
Nampak keterkejutan diwajah Bagas karena Naya menolak uluran tangan nya. Naya lalu duduk disebelah Abah. Kemudian terdengar Bagas mulai membuka suara.
" Naya.. Aku ingin mengenal mu lebih dekat sebelum kita menikah nanti.. Apa kamu bersedia? ". Tanya Bagas kali ini sambil menatap lekat wajah Naya.
" Aku tidak bisa memberikan jawaban iya atau tidak.. Aku disini hanya mengikuti keinginan Abah agar aku berbakti, pendapat ku tidaklah penting, silahkan lanjutkan yang menjadi niatan kalian.. Aku permisi ". Tatapan mata Bagas beradu dengan mata Naya, dan entah kekuatan darimana ia mengatakan jawaban yang seketika membuat Abah nya naik pitam. Naya kemudian berdiri dan membungkuk perlahan sebagai ucapan maaf. Sejurus kemudian, ia mengambil tas dari dalam kamar nya dan bergegas pergi dari rumah itu. Panggilan dari ka Amir, kali ini dia abaikan. " Maaf ka.. Maafkan aku." Isak Naya sambil berlari.
30 menit kemudian, TPU Kamboja.
Disinilah Naya sekarang, duduk beralaskan tanah di makam ummi nya dengan airmata yang terus menerus jatuh tanpa bisa ia tahan.
" Mii.. Aku bisa menemukan jalan keluar juga kan kali ini.. ". Naya terus saja menangis disana hingga kepala nya kini berdenyut nyeri, perut nya terasa pedih.
Ah yaa, aku belum makan dari pagi tadi. Rintih Naya.
Perlahan ia bangkit, berjalan pelan sambil menahan rasa lapar sekaligus sakit di kepala nya. Karena tak tahan menunggu angkot yang akan membawa nya kembali, maka kali ini Naya memutuskan pulang ke kost-an dengan memakai jasa abang ojek.
Setiba di kost-an Naya bergegas menuju ruang makan dan menyantap lahap jatah makan siang nya hari ini. Beruntung di kostan nya ini, urusan makan, cuci dan setrika baju sudah termasuk ke dalam uang sewa bulanan, yah meski agak mahal dibandingkan kost-an lainnya, tapi ini sangat membantu Naya yang tak punya banyak waktu untuk melakukan hal itu.
Selepas membersihkan diri dan sholat ashar, Naya lalu berbaring di ranjang nya. Pikiran gadis ini menerawang tentang sebuah rencana. Tapi karena fisik nya yang lelah, hati yang sedang kusut, maka otak nya pun ikut buntu.
Tok tok tok... Pintu kamar Naya diketuk beberapa kali.
" Nayaaaa, aku nih..." Ah suara Vita, sahabat terbaik satu kost nya. Sekaligus pencetus ide2 brilian jika dia dalam situasi terdesak seperti saat ini.
" Masuk Ta.. Ga dikunci ko.. Aku lagi rebahan ". Jawabnya singkat. Setelah Vita masuk sambil membawa cemilan, Naya mulai menceritakan segala nya pada Vita tentang sebuah rencana penggagalan kali ini. Vita kerja di sebuah club terkenal kota ini, koneksi nya banyak, mulai dari kaum borjuis sampai para preman. Asal ada uang urusan mulus, kata Vita. Meski demikian, Naya percaya Vita bisa menjaga diri nya karena Naya tau, Vita adalah tulang punggung keluarga nya.
" Sabar Naya.. Kita liat dulu type dia kayak apa kali ini? Kalau kita gegabah bisa2 gagal.. Aku padamu pokonya, aku dan Dino bakal bantu kamu ko.. ". Hibur Vita kemudian.
" Dino, lo gantung mulu... Awas mati hati nya.." Sindir Naya, entah apa yang membuat Vita mengabaikan kehadiran pria baik itu, padahal berkali-kali Dino melamar nya.
" Ogah.. Bartender itu hobi tebar pesona. Gue nginep tidur sini yaa, habis liat film horor ko jadi takut yaa ". Ucapnya sambil tertawa.
Mereka lalu ngobrol ngalor ngidul sampai malam. Hingga tanpa Naya sadari, Vita sudah lelap ke alam mimpi. Baiklah, jika kali ini aku harus mengenal Bagas lebih dulu, lalu menjalankan rencana ini maka aku harus mengikuti permainan nya. Semoga aku tak jatuh cinta nanti mengingat perawakan Bagas yang mendekati type nya. Hati Naya ketar ketir juga.
Jam 22.00 wib. Ting. Bunyi pesan masuk ke handphone Naya.
" Naya.. Sudah tidurkah? Aku Bagas ". Wah gerak cepat sekali dia dapat nomer ku. Pasti Abah yang memberikan nya, pikir nya dalam hati. Naya memilih mengabaikan pesan nya itu.
" Aku serius dengan ucapan ku tadi.. Simpan nomor ku yaa.. Selamat tidur.. Besok aku jemput kamu saat pulang kerja ". Tulis Bagas di pesan nya yang kedua.
" Ga perlu.." Balas Naya singkat.
" Penolakan mu ini justru bikin aku tambah semangat... Jangan sia-siakan tenagamu untuk membuat rencana menghindari ku Naya, percuma.. Karena aku tak sama seperti pria lainnya yang sudah berhasil kamu singkirkan.. Selamat malam sayang... See you esok hari ". Wah bahaya, dia lawan sepadan sepertinya. Naya kembali membatin.
" Ta, Vita... Bangun Ta... Dia udah warning nih, kayak nya dia tau kita pernah mengerjai beberapa lelaki yang di jodohkan dengan ku ". Aku menggoyang-goyangkan tubuh Vita, namun percuma karena jika Vita sudah tidur, maka gempa pun tak bisa membangun kan nya karena tidur nya terlampau ngebo alias sangat sulit dibangunkan.
Naya sangat gelisah malam ini, ia hampir tak bisa tidur, hati nya risau akan rencana yang kemungkinan kali ini akan gagal. Ya Tuhan ku.. Tunjukkan jalan padaku apa yang harus aku lakukan kali ini. Bantu aku yaa Tuhan..
________________
Makasih support nya yaa, mama do'akan kalian pembaca ku selalu sehat dimanapun berada. luv...