Prolog

241 Words
Gue pikir ini yang terbaik. Gue pikir dengan begini semuanya akan lebih baik lagi. Gue pikir dengan begini kita bisa sama-sama bahagia. Tapi ternyata gue salah. Lo bahagia. Gue nggak. Awalnya gue pikir semua bakal baik-baik aja. Normal seperti dulu lagi. No sparks. No butterflies. Neutral. TAPI. GUE. SALAH. Di saat gue lihat lo ngobrol sama cewek lain. Rasanya aneh. Ada rasa kesal di hati gue. Dan anehnya gue cuma mau lo ngobrol sama gue aja. Gue...egois? Di saat lo ngehampirin cewek lain. Hati gue panas. Kayak ada ribuan api di dalam d**a gue dan siap meledak kapanpun lewat mata gue, lewat cairan panas itu. Air mata? Nangis? Di saat gue dengar suara lo hati gue tenang. Tenang yang gue sendiri nggak bisa mendeskripsikannya. Di saat gue lihat senyum dan tawa lo. Tanpa sadar gue suka ikut senyum bahkan ketawa. Ah, gue rasa gue udah mulai gila. Di saat lo ada di dekat gue. Gue ngerasa nyaman dan aman. Beda saat gue dekat sama cowok lain. Rasanya asing, kosong, sepi. Apa gue suka sama lo? Nggak. Gue nggak suka. Tapi gue cinta dan sayang sama lo. Gue mau lo sadar dan lihat gue, lihat semua usaha gue dan rasa cinta gue ke lo. Gue mau lo tahu betapa pentingnya lo di dalam kehidupan gue. Mungkin lo nggak akan percaya lagi sama gue. Setelah apa yang udah gue perbuat sama lo. Setelah dengan bodohnya gue hancurin hubungan 'kita'. Apa lo masih bisa percaya sama gue? Dan mau terima gue lagi didalam kehidupan lo? Lantas, gue harus apa? Bertahan dengan resiko Atau, Pergi bersama penyesalan?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD