Part 6

1642 Words
Bukan jawaban dari pertanyaan ku yang ku dapat kan dan malah sebuah perintah yang ditujukan untuk ku saat ini. 'Bergabung lah dengan yang lain, berbaur lah supaya tidak mencurigakan.' Itulah pesan yang ku dapat kan dari Nanas. Berbaur dengan yang lain? bagaimana kalau ternyata nanti aku yang terjebak, dan ternyata yang ku dekati itu musuh ku? Huh baiklah akan ku jalankan saja perintah nya, kalau terjadi sesuatu pasti dia sudah memikirkan solusi nya. Aku mencari-cari di mana Verell berada karena tadi ia sempat menawarkan ku untuk bergabung dan itu peluang besar untuk berbaur bersama mereka semua. Itu dia Verell berada di pojok kelas dekat jendela bersama dengan yang lain nya entah membicarakan apa, sepertinya membicarakan hal tidak penting. Aku menghampiri Verell dan para wanita di kelas ini sangat lah berisik membuat ku pusing saja, memang dasar wanita hanya bisa membuat berisik saja. "Boleh gabung gak?" pinta ku yang sudah berada di kumpulan para pria yang sibuk tertawa entah lah mereka menertawakan apa. "Wahh anak baru mau gabung." "Boleh boleh sini," sahut Verell yang langsung berdiri dan mempersilahkan ku duduk di bangku yang ia duduki tadi dan dia dengan santai nya duduk di meja. "Wey gua Devan." "Gua David." "gua... "gua... Ah aku tidak peduli dan tidak terlalu mendengarkan mereka, aku hanya mengangguk dan membalas nya lagipula tidak terlalu penting juga kan nama mereka untuk ku, kecuali mereka mencurigakan dan ternyata adalah target dari misi ku ini. "Gua Leo." Aku memperkenalkan diri ku secara singkat. Aku melihat-lihat tidak ada dua pria yang bersama Verell tadi ketika ingin membantu ku untuk ke ruang guru, apa mereka membolos? aku sama sekali tidka melihat nya di sini. "Leo lu nyariin siapa? Temen gua yang dua lagi waktu di koridor itu?" tanya Verell aku mengangguk mengiyakan pertanyaan Verell, karena pertanyaan benar memang aku mencari dua teman nya itu. "Oh itu mereka berdua ada di IPA 1, gak sekelas sama gua." Aku hanya mengangguk-angguk. Pantas saja aku tidak melihat nya di kelas ini, ternyata mereka berbeda kelas dengan nya. Aku mendengarkan cerita mereka semua dengan sedikit tawaan dan senyuman karena hanya untuk pencitraan saja dan terlihat seperti berbaur. Ya aku sangat malas mengobrol hal tidak penting seperti ini, membuang-buang waktu ku saja. Tak terasa kami mengobrol banyak hal aku pun ikut berbaur bersama mereka semua, tertawa, bercanda bersama. Tanpa kusadari ternyata cukup menyenangkan berbicara hal tidak penting seperti ini, pantas saja banyak orang yang suka melakukan nya. Aku baru tau. Bel istirahat berbunyi. Yang benar saja, sampai istirahat pun tidak ada guru seperti ini? apa guru yang mengajar pun sama malas nya dengan murid-murid nya ini? setidaknya kalau guru nya tidak masuk berilah pelajaran mencatat ataupun soal agar mereka tetap belajar walaupun tidak ada guru sekali pun. "Ayo lah ke kantin," ajak Devan. "Sana lah duluan, gua sama geng an gua aja lah," ucap Verell seraya tertawa. "Sok geng an lo." "Leo mau gabung gak?" tawar David pada ku. "Sama gua aja Leo, sama mereka mah gak lepel hahaha," sahut Verell yang dihadiahi pukulan di kepalanya. "Gaya lo." Dan mereka tertawa bersama dan mereka pergi ke kantin terlebih dahulu sambil tertawa bersama. Inilah perkumpulan laki-laki mau bermain dengan siapapun tidak masalah, coba kalau wanita tidak rela kalau teman nya bermain dengan yang lain nya, aku tau itu ketika kak Alvera yang bercerita tentang teman nya yang tidak mengijinkan nya bermain dengan teman nya yang lain, dan aku baru tau pertemanan wanita aneh. "Ayo Leo ke kantin di sana ada temen-temen gua yang tadi pagi itu." Aku hanya mengangguk dan mengikuti Verell yang berjalan sesekali menggoda siswi yang lewat. "Hai Bunga jalan yuk malming," ajak Verell. Aku hanya diam saja melihat tingkah nya, aneh. Aku diam saja bisa membuat para wanita berlutut memohon untuk menjadi kekasih ku. Wanita itu terlihat malu-malu menatap ku, menjijikan ketika melihat baju seragam yang terlalu ketat hingga membuat belahan d**a nya terlihat dia pikir itu sexy dan menarik tapi ini di sekolah bukan club benar-benar salah tempat. Dia pikir semua lelaki suka dengan penampilan dan dandanan nya yang mencolok sekali itu? ck hanya pria sampah yang menyukai nya. Satu kata untuk wanita itu, jalang. "Ayo gua mau jalan sama lo, asalkan ajak dia," ucap wanita itu menunjuk ku. Aku hanya menatap nya sinis. "Hmm... Lo liat aja ekspresi nya aja gak tertarik sedikit pun sama lo." Verell yang mengerti dengan tatapan ku. "Ayo gua lapar," ajak ku ingin segera pergi dari tempat ini. "Ok, gua cabut dulu." Aku dan Verell berjalan kembali menuju kantin. "Lo suka cewek kaya gitu?" Tanya ku menatap Verell jijik. "Enggak lah, gua main-main aja.Dia tuh cewek paling gampang di ajak kemana aja, sekalipun lo ajak keranjang pun dia mau." "Gak kaget sih." Sangat terlihat jelas dari penampilan nya saja. "Iya, dia aja punya pacar tapi tetep aja mau di ajak siapa aja, lo mau coba juga jalan sama dia?" "Tidak terima kasih, gak suka bekas." "Wah selera lo sok tinggi ya." Verell tertawa. Memang nya siapa yang suka bekas orang lain? "Gua keliatan punya selera rendahan?" tanya ku menatap Verell datar. Verell menatap ku dari ujung sepatu sampai rambut ku. "Hmm... iya ya,gak keliatan," jawab nya. "Nah itu dia. Ayo Leo." Verell menunjuk ke arah teman-teman nya yang sudah duduk di meja. Semua murid yang ada di kantin memusatkan pandangan nya pada ku tanpa kecuali, ah aku sudah biasa seperti ini karena aku kan tampan, aku sudah tau jadi aku tidak terlalu peduli. "Wah wah semuanya menatap ke arah gua nih, biasalah orang tampan, sabar ya Leo main sama gua mah biasa begini," ujar sombong Verell yang langsung di sorak oleh para gadis disini. Aku tau dia hanya bercanda dan dia juga mengetahui kalau mereka semua menatap ku bukan dirinya. "Kita tuh liatin cowok ganteng yang di belakang lo itu Verell!" ucap seorang gadis yang duduk tidak jauh dari tempat berdiri Verell. "Heh gua juga ganteng!" bentak Verell yang mendapatkan cibiran dari yang lain. "WOY VERELL JANGAN BACOT AJA KENALIN TUH COWOK GANTENG ITU." "Loh bukan nya kalian udah kenal gua ya? Verell gua Verell." "BUKAN LO MAMANG!" teriak salah satu gadis yang berada dipojok dekat penjual bakso. "Loh saya neng?" tunjuk tukang bakso. "Duh bukan mang bakso!" gadis itu menepuk jidat nya kesal. "Udah lah mereka mah rusuh, biasa liat cogan kek gua mereka suka heboh." Verell berjalan menghampiri kedua teman nya yang tengah tertawa melihat kelakuan temannya itu, Verell. Sepertinya dia cukup terkenal, karena hampir di seluruh kantin mengenali nya. Pantas saja tadi dia mengatakan pada teman nya di kelas kalau aku tidak selevel dengan mereka, ternyata diri nya cukup terkenal juga, walaupun dalam waktu singkat aku menjadi lebih terkenal. Sebenarnya ini juga masalah kalau aku dikenal banyak orang karena aku disini bukan menjadi murid yang populer tapi tugas ku di sini untuk menjalan kan sebuah misi. Aku mengikuti Verell yang berjalan di depan ku, huh... ini pencitraan sekali padahal biasanya aku yang berjalan di depan memimpin tim ku, tapi karena misi ku aku harus melakukan nya. Aku tersenyum bangga melihat para wanita yang melihat ku histeris ketika aku menoleh kearah nya. Namun mata ku terpaku pada satu wanita yang tengah memakan makanan nya seraya melihat ke arah ku bingung. Ah itu wanita yang ku lihat ketika tidak sengaja menoleh ke kelas yang ku lewati ketika aku ingin ke kelas baru ku yang sekarang. "Verell bawa siapa lo?" tanya seorang pria yang ku lihat dikoridor yang ingin membantu ku namun ku tolak. Dia pura-pura tidak mengenali ku atau dia amnesia. "Wey lo yang bocah nyolot yang gua tawarin bantuan kaga mau itu kan ya?" tanya pria lainnya yang duduk di samping pria yang bertanya sebelum nya. Teman nya ingat kejadian tadi ternyata. Aku hanya menyengir memperlihatkan gigi putih cerah ku ini. Aku tidak tau harus bersikap bagaimana lagi jadi aku menyengir saja. "Heh Leo ini kenalin temen-temen gua nama yang ini Alfi yang ... " "Gua Karel pria tertampan di sekolah ini," potong pria yang mengaku bernama Karel itu dengan lantang seraya berdiri. Aku mengangguk-angguk kan kepala, ternyata yang mengingatkan tentang penolakan ku di koridor itu bernama Karel. Dan ternyata dia memiliki kepercayaan diri yang tinggi juga. "Gua Leo, saingan lo Karel." "Saingan?" tanya Alfi, Verell dan Karel. "Karena gua lebih tampan," ujar ku yang yang langsung mendapatkan berbagai macam reaksi. Itukan fakta, bahkan aku jauh lebih tapan dari Karel yang sudah pasti aku dapat mengalahkan nya dengan mudah. "Sial orang kaya Karel nambah lagi," keluh Verell. "Harus banyak bersabar gua." Alfi mengelus d**a nya. "Gua mau pesen makan dulu dah," sahut Verell yang langsung pergi mesan makanan. "Sekalian gua nasi goreng," teriak ku pada Verell. "Pesen sendiri." "Gua anak baru, gak tau mesen di mana." Hanya alasan saja sebenarnya aku malas, karena setiap tempat tertera nama makanan yang di jual nya. Dia kan mengajak ku bergabung jadi seharusnya dia tidak keberatan memesan makanan ku. "Ck terserah." Verell kembali membawakan makanan nya dan pesanan ku. Seperti nya Verell akan cocok menjadi asisten ku hahaha. Kami makan dengan tidak bisa tenang, Verell yang terus saja mengoceh dengan gelak tawa Alfi yang sepertinya selera humor nya sangat rendah, dan Karel dengan celetukan nya yang tidak berguna membuat mereka semua terkadang tertawa, dan aku? Aku tidak suka jika makan sambil berbicara atau pun bercanda seperti itu, itu tidak sopan, Dan karena di keluarga ku ketika makan tidak ada yang berbicara kalau ada yang berbicara siap-siap saja terkena ocehan maut kak Angel dan dewi maut ah maaf kan aku mom. "Leo lo diem aja sariawan ?" tanya Karel sambil mengunyah makanan nya. Aku menggeleng menjawab pertanyaan Karel. Pertanyaan aneh, memang nya kalau sariawan itu tidak bisa berbicara? "Kayanya dia gak suka makan sambil ngomong kaya kita," sahut Verell. Benar sekali. "Nah bisa jadi, iya kan Leo?" tanya Alfi Aku mengangguk dan kembali mengunyah makanan ku dan mata ku tidak sengaja melihat seorang bukan berpakaian sekolah seperti kami dibalik pohon seperti sedang memerhatikan seseorang. Aku mengikuti arah pandangan orang itu namun ...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD