Bab 4. Malam petaka

1136 Words
Bab 4. Malam petaka     Antonietta bergerak gelisah karena suhu tubuhnya kian panas. Apalagi tangan Esvaldo sudah merayap hingga paha kiri hingga ke pangkal paha mengantarkan gelenyar aneh ke seluruh tubuhnya. Setiap gerakan jemari Esvaldo membuat tubuh Antonietta mendampa sentuhan di tempat lainnya. Rasa panas kian menyengat ke inti tubuhnya. Dia ingin membuka pakaiannya, akan tetapi ditahan oleh Esvaldo. Dia tak rela tubuh sexy Antonietta dinikmati oleh pengunjung di sana. Segera saja Esvaldo mengajak Antonietta berdiri. Namun, wanita yang sepertinya sudah dikuasi oleh obat perangsang yang entah diberikan oleh siapa itu menolak untuk pergi. Dia masih ingin menunggu tunangannya di sini. “Tiidaak mmmau, Abe pasti akan datang sebentar lagi,” racau Antonietta menepis tangan Esvaldo yang mengajakknya bangkit. Esvaldo geram akan penolakan Antonietta. Wanita ini dalam kondisi setengah sadar saja masih mengingat sosok tunangannya itu, geram Esvaldo dalam hati. Dengan setengah memaksa Esvaldo membopong tubuh Antonietta yang berontak ingin diturunkan. “Lepaskan! Dasar b******k! Aku mau menunggu Abe,” racau Antonietta sembari memukul punggung lelaki yang baru dia kenal itu. Esvaldo membopong Antonietta layaknya memanggul beras di pundaknya. Hal itu tentu saja menarik beberapa orang yang berada di sana. Akan tetapi, seakan itu menjadi hal biasa di sebuah club malam. Lelaki itu pasti sudah memberi wanita itu obat perangsang, batin setiap pengunjung yang hanya bisa menatap iri lelaki itu yang bisa membawa wanita secantik Antonietta. Karena geram atas tingkah ANtonietta yang terus berontak hingga Esvaldo menepuk p****t Antonietta hingga wanita itu memekik kaget. Anehnya wanita itu tak marah bahkan ingin Esvaldo melakukan lebih pada pantatnya. Antonietta tanpa sengaja melenguh membuat Esvaldo berhenti menepuk p****t Antonietta, kontan saja wanita itu tak lagi melenguh. Kemudian Esvaldo kembali menepuk p****t wanita yang kini berada dalam bopongannya dan benar, wanita itu kembali melenguh, bahkan di telinga Esvaldo terdengar seperti desahan penuh nikmat. Seringai ternit di wajah bak malaikat Esvaldo. Ternyata wanitanya tak senaif dan sepolos yang dia pikir. Lelaki itu tak sabar memberikan kenikmatan kepada wanita ini. Ya, wanitanya. Esvaldo sudah mengklaim kepemilikannya atas diri wanita cantik ini. *** Pagi ini Antonietta terbangun dengan kepala berdentam. Kedua matanya seakan dilem super karena enggan untuk terbuka. Sekujur tubuhnya juga terasa sakit semua. Seakan dia habis kena lindas truk tronton dan kini sedang terbaring di rumah sakit. Apa benar dia kecelakaan? Akan tetapi dia tak ingat apapun. Yang Antonietta ingat hanyalah telepon dari Imelda—sahabatnya yang mengatakan kalau dia melihat Abraham berada di club malam. Akan tetapi, saat dia tiba tunangannya itu tak ada di sana. Lalu, dia memesan vodka dan tak lama setelah menerima vodka dari bartender perlahan dia tak terlalu mengingat semuanya. Samar-samar Antonietta berbicara dengan seorang lelaki tampan yang terlihat baik karena sudah mau menemaninya mengunggu Abraham. Harusnya dia tak percaya dengan ucapan Imelda. Sahabatnya itu pasti hanya bercanda saja. Akan tetapi kenapa Imelda bercanda untuk hal sepenting itu. Apa maksud dari Imelda? Apa jangan-jangan …. Tidak! Tidak mungkin! Imelda adalah satu-satunya sahabat baginya. Tidak mungkin sahabatnya itu menjebaknya? Namun, jika bukan Imelda lalu siapa? Tanya Antonietta pada dirinya sendiri “Kau sudah bangun?” Sebuah suara membuat Antonietta terbangun dari posisi tidurnya. Kedua matanya dia paksa untuk terbuka. Di depannya sudah berdiri lelaki tampan dengan senyuman seperti malaikat. Apa sekarang dia sudah ada di syurga? Itu artinya dia sudah meninggal? “Siapa?” tanya Antonietta panik. “Apa aku sudah meninggal?” tanya Antonietta lagi. Kedua matanya berputar memindai semua yang terpampang di depannya. Dia kini berbaring di sebuah kasur besar dengan tirai menjuntai mirip dengan tempat tidur bangsawan. “Kamu masih hidup,” sahut lelaki itu masih dengan senyuman menghiasi wajah tampannya. Andai saja hati Antonietta belum terisi sosok Abraham, mungkin saja kini dia akan terpesona dengan senyuman meneduhkan milik lelaki di depannya itu. “Lalu kenapa aku bisa ada di sini?” tanya Antonietta sembari menunjuk kamar yang kini dia tempati. “Kau tidak mengingat yang semalam?” tanya lelaki itu terlihat sedih begitu mengetahui kalau dirinya ta mengingat apapun yang terjadi semalam. “Aku hanya ingat pergi ke club malam dan meminum vodka. Setelah itu aku tak mengingat apapun,” sahut Antonietta ling lung. “Ah, aku sakit hati kau tidak mengingat malam panas kita berdua. Kau terlihat sangat sexy saat lagi meneriakkan namaku saat klimaks,” ucap lelaki itu dengan wajah sendu seakan memang Antonietta membuatnya patah hati. “Apa? Tidak! Tidak mungkin,” teriak Antonietta tak mempedulikan kesedihan lelaki yang masih berdiri bersandar di pintu yang terbuka. Antonietta segera menurunkan pandangannya saat menyadari kalau lelaki di depannya itu tidak mengenakan pakaian bagian atasnya alias setengah telanjang. Apalagi tadi dia sempat melihat ada banyak jejak kemerahan di sekujur d**a lelaki itu juga cakaran memanjang di punggung lelaki itu. Apa benar yang dikatan lelaki di depannya itu kalau mereka habis melakukan hubungan suami istri? Berarti lelaki itu sudah merenggut keperawanannya? Sialan, gerutu Antonietta dalam hati. Pantas saja tubuhnya terasa sakit semua, apalagi bagian intinya terasa terkoyak, batin Antonietta asik bermonolog dengan dirinya sendiri dan tak menyadari kalau sosok itu sudah mendekat ke arahnya dengan niat yang jahat. “Aku tidak bisa bilang kalau aku menyesali dengan apa yang terjadi semalam. Akan tetapi aku bisa pastikan kalau aku akan bertanggung jawab karena sudah mengambil keperaananmu,” ucap lelaki itu vulgar. Antonietta berjengkit karena tak menyangka kalau lelaki itu sudah menghimpitnya hingga dia kembali merebahkan tubuhnya terlantang. Danlelaki itu mengulangi lagi sesi percintaan seperti yang terjadi tadi malam. Bibir Antonietta awalnya menolak perlakuan tak senonoh lelaki yang asik memuja tubuhnya itu. Akan tetapi, lambat laun Antonietta tak berdaya melawan gairah yang sengaja dibangkitkan oleh lelaki itu tanpa menyadari kalau tunangannya sudah mendobrak kamar hotel tempat mereka asik bergumul layaknya pasangan yang haus akan belaian satu sama lain. Tunangan Antonietta—Abraham hanya mampu menatap sang tunangan sedang ditunggangi lelaki lain di depan matanya. Hatinya hancur berkeping-keping padahal hari ini adalah hari pertunangannya dengan sang kekasih hati. Semuanya baik-baik saja kemarin malam. Lalu kenapa pagi ini dia dikejutkan dengan chat dari orang tak dikenal dan tak sampai di situ saja, kini semua yang dikatakan orang tak dikenal itu ternyata benar adanya. Kekasihnya asik memadu kasih dengan lelaki lain di belakangnya. Lalu kenapa kekasihnya itu mau menerima lamarannya jika ada lelaki lain yang dia suka? Abraham pikir, Antonietta bahagia dengannya. Cintanya yang tulus ternyata dicurangi oleh wanita tercintanya sendiri. Kini, kebenaran sudah terpampang langsung di depan matanya. Kekasihnya begitu b*******h dibawah hujaman lelaki lain. Tak terlihat kalau wanita itu terpaksa melakukannya. Dan itu membuat hati Abraham begitu patah dan tak lagi bisa melihat ketulusan dan cinta dari Antonietta atau wanita lainnya. Kini, dia hanya bisa terpaku melihat semuanya di depan matanya tanpa mampu menegur Antonietta. Dengan langkah berat lelaki itu berbalik meninggalkan tempat maksiat itu.  Bahunya meluruh kalah. Tanpa dia ketahui, lelaki yang sedang menghujam kekasihnya kini menyeringai puas karena semua rencananya berjalan lancar sesuai dengan harapannya. Diapun lebih semangat menggenjot tunangan orang lain.    >>Bersambung>>
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD