“Serius banget Dek nontonnya,” seseorang merangsak masuk ke dalam ruang pribadinya tanpa permisi. “Tumben panggik aku ‘Dek’ biasanya Zhera, atau lo, kalau kaya gini pasti ada sesuatu nih,” selidik Zhera pada kakaknya yang masuk membawa secangkir coklat panas untuk dirinya. “Tahu aja kamu,” ujarnya sambil duduk dan menyeruput kopi panas buatan dirinya sendiri. “Ngopi yu, di situ,” sang kakak mengajak adiknya duduk di pinggir jendela. “Tapi aku mah minum coklat, bukan kopi,” jawabnya dengan nada bercanda. “Ya… pokoknya kita ngobrol.” Zhera turun dari singgasananya, melangkah ke tempat yang di maksud sang kakak. Jendela kamarnya yang cukup besar, bisa menyimpan gelas dan ada tempat duduk tepat di bawah jendelanya. “Dek,” panggilnya lembut. “Iya?” jawabnya singkat. “Kakak gak

