Part 3: Got U

2119 Words
"Ku dengar kau memanggilku. Ada apa?" Charles berjalan masuk ke dalam sebuah ruangan besar dan duduk di sofa tamu dengan arogannya. "Mengenai dua hari yang lalu..." Sean menggantungkan kalimatnya. "Ah! Kau ambil?" Charles mengangguk mengerti sambil melihat Sean yang duduk di sebrangnya dengan alis kanannya yang terangkat. "Ya. Tapi jangan berharap banyak padaku. Aku jelas tau apa yang ada di otak busukmu." Balas Sean sakratis. "Hahahaha! Ya ya ya. I won't." Charles tersenyum puas. Tangkapannya kali ini benar-benar besar. Bukan sebuah ikan paus atau hiu yang besar, namun ia telah mendapatkan sebuah lautan. Lautan uang. "Aku berharap kau tidak akan menyusahkanku, karena jika itu terjadi aku tidak akan pikir dua kali untuk lansung membuangnya." Sean menepuk-nepuk pahanya seperti membersihkan debu dan beranjak berdiri. Berjalan ke balik meja kerjanya dan duduk dengan santai. "Dan aku berharap kau cukup bijak untuk membayarnya." Charles ikut bangkit berdiri dan hendak meninggalkan ruangan Sean sebelum sebuah suara menghentikan langkahnya. "Aku akan menyuruh sekretarisku mengirimkan kontrak kerja sama, proyek, suntikan dana dan... untuk mainanku." Ucap Sean tanpa mengalihkan pandangannya dari berkas-berkas yang berada di tangannya. Charles tersenyum miring mendengarnya. Charles benar-benar mendapatkannya. Bukan hanya sebuah wacana tanpa aksi. Sebenarnya Charles tidak begitu peduli dengan kontrak mainan itu, namun jika Sean yang akan mengurus dan Charles hanya perlu tanda tangan, kenapa tidak? Itu juga akan menguntungkan Charles jika Sean terikat kontrak dengannya. "Ku tunggu itu di atas mejaku, Mr.Derald." Charles melangkah pergi. **** "Ini kamarmu." Sara dengan hati-hati melangkah masuk dengan dibantu oleh tongkat jalannya. Sean berjalan di belakang Sara sambil memperhatikannya. "Ah!" Sara terpekik terkejut karena hampir jatuh tersandung sesuatu. Sean dengan refleks memegang tangan kanan Sara dan tangan kiri Sean melingkar di pinggang Sara, menahannya agar tidak terjatuh. "Berhati-hatilah jika berjalan! Lantai di depanmu tidak sejajar. Ada gundukan di sekeliling area ranjangmu." Jelas Sean dengan nada kesal. Sara hanya terdiam karena ia benar-benar merasakan kedekatan Sean dengannya saat ini. Sara menelan ludahnya dengan susah karena tangan kiri Sean melingkar posesif di pinggangnya. Sara sedang ingin melompat-lompat sekarang jika tidak ada Sean di sampingnya. "Baiklah. Aku akan mencoba menyesuaikan diri disini." Jawab Sara dengan suara yang kecil. Sara takut suaranya akan terdengar seperti suara kegirangan jika berbicara terlalu keras. "Nanti akan ada pelayan yang akan menjagamu selama disini." Sean melepas kedua tangannya dan Sara merasa kehilangan. Sara mencebikkan mulutnya kesal. "Aku tidak perlu baby sitter ,Sean." Sara melangkah dengan mengangkat kakinya sedikit tinggi untuk naik di atas gundukan tersebut dan duduk di tepi ranjangnya. "Aku tidak mengatakan akan memanggilkanmu seorang baby sitter, Sara."  "Tapi itu terdengar seperti kau memanggil seorang baby sitter untuk menjagaku." "Kau baru disini. Kau belum mengenal apartment ini. Tadi saja kau hampir jatuh hanya karena gundukan lantai, aku tidak ingin kau merepotkanku karena jatuh terguling di tangga apartmentku nanti."  Apa itu artinya Sean mengkhawatirkanku? Batin Sara girang.  "Sudahlah. Nikmati kamarmu sendiri, aku pergi." Sean berbalik dan siap melangkah keluar ketika sebuah pemikiran terlintas di otaknya dan dia kembali berbalik menghadap Sara yang masih terduduk diam di tepi ranjang. "Oh! Dan satu lagi. Jangan pernah masuk ke kamarku. Jika aku ingin, aku akan kemari." Lanjut Sean sebelum melangkah pergi meninggalkan Sara yang semakin terdiam semakin dalam. Sara yang baru tersadar dari lamunannya segera bangkit berdiri berjalan cepat menuju arah pintu kamar. "Sean!" Panggil Sara cukup keras karena Sara tidak tau dimana posisi Sean. "Ada apa?" Sahut Sean. Jarak mereka cukup jauh karena Sean sudah menuruni tangga Apartmentnya sedangkan Sara masih di lantai dua. "Kau akan pergi sekarang?" Tanya Sara pelan. Bahkan Sara merutuki nada bicaranya yang terkesan enggan untuk melepas Sean pergi. "Tentu saja! Perusahaanku bukan sebuah perusahaan yang menganggur jika itu yang kau pikirkan. Dan aku bukan seorang tipe CEO yang hanya ongkang-ongkang kaki menerima uang." Sean berdecak kesal. "Bukan seperti itu maksudku. Sudahlah." Balas Sara malas. Sara membalikkan tubuhnya dan kembali berjalan ke arah pintu masuk kamarnya. "Jangan keluar dari kamar sampai baby sittermu datang." Ucap Sean mengejek dan menekan kata baby sitter dengan sengaja. "AKU TIDAK BUTUH 'BABY SITTERMU' ITU!" Sara menghentikan langkahnya dan membentak dengan kesal. "Kau buta dan tidak bisa melihat. Tanpa 'Baby Sitter', aku yakin kau bahkan tidak bisa turun tangga itu dengan selamat." Ejek Sean menjadi. "Aku bisa! Lihat saja." Sara membalikkan tubuhnya lagi dan berjalan dengan hati-hati di bantu tongkat jalannya.  Perlahan-lahan Sara mendekati tangga tersebut dan menuruninya dengan pelan. Sara dapat merasakannya ketika Sean membantu Sara naik tadi, bahwa tangga apartment Sean sedikit unik dengan sedikit melingkar dan hanya ada pegangan di sebelah kanan. Karena itu ketika Sara hendak menuruni tangganya, ia memindahkan tongkat jalannya ke tangan kiri terlebih dahulu sehingga tangan kanannya bisa memegang pegangan tangga tersebut. "Seriously? Menunggu kau turun dari tangga seperti itu lebih baik aku pergi bekerja dan aku bisa menghasilkan 1500 USD." Sean memandang jam branded yang melingkar di tangannya, memprediksi berapa menit yang akan ia habiskan dengan melihat gadis buta itu turun tangga. "Hanya lima belas menit!" Balas Sara yang baru menuruni 1/4 dari panjang tangga. "Kalau begitu aku akan menghasilkan 3200 dollar USD dengan waktu turun tanggamu itu." Sara yang mendengarnya tambah kesal dan mempercepat langkahnya. Namun kaki Sara tidak mendarat dengan benar di anak tangga hingga kaki Sara terpeleset ujung anak tangga tersebut. "Aaaaaaa!!!" Teriak Sara begitu kakinya terpeleset dan tubuhnya ikut limbung. Untung dia memegang pegangan tangga dengan erat hingga ia tidak jatuh terguling-guling di tangga seperti ucapan Sean d kamar tadi. Namun posisi Sara juga tidak begitu bagus karena badannya sudah seperti tertidur vertikal di anak tangga. Kaki, pinggang dan tangan semuanya sakit karena terbentur ujung anak tangga yang tumpul tapi keras sekali. "Apa aku bilang? Kau benar-benar hanya akan merepotkan jika tidak menggunakan baby sitter." Ucap Sean sambil berjalan santai menghampiri Sara yang mengerang kesakitan di sekujur tubuhnya dan membantu Sara berdiri. "Aakkh!" Sara memekik kesakitan lagi ketika kaki kanannya menyentuh lantai anak tangga tersebut. "Lihatlah. Hari pertama kau disini dan kakimu sudah terkilir." "Salahkan tanggamu yang tinggi ini." Gumam Sara kecil. "Aku mendengarmu!" Balas Sean menatap tajam Sara walau tatapan itu tidak ada efek padanya. Sean segera menggendong Sara ala bridal style dan menaiki tangga menuju kamar Sara tanpa bicara apapun. Sara pun tidak bisa mengeluarkan suaranya karena tiba-tiba ia lupa bagaimana cara berbicara. Sara merasakan jantungnya yang berdetak begitu kencang hingga ia merasa sesak. "Tunggu disini dan jangan bergerak." Tegas Sean hendak meninggalkan Sara di ranjangnya. Sara masih terdiam. "Siang Tuan." Seorang wanita di awal usia empat puluhan tiba-tiba muncul di balik pintu dan memberi salam pada Tuannya. "Bagus kau disini. Urus dia, kaki kananya terkilir dan coba kau cek tubuhnya yang lain apakah ada memar atau tidak. Panggilkan dokter kalau perlu. Aku harus berangkat ke kantor." Ucap Sean lancar dan berjalan menuju pintu kamar Sara. "Oh! Dan satu lagi. Nanti akan ada pelayan-pelayan yang lain datang. Aku akan menukar kamarku di lantai satu dengan kamarnya. Mereka yang akan mengurus barang-barangku." Ucap Sean sebelum melangkah pergi. "Baik Tuan." Jawab wanita patuh baya itu menurut. Sara hanya mendengarkan tanpa membantah ataupun mengeluarkan suara.  Sepeninggal Sean, wanita paruh baya tersebut melangkah masuk ke kamar Sara dan memperhatikan Sara cukup lekat. Wanita tersebut memang diberitahu bahwa ia akan mengurus seorang gadis yang buta. Namun wanita itu tidak menyangka bahwa gadis buta tersebut sangatlah cantik dengan alaminya. "Perkenalkan, nama saya Linda. Saya yang ditugaskan untuk menjaga anda Ms.Kyle." Salam Linda dengan sopan sambil membungkuk walau Linda tau bahwa Sara tidak akan melihatnya. "Sara. Panggil saya Sara saja emm.. Linda." Jawab Sara sopan sambil tersenyum lembut menghadap kesamping kanan, Sara yakin dari sana sumber suaranya. "Baiklah Nona Sara." Patuh Linda. **** Sean tiba di kantornya tepat jam dua belas siang. Sean berjalan dengan gagah melintasi lobby kantornya hingga memancing seluruh mata di lobby tersebut mengikuti langkah kakinya. Para wanita hanya mengerang terkagum dan para lelaki hanya mendesah pasrah dengan pesona pimpinannya yang mematahkan teori 'Tiada makhluk sempurna di dunia ini. Dalam hal fisik maupun sosial'.  Seorang karyawan yang dekat dengan pintu lift segera menekan tombol naik pada lift khusus pimpinan dan Sean melangkah masuk dengan wajah adonisnya. "Mr.Derald benar-benar mempesona. Aku yang sebelumnya lesbi saja tiba-tiba sembuh total saat pertama melihatnya." Ucap salah satu karyawati dengan wajahnya yang masih bersinar-sinar melihat pintu lift yang sudah tertutup rapat. "Dan populasi gay meningkat karena pesonanya itu." Sahut salah satu karyawan di belakang karyawati itu. Karyawati tersebut menoleh ke belakang dan memicingkan matanya melihat karyawan itu. "Kau gay?" "Hampir jika Mr.Derald tidak segera menutup pintu liftnya. Aku merasa ingin menerjangnya saat ini." Jawab karyawan tersebut dengan senyuman jahil. "Kau gila. Kau akan lansung dibunuh olehnya saat itu juga, sebelum kau sempat menyentuh ujung rambutnya atau mencium napasnya." Karyawati tersebut membalikkan kepalanya dengan cepat hingga rambutnya terkibas mengenai wajah karyawan di belakangnya itu. "Karena itu aku bersyukur dia segera menutup pintu liftnya hingga aku tidak perlu menerjangnya dan aku tetap hidup." Karyawan itu memegang rambut karyawati yang terkibas padanya dan mencium wangi rambut itu. "Apa yang kau lakukan!" Bentak karyawati itu dengan kesal ketika tau aksi karyawan tersebut. "Mencium rambutmu. Setauku rambut wanita itu wangi-wangi dan lembut. Kenapa rambutmu lebih bau daripada kaus kakiku?" Karyawan tersebut berjalan mendahului karyawati itu sambil menggelengkan kepalanya. "Aku sedang PMS bodoh! Tidak bisa cuci kepala! Lagian kau tidak pakai kaus kaki!" Teriak karyawati tersebut dengan kesal. Karyawan tersebut hanya melambaikan tangannya asal tanpa berbalik. Karyawati tersebut mendengus kesal dan seketika ia baru sadar bahwa teriakkannya tadi telah memancing perhatian karyawan/karyawati yang berlalu lalang di lobby tersebut. Karyawati itu hanya tersenyum canggung sebelum menutup wajahnya dan berjalan cepat menuju lift kantor. **** "Siang Mr.Derald, sebentar lagi anda akan ada rapat dengan pimpinan dari cabang perusahaan anda." Sekretaris Sean berdiri dari kursinya begitu melihat kedatangan Sean di lantai tertinggi kantor pusat DG. "Baik." Jawab Sean singkat. Sean hanya duduk sambil memenjamkan mata beberapa menit mengambil napas sebelum kembali membuka mata dan bersiap memulai rapat bulanan. "Bagaimana bisa pendapat D'TV menurun di setiap bulannya?" Tanya Sean dengan tegas dan tajam pada pimpinan D'TV. "Emm.. itu.. peminat stasiun TV kita menurun hingga banyak iklan-iklan yang tidak melanjutkan kontrak lagi dan film-film yang sebelumnya ingin menjalankan kontrak untuk di tayangkan di stasiun kita di batalkan." Jawab pimpinan D'TV dengan gugup. "Bukankah di kantormu ada Tim Kreatif dan tim-tim lainnya yang mengurus rencana penayangan kita agar menarik di mata penonton?" Terdengar suara geraman pada kalimat yang Sean ucapkan hingga membuat pimpinan D'TV semakin gugup dan pimpinan-pimpinan lain terdiam takut. Mereka merasakan firasat buruk dari aura pimpinan utama mereka. "Saya sudah turun tangan mengkoordinir tim-tim tersebut. Namun peminat kita belum meningkat hingga titik standar."  "Kalau seperti itu terus, BERARTI KAU BERENCANA MEMBUAT DERALD GROUP PERLAHAN-LAHAN HANCUR!" Bentak Sean tiba-tiba hingga semua orang yang berada di ruang rapat tersebut terjengkit kaget. "LIHATLAH! KERUGIAN TERBESAR PERUSAHAAN HANYA PADA D'TV. BAHKAN KEUNTUNGAN DARI CABANG LAIN SEBAGIAN BESAR DIGUNAKAN UNTUK MENUTUPI KERUGIAN CABANGMU!" Sean memukul meja rapat dengan keras hingga semakin menambah suara yang menggelegar.  Semua pimpinan cabang perusahaan menunduk takut pada kemurkaan Sean. Sean memandang nyalang pada pimpinan cabang tersebut satu per satu dan menetapkan tatapannya pada pimpinan D'TV dengan lebih tajam. "Aku akan mengambil alih D'TV untuk sementara. Dan untuk yang lain, jangan berpikir bahwa kalian selamat begitu saja. DM, kudengar kau menjalin hubungan gelap dengan seorang reporter di perusahaanmu hingga kau selalu mengutamakan beritanya daripada yang lain untuk di tampilkan. Apa kau pikir perusahaanku adalah tempatmu untuk bermain wanita?" Tanya Sean dengan nada yang santai namun tatapannya jelas-jelas siap membunuh. Pimpinan DM hanya menunduk karena mereka tau bahwa saat ini Sean sedang tidak ingin di sela. "Tebak apa yang aku lakukan pada wanita itu?" Ucapan Sean sanggup membuat pimpinan DM mengangkat kepalanya. Dalam hati ia berdoa semoga bukan... "Dia dipecat secara tidak hormat dan akan kupastikan dia tidak akan diterima di perusahaan manapun, dimanapun dan sampai kapanpun. Jika kau mengulanginya lagi maka kau juga akan aku perlakukan sedemikan serupa." ....hal buruk. Lanjut batin pimpinan tersebut. "D'Resort, Aku mendapatkan laporan tentang kasus penculikan yang terjadi di Resot kita. Apa tugas Petugas Keamanan tersebut hingga terjadi kasus yang begitu memalukan itu. Untung saja penculikan itu terkuak satu jam setelahnya dengan bantuan kualitas keamanan kita juga hingga berita ini tidak di sebarkan yang akan membuat nama baik D'Resort menjadi jelek." "D'Hospital. Menolak pasien yang kesulitan biaya dan menghentikan pengobatan pasien yang tidak mampu membayar. Apa kau gila dengan melakukannya? Haruskah aku membuatmu terbaring di Rumah Sakit dan membuatmu bangkrut agar kau tau bagaimana rasanya keputus asaan mereka? Sejak awal sudah aku katakan bahwa KAU pengecualian. Aku tidak peduli tentang kerugian Rumah Sakit itu. Hanya lakukanlah tugasmu dengan baik, sebagai seorang dokter." "D'Apartment. Terjadi penyerangan terhadap mobil penghuni di parkiran yang menyebabkan dua buah mobil hancur serta pesan teror yang di tinggalkan di dinding parkir. Kalian menutupinya dan mengganti mobil tersebut dengan cepat. Memberikan alasan bahwa mobil tersebut tertabrak oleh petugas valet yang lalai. Hah! Sepertinya kita memiliki masalah keamanan yang fatal." "D'Fun World. Ada beberapa wahana yang rusak dan sudah sebulan namun belum ada hasilnya. Aku ingin tau mengapa dan apa alasanmu. Jika kau bilang bahwa teknisi kita yang lambat, apa kau ingin aku percaya? Begitu banyak teknisi kita yang terakui kemampuannya bisa begitu kewalahan dengan beberapa wahana itu saja? Dan jika kau bilang masalah biaya, aku rasa itu jelas bukan masalah." "Perbaiki kesalahan kalian semua dan aku ingin mendengar kabar baik bulan depan. Jika tidak, jangan salahkan aku jika aku akan menyeret kalian turun dari jabatan kalian sekarang dan menyesal selamanya." Ucap Sean sebelum mengakhiri rapat penuh ketegangan.  *****
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD