Chapter 19 : Selamat Datang di Farles

1417 Words
"Untuk menghapus kesalahanku dan ketiga adikku, biarkan kami membelai mereka, Biola." "Membelai? Ha ha ha!" Para gadis itu mencibir Olivia. "Adik-adikku tersayang, mari kita belai dengan sedikit kelembutan, dan peluklah mereka satu-persatu dengan cinta." Mendengar apa yang dikatakan Kakaknya, Melinda, Nori dan Zack tersenyum kejam. Sementara diriku, Lavender, Diana, Bella, Sania, Tasya dan Ferli terkejut mendengarnya. . . . . . . . . . Gadis-gadis itu jika dilihat dengan jelas, mereka berjumlah empat orang. Itu artinya Olivia, Nori, Melinda dan Zack mendapatkan santapannya masing-masing. Nori mengerlingkan matanya padaku dan berkata. "Pergilah ke Farles, biarkan kami yang mengurus para tikus kotor ini." Farles? Tiba-tiba Lavender menjerit. "BIOLA, SA-SAYAPMU! MENGECIL!?" "Itu karena dia sedang menonaktifkan kekuatannya!" Jawaban Ferli membuatku terkejut. "Tapi-" ucapanku terpotong oleh bentakan dari Melinda. "CEPAT PERGI! KALIAN HANYA MENGGANGGU KAMI!" . . . . . . . . . . . . . Olivia Malfoy Finiggan P.O.V Setelah mereka semua pergi, aku bersama ketiga adikku langsung menatap kaum bodoh itu dengan senyuman hangat. "Ayo kita mulai sekarang?" Tampaknya mereka tidak suka dengan ekspresi yang ditampilkan olehku, dengan kesalnya wanita berambut coklat bersuara. "Jangan remehkan kami, kekuatan kami sudah pernah membunuh ribuan Hero seperti kalian...Ha ha ha dan menurutku, hanya kalianlah Hero yang paling memalukan." Tidak suka mendengarnya, tiba-tiba Nori berada dibelakang tubuhnya, teman-temannya terkejut. TAP! Telapak tangan Nori langsung diletakkan diatas kepala wanita berambut cokelat itu, aku tersenyum memandangnya, tentu saja, adikku itu pasti akan membuat kesenangannya sendiri. . . . "Tikus kotor sepertimu tidak layak bersuara, sekarang akanku antarkan kau ke Neraka." Bisa kulihat, perlahan-lahan wajah wanita itu ternganga, kedua matanya melotot, dan lebih parah laginya, Nori langsung mencabut nyawanya dengan kasar. Setelah berhasil, arwah itu dia makan dengan nikmat. "Sekarang, giliran kalian." "JANGAN MEREMEHKAN KAMI, KALIAN HANYALAH b******n!" SREK! Dengan mulusnya, sebuah rantai emas milik Melinda mengikat tubuh gadis yang barusan berteriak. Dari jauh Melinda berkata. "Nori, menyingkirlah, yang ini punyaku!" . . . . . . "APA INI! KENAPA KAU MENGIKATKU!" Wanita itu berteriak keras, mendengarnya Melinda tersenyum. "Sudah, jangan berisik! Sekarang, ikuti apa yang kukatakan! Lupakan Keluargamu, sahabatmu, kekasihmu, dan musuhmu dari pikiranmu!" Wanita itu langsung menjerit histeris. "AAAAAH!!! AAAAH!!!" Seluruh tubuhnya memberontak ingin bebas, tapi sayangnya, adikku yang satu ini bukanlah Manusia lembut, dengan kemarahan, dia ikat rantai itu semakin keras. Lantas, tubuhnya terpotong menjadi dua bagian. Menggelikan, aku tersenyum cantik melihat pemandangan mengerikan itu. Tersisa dua makhluk lagi, sepertinya Zack langsung mengaktifkan kekuatannya, salah satu gadis tiba-tiba berlari dengan cepat kearah Zack lalu memeluknya erat. Dasar. "Ya, bagus, sekarang kau akan kujadikan bonekaku! Ha ha ha!" Walaupun tubuhnya memeluk erat tubuh kekar Zack, gadis itu marah. "BEBASKAN AKU! AKU JIJIK! AKU JIJIK!" Namun sayang sekali, Zack semakin senang mendengar jeritannya. "Bahkan, teriakanmu sangat menggairahkan, tenang saja, aku tidak akan membunuhmu, aku hanya ingin bersenang-senang." Nori dan Melinda memandang Zack dengan tatapan kesal. Ketika wanita satu-satunya yang selamat akan melarikan diri, aku langsung berkata. "Hentikan langkahmu, aku tidak akan membunuhmu." Mendengarnya, wanita itu menoleh padaku dan menjawab. "Apakah omonganmu bisa kupercaya!?" "Tentu saja, aku bukanlah tipe pembunuh, sebaliknya, aku ingin kau melihat karya patungku." Dia terkejut dengan diriku yang tiba-tiba berada disampingnya. Aku berbisik padanya. "Karya seniku sangat indah, lihat ini." Kuhembuskan nafas lembut pada tubuhnya, dengan waktu lima detik, gadis itu menjadi karya yang mengagumkan. . . . . . . . . . Biola Margareth P.O.V Aku bersama Lavender, Bella Ferli, Diana, Sania dan Tasya berjalan menyusuri ribuan pohon sakura, dari tadi, aku lelah mendengar salah satu sahabatku mengeluh. Tepatnya Lavender yang selalu berkeluh kesah. "Apakah Farles masih jauh? Kurasa kita sudah berjalan lima kilometer, tapi kenapa belum sampai juga? Aku sangat lelah!" Sayang sekali, tidak ada yang menjawab apa yang dikatakan Lavender, sebaliknya, diriku malah bertanya pada Lavender. "Lavender, kenapa kalian bisa selamat dari Games kematian? Bella dan Diana juga, kurasa kalian sudah-" "Tidak Biola, aku diselamatkan oleh Rio, dia telah menghanguskan lukaku. Bella juga telah dihanguskan, maksudnya, sihir yang menjadikannya batu oleh Olivia telah dihanguskan." Mendengar jawaban dari Lavender, aku langsung melirik Diana. "Bagaimana denganmu? Bukankah kau dibawa oleh Olivia, Diana? Apakah kau disakiti?" Pertanyaan yang terlontar dari mulutku hanya dijawab dengan senyuman manis Diana. "Sebenarnya, Olivia tidak menyakitiku." Aku terkejut mendengarnya, Tasya, Sania dan Ferli rupanya sama penasarannya. Mereka hanya menjadi pendengar yang baik. "Lalu?" kataku dengan mengernyitkan dahi. "Olivia berkata padaku bahwa aku harus meninggalkanmu, menurutnya, Games itu bertujuan untuk mengujimu, bukankah yang ingin masuk ke Negeri ini hanyalah dirimu, jadi aku, Bella dan Lavender hanya menemanimu. Permainan itu hanya untuk menguji mentalmu. Bukan mentalku, Bella dan Lavender." Lagi-lagi aku kurang paham dengan penjelasan Diana. "Tapi, jika permainan itu hanya untuk diriku, kenapa kau, Bella dan Lavender merasakan kepahitannya?" "Karena kami adalah sahabatmu. Jika kau terluka, maka kami juga harus merasakannya bersama." DEG! . . . . . . . . . Setelah beberapa menit, ribuan pohon sakura sudah terhapus, kedua mataku melihat sebuah bangunan megah, dengan gerbang mewah yang disampingnya terdapat satu pria yang berdiri tegak. Melihat keberadaan kami, laki-laki itu berseru. "Tunjukkan identitas kalian!" Sania langsung membuka mulutnya. "Aku Sania Heartfillia, penyihir cahaya, salah satu anggota Farles. Aku datang bersama rombongan asing, salah satu dari mereka berasal dari Woperlan, sementara yang lainnya hanyalah penyihir baru yang ingin bergabung. Kumohon Jordan, izinkan kami masuk." Jordan menyimak jawaban Sania lalu mengangguk-ngangguk. "Oh, jadi itu dirimu, Sania, ngomong-ngomong mana kucingmu?" Ferli berkedut kesal mendengarnya. "AKU DISINI BODOH!" Jordan terkejut melihat lelaki remaja yang marah padanya. "Siapa kau! Aku tidak mengenalmu! Jangan berani-beraninya kau menghinaku dengan sebutan bodoh! Aku tidak bodoh! Aku salah satu penyihir Farles!" "Ini perubahanku! Kau sangat bodoh!" "Aku masih tidak percaya!" Tiba-tiba tubuh Ferli kembali menjadi seekor kucing berbulu pink dengan tampang galak. "Apa kau sudah percaya?" "Nah, ini baru Ferli yang kukenal! Ha ha ha!" Jordan mendekati kucing itu dan mengangkatnya untuk dipeluk. "Jordan, tolong bukakan gerbangnya." Jordan menatap Sania dengan sedikit canggung. "Maaf Sania, tapi dengan adanya penyihir Woperlan, aku menolak untuk membukakan gerbang ini, bisa saja dia datang untuk menyerang kita?" "Aku sama sekali tidak berniat mengobrak-abrik kandang kalian! Kalau begitu, lebih baik aku pulang saja ke Woperlan! Kukira Farles merupakan kumpulan penyihir lembut, tapi nyatanya, tidak! Sampai jumpa!" Tasya langsung berlari kembali memasuki hutan sakura. Kami melihatnya dengan tatapan iba, kuharap Tasya bisa selamat sampai ke Woperlan. "Baiklah, sekarang aku akan membukakan gerbang ini untuk kalian. Sania, Ferli aku ucapkan selamat kembali, dan untuk kalian," Kedua mata Jordan melirikku, Bella, Diana dan Lavender. "Selamat datang di Farles." . . . . . . . . . . . BRAK! Gerbang itu terbuka lebar, sangat hebat ketika diriku memasuki wilayah Farles. Disekelilingku banyak sekali penyihir-penyihir berkostum unik-unik yang sedang berlalu-lalang. Aku dapat melihat seorang gadis sedang melatih sihirnya diatas air, seorang pria yang bersiap-siap untuk melaksanakan misi, dan anak-anak yang berlarian kesana-kemari sambil tertawa renyah. Sesekali, penyihir-penyihir yang kujumpai tersenyum dan menyapa. "Selamat siang!" Pada kami. Aku sungguh bahagia bisa masuk ke tempat ini. Rumput hijau terhampar luas, sebuah istana yang kurasa markas penyihir Farles terpampang megah didepan, seolah-olah seperti seorang wanita yang menunjukkan keanggunannya pada dunia. Sungguh menakjubkan. "Hey! Jangan jahil!" Aku melihat seorang pria mengejar temannya yang mengambil topi kerucutnya. Sementara Lavender menatap seorang gadis yang sedang berjalan sambil berdandan ria dengan cerminnya. "Aku tahu, tapi aku belum yakin kalau dia menerima cintamu?" Seorang gadis saling berbisik ketika kami melewatinya. . . . . . . . . . . . Dan akhirnya, aku bersama yang lainnya sampai disebuah pintu besar berlapis emas dengan karpet merah dibawahnya, jendela-jendela besar terbuka lebar menampilkan keindahan didalam sana, bendera-bendera berkibar diatas bangunan megah ini, dan kupikir, ada sebuah lambang khas Farles didalam bendera tersebut. "Mari masuk." Sania membuka pintu emas itu dengan sekali sentuhan, dan aku dapat memandang keindahan yang luar biasa. . . . . . . . . . . Sebuah dinding besar tertulis kata-kata selamat datang didepan, dan aku menaiki undakan kecil sampai akhirnya sampai disebuah tempat yang sangat ramai. Disana terdapat tiga meja panjang yang dilingkupi oleh bermacam-macam penyihir. Sebuah lilin tertanam hampir diseluruh dinding, dan suara dengungan obrolan menggema diruangan ini. Mereka semua sangat keren, ada yang membawa pedang dipunggungnya sambil meneguk minuman dengan kasar, ada juga seorang wanita merokok dengan kaki keatas mejakan, suara-suara tawa kumpulan pria yang sedang bermain kartu, dan wanita-wanita yang cekikikan berdiskusi tentang sesuatu. Namun ketika keberadaan kami terasa, mereka semua terdiam menoleh padaku dan yang lainnya, ruangan ini seakan-akan tiba-tiba mati mendadak. Dan mereka semua langsung berdiri serentak dan berteriak dengan ekspresi macam-macam. "SELAMAT DATANG DI FARLES!" . . . . . . . . . . . .
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD