Chapter 33 : Melanjutkan Misi

1106 Words
Summer Rae P.O.V Teena tersenyum dingin. "Sudahlah, jangan pedulikan itu, lagi pula, kau harus fokus pada wanita orange itu, dia memiliki sesuatu yang berbahaya, kurasa." timpal Teena. Paige kurasa tersinggung pada perkataan Teena, sementara Romansa hanya mengerlingkan matanya padaku. "Tapi, berdasarkan pengamatanku, wanita yang menjadi lawanmu itu sangat menghibur, bagaimana kalau kita tukar mainan? Aku tidak tertarik dengan Si Orange! Ayolah!" pinta Romansa pada Teena dengan raut wajah memohon. "Apa? Menukar mainan? Tidak! Dia sudah menjadi mainanku! Jika kau berani-beraninya menyentuh mainanku! Akan kuhajar kau, Romansa!" jawab Teena dengan wajah memerah marah. Aku hanya mendecih sebal melihat pertengkaran tidak berguna itu, lebih baik, kuserang mereka sekarang. JEDAR! JEDAR! JEDAR! Petir-petir yang keluar dari telapak tanganku langsung di arahkan pada Romansa dan Teena, debu pun menghiasi tempat yang mereka pijakki. Set! Tiba-tiba, Romansa langsung keluar dari kepulan debu dan berlari kencang padaku. "Oh, jadi keahlianmu itu petir ya? Menarik." Aku langsung melangkah mundur, Paige tersentak ketika rambutnya dijambak secara mengejutkan oleh Teena, sehingga tubuhnya terjatuh. "Oke, kita tukar sementara, Romansa!" ucap Teena dengan terus menjambak rambut jingga Paige. Aku merasa terdesak sekarang, Romansa sudah sangat dekat denganku, bahkan dia tersenyum tipis melihatku. "Hey, ayo berikan kami hiburan lagi?" Kilatan cahaya pink bersinar di kedua matanya, dan tanpa sadar, aku terserang oleh kekuatannya, tubuhku tidak bisa digerakkan sama sekali karena telah menatap kedua bola matanya. b******k. JRASH! Sekilas, aku melihat dari kejauhan, Paige menghujamkan pukulan tajam sampai menembus tubuh Teena. Wow, itu sangat mengagumkan. "Kau sedang lihat kemana?" TAR! Aku tertampar dengan sangat kencang. Romansa tersenyum. "b******k kau!" TAR! Lagi, kali ini tamparannya lebih kencang dari sebelumnya. Oh, sampai kapan tubuhku kaku seperti ini. s**l. "Hey, kau harus fokus pada pertarunganmu, alihkan perhatianmu pada wajah cantikku, bisa?" "Cantik?" decihku dengan wajah meremehkan. Romansa mengangguk pelan. "Aku memang cantik, kan?" "Kecantikanmu setara dengan KAMBING GILA!" DEG! SYUUUUUUUUR! Tubuhku dan juga Paige entah kenapa mengeluarkan cahaya putih, Romansa terkejut memandang hal itu, sementara Teena, dia sedang meringis kesakitan karena diserang oleh Paige. Angin menyertai tubuh kami berdua, dan secara perlahan, penglihatanku berubah menjadi gelap. Dan sedetik kemudian, aku dan Paige berdiri di tempat yang berbeda dari sebelumnya, disini ada Jordan dan Si b******k Biola! Bahkan, sekelebat, Rio dan Zombila pun muncul dengan wajah terperangah heran, pasti mereka juga terkejut dengan hal ini. "Ke-kenapa aku bisa disini?" tanyaku jengkel. Jordan yang sedang berjongkok menatap tubuh Biola yang sedang terbaring lemas di bawah pohon sakura menoleh padaku. "Yo! Maaf, tapi kalau boleh jujur, akulah yang melakukannya, alasanku karena diriku cemas terhadap kalian semua, aku terpaksa menyihir kalian agar langsung berada disini." Jordan tersenyum lembut dan perhatiannya berubah pada Zombila. "Apa yang telah kau lakukan, sehingga kau bertelanjang d**a seperti itu, Zombila? Dan luka apa itu dilenganmu?" tanya Jordan dengan wajah polos. Merasa diperhatikan oleh semua orang, Zombila berdehem sebentar dan menjawab, "Sebelum ini, aku bertarung dengan seorang penyihir Emigori, dan secara terpaksa aku mengaktifkan kekuatanku, jadilah seperti ini. Mengenai luka ini," -Zombila menepuk lengannya yang terluka- "Hanya luka kecil saja, tidak perlu dicemaskan." Mendengar penjelasan Zombila, semua orang mengangguk mengerti, lalu, Rio kini bersuara, "Jordan?" Jordan menatap Rio. "Yo?" "Kenapa dengan Putri?" "Yo, dia terkena serangan dari Romansa." Seketika, aku terkejut, bukankah, wanita itu juga barusan bertarung denganku. Lantas, aku berbicara, "Rupanya, wanita b******k itu juga telah melukai dia? Kurang ajar! Ternyata dia licik juga menyerang anggota tim kita!" "Memangnya, kau juga bertemu dengan wanita itu?" tanya Rio memasang wajah penasaran. "Tentu saja! Dan aku berani bersumpah, kalau dia sangat b******k! Lain kali, akan kuhajar dia!" Zombila menahan tawa mendengar jawabanku, sontak, aku mengerlingkan mataku padanya. "Tidak ada yang lucu!" Ketahuan, Zombila memerah malu. "Oh, haha, maaf, apakah aku menyinggungmu?" "Jadi, kalian juga bertarung dengan penyihir Emigori?" Jordan bertanya dengan bangun dari posisi jongkoknya, menatap wajah kami bersamaan. "Ya, sepertinya mereka berusaha menghalangi kita," timpal Paige. "Dan itu membuatku jengkel!" tukasku dengan wajah kesal. "Itu sangat memprihatinkan, mereka sangat picik dari yang kukira," Zombila memasang wajah serius kali ini. "Lupakan soal itu, lebih baik, kita obati dulu Putri," jelas Rio membuat kami semua memandang Biola. "Ya, itulah yang terpenting sekarang." Zombila mengiyakan dengan tersenyum lembut. * * * Jordan, Rio, Paige, Zombila dan diriku mengeluarkan cahaya putih dari kedua tangan kami serentak, dan perlahan-lahan, kami berlutut bersama, dan menempelkan tangan kanan kami pada tubuh Biola Margareth. "Sadarlah, Putri." lirih Rio, wajahnya sayu. "Bangunlah, Margareth." Jordan meneteskan air mata. "Kami menunggumu, Biola Margareth." Zombila tersenyum lesu pada Biola. "Hadirlah kembali bersama kami, Biola." Paige memejamkan matanya, berusaha menenangkan diri. "Ummm ... " Aku bingung harus mengatakan apa, tapi, baiklah. "Maafkan aku, Biola, aku harap, kau cepat pulih dan selesaikan misi ini bersama, aku benar-benar menginginkan kau kembali." Tes. Tes. Tes. Air mataku menetes pada wajah Biola, oke, ini baru pertama kalinya aku menangis di hadapan orang-orang. Tapi, aku juga tidak bisa menahannya. "Terima kasih banyak, Teman-teman." Aku berani bersumpah, aku mendengar suara Biola. Dan ternyata dugaanku benar. Dia telah membuka matanya lebar-lebar, tersenyum pada kami semua, walaupun wajahnya masih lemas. Perhatiannya teralihkan padaku, dan aku terkejut. "Kenapa kau menangis, Rae?" tanya Biola padaku, oh bagus, ini memalukan. Langsung saja, kuhapus cepat-cepat air mata ini dan berkata dengan nada kasar, "Bukan urusanmu!" Zombila tersenyum. "Rae menyembunyikan rasa khawatirnya padamu, Biola." DEG! Kurang ajar, berani sekali Zombila mengatakan hal itu pada wanita b******k itu, bahkan Paige pun menatapku bingung. Mungkin dia heran dengan sikapku yang berubah. "He-hey! Kenapa kalian semua memandangku!?" "Hahahaha!" Zombila tertawa renyah melihatku kelabakan. Aku hanya cemberut pasrah. "Akui saja kalau kau cemas pada Biola, Rae." * * * "Permisi, apakah kalian butuh tumpangan?" Sebuah suara mengagetkan kami semua, lalu pandangan kami serentak menuju pada seorang gadis berambut pink pendek yang tengah berdiri di samping kereta kuda megah. Kereta kuda itu dilapisi oleh emas, dan sangat anggun. Bahkan, terdapat tiga kuda putih yang dipasangi intan di matanya untuk menjadi pengantar kami. "Siapa kau?" tanyaku dengan nada kasar, bocah itu terkejut mendengarnya. "Hehe, namaku Cacha Zelontinta, aku dikirim oleh seorang bangsawan bernama Charlotte Finiggan untuk mengantarkan kalian menjalankan misi, dan beliau memaksaku." Bisa kulihat, Rio tertegun mendengarnya. "Biola, ayo kita berangkat!" Jordan dan Rio mengangkat tubuh Biola. Aku, Paige dan Zombila langsung masuk dan duduk di kereta kuda yang keren itu, sementara Rio, Jordan dan Biola duduk dibagian belakang. Cacha tersenyum lalu dia duduk dikursi depan yang imut, ia menghentakkan tali kecil pada tiga kuda putih tersebut. "Dimohon pegang sesuatu apapun, karena kecepatan kendaraan ini melampaui batas." Kami semua terkejut mendengar perintah Cacha. Apakah itu benar? Terdengar konyol menurutku. "Baik, terima kasih pengertiannya, kita mulai sekarang!" WUUUSHHHH! "WOOOOW!" Aku menjerit ketika kendaraan ini melesat dengan sangat kencang, bahkan aku tidak bisa melihat pemandangan di dekat jendela, karena semuanya terlihat sekelebat. * * *
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD