****************** Setelah dua hari demam, Arga kini kembali ke kantornya. Meja kerjanya penuh dengan tumpukan dokumen,membuat arga lebih dingin dari es karena suasana hatinya yang kurang baik. Setiap dering telepon, setiap ketukan keyboard yang agak keras, setiap kesalahan semua menjadi bahan bakar emosinya. Dari kekeliruan kecil hingga yang fatal, tak ada yang luput dari amarahnya. Bahkan Risa,yang biasa cekatan, kini berjalan di sekitar Arga seperti menginjak ranjau. Pagi itu, sebelum berangkat, ingatan pahit kembali menghantam. Ia mencoba memperbaiki keretakan yang menganga antara dirinya dan Ziyan. Ia mencoba mengucapkan kata-kata penyesalan yang ia rangkai semalam. Namun, respons yang ia terima sedingin es di kutub utara. Ziyan mengabaikannya. Ia malah terlibat obrolan hangat dan

