**************** Pagi harinya. Arga duduk di ruang kerjanya, matanya tertuju pada layar laptop di depannya, tetapi pikirannya berkelana ke tempat lain. Kata-kata Ziyan semalam terus menerornya. 'Kau telah membunuhnya.' Ia menghela napas berat, merasakan sakit yang tajam di dadanya. Perasaan menyesal dan amarah bercampur aduk. Ia marah pada Ziyan yang kini menjadi keras, tapi ia juga marah pada dirinya sendiri, karena dialah penyebab Ziyan berubah. Pintu diketuk pelan. "Pak Arga, ini laporan yang Anda minta." Seorang pria berseragam hitam, salah satu orang kepercayaannya, masuk dan meletakkan sebuah map cokelat tebal di meja. "Terima kasih, Bayu. Kau boleh pergi," ujar Arga tanpa menoleh. Setelah Bayu pergi, Arga mengambil map itu dengan tangan gemetar. Di dalamnya, ada berkas leng

