GT- 1

1297 Words
Chantika melangkahkan kaki memasuki sebuah Cafe di bilangan kuningan Jakarta Selatan. Matanya terus menyelidik setiap sudut ruangan Cafe saat masuk ke dalam, Chantika mencari sahabatnya --Riefaldi tadi sore mengabari tempat pertemuan sedikit berubah tidak jadi di Cafe Narnia melainkan disalah satu Cafe di dalam Mal daerah Jakarta selatan.  Seorang laki-laki tampan dengan kaos putih melekat pas ditubuh atletisnya serta celana Jeans biru, melambaikan tangan saat mata mereka bertemu pandang.  Riefaldi duduk disalah satu sofa sudut Cafe, tepat di sampingnya dia merangkul seorang perempuan cantik dan cukup Sexy terlihat dari pakaian mini Dress yang digunakannya. Perempuan dengan rambut yang tampak dicat coklat sebahu itu menggunakan lipstik merah ala-ala wanita jaman Now.  Geez, seleranya sekali! Batin Chantika "Hai al, maaf ya aku agak telat. Jalanan Jakarta kalau jam pulang kerja macetnya luar biasa." Chantika memberikan senyum manis sehingga melihatkan kedua lesung pipinya.  "Gak pa-pa Cha, kita juga baru saja sampai sepuluh menit yang lalu iyakan Baby?" riefaldi tersenyum memandang kekasih barunya itu "oh iya sayang, kenali dia Chantika sahabat aku yang pernah aku ceritai waktu itu dan Chantika dia kekasihku yang tadi siang aku bilang mau kenali, namanya Debby."  Chantika mengulurkan tangannya sebagai tanda memperkenalkan diri, dan Debby membalasnya "senang bisa kenalan sama kamu, Debby"  "aku juga senang bisa kenal sama sahabat kekasihku ini" Debby memberikan senyum sambil kembali bergelayut manja pada lengan Riefaldi.  Chantika mengambil duduk di seberang pasangan tersebut, melepaskan tas dan meletakan di sebelahnya. "Kalian udah pesan?"   "Sudah, tinggal kamu. Mau pesan sekarang Cha?" Tanya riefaldi  "Boleh"  Riefaldi melambaikan sebelah tangan kanannya, memanggil salah satu pelayan Cafe.  Pelayan Cafe tersebut langsung memberikan buku menu pada Chantika, Chantika tampak fokus melihat-lihat menu tersebut.  "Mbak, aku pesan steak yang ini satu dan minumnya Ice lemon tea saja" Chantika menunjuk menu makanan yang akan dipesan dengan jari telunjuknya lalu pelayan itu mencatatnya.  Sambil menunggu pesanan mereka datang Chantika mencoba membuka pembicaraan pada pasangan yang tampaknya sedang asyik dengan dunia mereka sendiri, Riefaldi selalu seperti itu jika bersama kekasihnya. Maka dari itu terkadang Chantika merasa malas kalau diajak makan bersama seperti ini, bukan karena cemburu melainkan merasa tak enak hati karena harus berada ditengah-tengah momen mereka  "Hm, jadi Debby ini kerja atau masih kuliah sama kaya kita?"  "Aku masih kuliah cha, tapi baru semester empat" jawab Debby  Chantika mengangguk sambil ber’oh’ria  "mengambil jurusan apa ?" Tanyanya lagi  "Akuntansi" kali ini riefaldi yang menjawab  "Kalian menjadi sahabat udah lama?" Deby bertanya balik pada Chantika  Chantika tersenyum tipis "Ya lumayan belasan tahun lah"  Tidak lama pesanan mereka datang  Acara makan sore menjelang malam itu berjalan lancar walau Chantika tampak gondok karena Debby yang terus menerus terlihat menempel sekali dengan Riefaldi, bukan karena Chantika cemburu tapi dia sendiri risi karena ini tempat umum, "jika di tempat umum begini saja dia berani begitu apalagi tempat sepi" pikirnya dalam hati  Setelah kurang lebih satu jam mereka di Cafe tersebut Chantika ijin pamit untuk ke Gramedia "aku duluan yah mau ke Gramedia" ucapnya undur diri   "tunggu cha, aku 'kan tadi siang mau anter kamu." Cegah riefaldi.  Memang Riefaldi siang tadi ketika di kampus berjanji untuk menemani Chantika ke Gramedia sebagai ganti pertemuan sore ini. Namun tampak-nya seperti biasa kalau sudah dengan kekasihnya Chantika di nomor sekian 'kan dalam menempati janji.  "sayang katanya tadi kamu mau ke Kelab sama aku" Debby Memajukan bibirnya tampak berusaha mencegah riefaldi untuk pergi dengan Chantika "sudah kuduga" batin Chantika  Karena Chantika merasa tak enak hati, lagi juga malas berdebat dan berakhir pertengkaran ala perempuan yang merebutkan pria seperti dalam sinetron yang justru berujung mempermalukan diri sendiri jadi dia mengalah.  "al, aku bisa sendiri kok cuma beli buku tidak lama lagian nanti juga aku langsung mau balik."  "tapi aku udah janji tadi siangkan Cha, Beb ke kelab-nya kan bisa entar setelah kita ke toko buku dulu"  Dia tampak kekeh ingin menempati janjinya jadi dia mencoba memberi pengertian pada kekasih yang sedang menekukkan bibirnya ke bawah.  Terlihat dimata Riefaldi ada rasa tak enak hati pada Chantika, namun Chantika enggan untuk merusak Mood kekasih sahabatnya tersebut.  "udahlah al lain kali saja tidak apa-apa, aku duluan yah al" Chantika lalu menoleh pada Debby  "duluan ya Deb"  Chantika bangun dari bangku memberikan senyum manisnya, melambaikan tangannya bergegas menuju tujuan selanjutnya. *** _POV Chantika_ Seminggu kemudian... Sore ini Chantika sedang menemani mamah serta ART bi Mimin berbelanja bulanan di sebuah supermarket didaerah Jakarta. Setelah acara belanja bulanannya selesai mereka mampir di sebuah restoran khas makanan sunda yang masih ada di dalam mal yang sama. "mah, aku ke kamar mandi dulu ya, mau pipis sekalian cuci tangan" aku meminta ijin kepada mamah setelah acara makan ala sunda yang menggunakan tangan selesai, karena makanan sunda itu paling nikmat pakai tangan. Mama tersenyum, menganggukkan kepalanya "ya udah, mamah tunggu disini sayang" "oke mah" aku beranjak dari dudukku menuju toilet Ketika aku sedang berada dalam toilet aku mendengar dari balik pintu ada sekitar tiga perempuan yang sedang berbincang, namun ada satu suara yang sedikit familier ditelingaku apalagi setelah aku mendengar salah satu dari mereka menyebut nama riefaldi. "deb gila lo ya riefaldi kurang apa sih. Tampan, Hot, Tajir pula Kurang apa sih? Sampe lo masih jalan dan masih tinggal satu apartemen sama Aditiya?" salah satu temannya bersuara sedikit melengking tampak tersirat rasa tak percaya di dalamnya, dan teman satunya terdengar mengiyakan. Aku yang awalnya mau keluar dari kamar mandi mengurungkan niatku, aku harus tau ada apa ini? tampaknya kekasih sahabatku kali ini tak beda dengan kekasih-kekasih sebelumnya riefaldi. "Riefaldi itu udah cinta sama gue, jadi dia tidak akan deh curiga. Lagian nih yah gue Nggak cinta sama dia cuman sayang cowok ngetop kaya gitu kalau ditolak, apalagi masa depan lebih menjamin. Dia tajir, menjamin biaya hidup gue" terdengar Debby menyahuti dengan nada sombong. "gila nih perempuan persis dugaan gue, kok gue punya sahabat sempurna tapi mata hatinya ke tutup sama badan montok dan Sexy doang sih" cicit Chantika sangat pelan, Chantika yang makin penasaran berdiri dari kloset dan menempelkan telinganya pada pintu toilet agar lebih leluasa mendengar percakapan mereka. "terus gue dengar Riefaldi punya sahabat cewek yah? Lu udah dikenali? Hati-hati lu deb entar riefaldi taunnya punya hubungan lebih dari sekedar sahabat, setahu gue mana ada hubungan murni bersahabat antara pria dan wanita." tanya lagi sahabat yang satunya. "sial bau-bau enggak enak nih nama gue dibawa-bawa" bisik Chantika dengan mengepalkan tangannya. "eh tenang saja enggak akan riefaldi tertarik sama cewek gendut begitu, bukan tipe dia, Gue yakin. Lagian juga heran kenapa riefaldi mau bersahabat sama cewek gendut, membosankan lagi" jawab kurang ajarnya Debby dengan menjelek-jelekkan namaku. Rasanya aku Ingin dobrak pintu kamar mandi terus kujambak itu rambut cewek jalang. Aku bersyukur tuhan tunjukan hati cewek jalang satu ini, Chantika mengelus-elus dadanya "ikhlas...ikhlas biar tuhan yang balas" suara hatiku mencoba menenangkan diriku yang terbakar rasa amarah. "gendut? Jadi sahabatnya itu gendut? Bukanya gue pernah kepoin Ig riefaldi ada foto mereka berdua gue lihat kok itu cewek cantik deb" tanya teman satunya dengan nada sedikit tersirat rasa tak percaya di dalamnya. Chantika memutar bola matanya malas dan mencebikkan bibirnya "jadi itu orang segitu niatnya mau tahu kehidupan riefaldi sampai lihat postingan al di Instagramnya" cicit Chantika namun sangat pelan. "cantik sih tapi tetap aja jelek kalau body-nya gendut begitu, masih jauh banget sama gue" dengan pede-nya cewek jalang itu membanggakan diri. Setelah mendengar suara pintu toilet dibuka dan ditutup kembali, serta meyakini ketiga perempuan jalang itu keluar Chantika bergegas kembali ke tempat mamahnya menunggu. "Lama sekali kamu, sayang." gerutu mamahnya tepat ketika Chantika mendaratkan bokongnya di kursi yang tadi dia tempati. Senyum manis tak enak hati ditunjukkannya "maaf mah, tadi tiba-tiba sakit perut" dustanya, mana mungkin dia ceritakan apa yang terjadi dikamar mandi pada mamahnya ini. Bisa-bisa mamahnya ngamuk mendengar anak kesayangannya di bicarakan di belakang seperti itu. "Udah selesaikan, kita pulang sebelum papah kamu balik dari kantor" "Ya udah mah yuk, aku juga mau selesaikan Revisi skripsiku." Saut Chantika Mereka bertiga meninggalkan restoran sunda tersebut, dan kembali ke rumah. Sepanjang perjalanan Chantika memutar ingatan terus menerus tentang apa yang dia dengar ditoilet tadi dan merencanakan cara memberi tahu sahabatnya itu yang sayangnya agak bodoh dalam memilih pacar. Bersambung...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD