Trust Me

935 Words
"When you are important to another person, that person will always find away to make time for you. No excuses, no lies and no broken promises." _ Broken heart quotes Happy Reading Lelaki itu tersenyum bangga melihat hasil karyanya, dia lalu menarik belati itu dari perut Monica tanpa melepaskan pandangan darinya. "Sampai bertemu nanti Monica." bisiknya dengan suara pelan, yang tidak didengar lagi oleh gadis itu. Lelaki bertopeng itu menegakkan punggung, lalu melepas topengnya. Dia melempar tatapan dingin pada seorang lelaki yang juga turut bersama sejak tadi. "Bawa dia ke rumah sakit, aku tidak ingin dia mati terlalu secepat ini." perintah tajam tak terbantah. "Baik Tuan." jawabnya mengangguk patuh. Angel memandang ke arah luar dari balik dinding kaca kamarnya. Senyum manis terbit di wajahnya tatkala pemandangan indah itu memanjakan kedua mata. Lipatan bibir itu terbuka lebar ketika melihat anak-anak berlarian sambil tertawa bahagia. Perlahan-lahan senyumnya menghilang menyisakan wajah yang tersirat kesedihan. Aku pernah sebahagia itu. Cerita kecilku pun begitu indah. Aku juga pernah merasakan tertawa tanpa beban. Tapi dulu, sebelum aku beranjak dewasa dan mulai belajar arti hidup. Namun, setidaknya aku punya kisah yang bisa ku banggakan dalam hidup ini. "Apa pemandangan di luar sana lebih indah dariku?" Ketika telinganya menangkap suara berat dari ambang pintu langsung saja membuat punggung Angel tersentak kaget. Dia lalu menolehkan pandangan, seketika wajah sendunya bersinar bahagia. Dengan langkah lebar, Angel berjalan ke arah lelaki itu. "Kau sudah pulang?" tanyanya dengan senyum lebar. William bungkam dalam keteterpesonaan yang tidak biasa. Dia bahkan sempat menahan nafas ketika wajah cantik Angel terpampang jelas di hadapannya. Lelaki itu menatap dalam-dalam ekspresi wajah Angel yang begitu memukau dirinya. Gadis ini teramat sangat cantik. Aku bahkan tidak memiliki kata yang bisa untuk menguraikan kecantikannya. Bahkan, diantara jutaan gadis yang pernah ku kenali, tidak satupun yang dapat menandingi kecantikannya. Pantas saja jantung ini selalu tak mengenal malu jika berdekatan dengannya. "Liam?" suara bernada lembut Angel berhasil menyeret perhatian William pada kenyataan. "Huh? Kau... mengatakan sesuatu?" William memasang wajah kebingungan, dirinya hanya membalas pertanyaan Angel dengan pertanyaan. Mendengar itu, Angel tampak mengerutkan kening. "Apa... terjadi sesuatu dengan mu?" "Tidak. Aku baik-baik saja. Aku tidak mendengar pertanyaan mu tadi dikarenakan kecantikan mu yang begitu mempesona ku." ujarnya penuh dengan kejujuran. Wajah Angel terasa panas, seketika wajah putih cantiknya disinggahi semburat merah padam yang begitu kontras dengan kulitnya. "Kau ini, kenapa... kau... bicara.. seperti itu?" sahutnya dengan suara gugup. "Memangnya ada yang salah dengan perkataan ku. Aku begitu tulus dan penuh kejujuran memujamu. Kau memang gadis cantik bahkan teramat sangat cantik, dan aku sebagai seorang lelaki sangat mendamba kecantikan mu." kalimat frontal William lagi-lagi membuat wajah Angel merah padam. "Kau... kau... tidak perlu sebegitu dalam memujaku. Aku tidak... "Apa salah jika aku memuja gadisku sendiri?" William dengan cepat menyela perkataan Angel. "Sesekali pandang dan sadarilah, kau memang cantik." sambungnya lagi. Angel mengangkat wajah kemudian memandang penuh arti ke arah William. "Jika memang kecantikanku yang membuat mu menggila dan akhirnya memintal rasa padaku, lantas bagaimana jika kelak nanti wajah ini tak lagi cantik? Apa kau akan terbang pada sekuntum bunga yang juga memiliki kecantikan seperti yang kumiliki dahulu?" lanjutnya memberi pertanyaan menuntut. Ketika mendengar itu, William membisu. Hatinya menolak tegas gagasan yang baru saja disimpulkan oleh pikiran Angel. Perlahan, kakinya melangkah, memangkas jarak sehingga membuat pandangan mereka bertemu. "Jangan terlalu jauh memikirkan hal kemustahilan Ella. Sebab, aku tidaklah demikian. Aku bukan seperti kumbang yang terbang di sekeliling bunga demi menghisap rasa manis dari nektar para bunga," mata William menajam, jiwanya begitu terusik akan pertanyaan itu,"Jika memang demikian halnya, aku tidak akan pernah berjuang demi mendapatkan sebuah pengakuan darimu," sahutnya lagi. Angel tenggelam dalam kesibukan pikirannya yang juga masih berkelana jauh seperti sedang mencari kepastian. "Aku tidak berbohong saat mengungkapkan cintaku Ella. Kau boleh saja tidak percaya namun, jangan menghina kejujuran ku. Sebab, aku bukanlah lelaki pembual." William menipiskan bibirnya ketika melihat ekspresi perasaan bersalah di wajah Angel. "Maafkan aku. Bukan maksudku untuk menghinamu aku hanya bertanya untuk menguraikan keraguanku." ucap Angel dengan nada lemah. Tanpa menjawab, William menarik Angel kedalam pelukannya. Suasana hatinya kini sudah membaik, tidak lupa dia juga mendaratkan kecupan penuh sayang di puncak kepala Angel. "Terimakasih. Aku sudah bersumpah untuk tidak menyakitimu kelak nanti. Percayalah, aku akan memenuhi sumpah itu." bisiknya penuh janji kepastian. "Aku merindukanmu Ella." bisik William, menyuarakan rindunya dalam dekapan gadis itu. Senyum Angel melebar. "Terimakasih banyak." Dua insan manusia itu sedang meleburkan diri dalam nuansa hangat yang kini memenuhi seisi ruangan. Pelukan William semakin mengerat, tanpa rasa cangung dia menempelkan wajahnya di puncak kepala Angel. "Angel?" "Hmmm?" jawab Angel bergumam, tanpa melepaskan diri dari pelukan William. "Aku sangat merindukanmu hari ini. Bisa kau eratkan tanganmu di pinggangku?" perintah William dengan suara lembut namun terdengar frustasi. Kening Angel berkerut dalam, ingin sekali dia mempertanyakan maksud dari pertanyaan William. Tapi perasaan Angel berbisik pelan seperti ingin memberi tahu padanya untuk menundanya sementara. "Baiklah, aku akan melakukan seperti tak kau minta." Dan benar saja Angel langsung mengeratkan tangannya di pinggang lebar William. Pada saat itulah, William merasakan ketenangan yang teramat sangat. Tanpa memperdulikan posisi mereka saat ini yang sedang berdiri. Ella? Percayalah yang kurasakan ini adalah cinta. Tidak peduli bagaimana pun kau memandangnya namun, tetap saja ku katakan bahwa aku mencintaimu. Dan selamanya akan tetap seperti itu. Rose menutup mulut dengan kedua telapak tangannya. Jantungnya seakan dirampas paksa ketika pihak rumah sakit memberi kabar bahwa putrinya Monica sedang dalam keadaan kritis. Tanpa menunggu lama lagi, Rose langsung saja berlari keluar, dia ingin secepatnya bertemu dengan Monica. Akan ku pastikan siapapun yang berani melakukan semua ini padamu sayang akan ku buat menderita dan merasakan yang sama denganmu. Ibu pasti membalaskan semua ini.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD