Bag 4

1397 Words
"Mam, kalau Bara gak naik mobil ini trus Bara harus naik apa? Naik taksi?" tanya Bara pada Tika yang saat ini menghalangi Bara membuka pintu mobil keluarga mereka. "Mamih kan sudah bilang kamu teh nebeng aja atuh sama eneng Bule! Soalnya kan arah rumah eneng Bule teh ngelewatin perumahan kita A'. Eits...mau apa kamuh!!!" Tika menarik rambut anaknya yang tepat berada di samping telinga sang anak karena Bara hampir saja berhasil membuka pintu mobil mereka. "adu-du-duh!!! Mam!!! Mami doyan banget sih nyiksa Bara!!" Bara mencoba melepaskan tangan Maminya dari rambut yang di tarik sang Mami. "Makanya kamu teh harusnya nurut ajah sama Mamih!! Jangan coba - coba buat buka pintu mobil lagi! Janji henteu???" tanya Tika sambil masih tak melepaskan tangannya dari rambut Bara. "Harus banget apa Ma... Aduuuuhhh!!! Iya-iya Bara janji. Udah Mam gak usah ditarik lagi!! Sakit kepalanya Bara! " Setelah puas mendengar janji sang anak, akhirnya Tika melepaskan tarikan tangannya dari rambut Bara. "kitu atuh A' dari tadi! Jadi kan kamu teh gak bakalan Mamih siksa" Mami Bara lalu mengalihkan pandangannya kearah Hani yang sedari tadi hanya terbengong melihat adegan aneh Ibu dan Anak di depannya ini. "Neng Bule, Mamih titip anak gantengnya Mamih ya Sayang.." Ucap Tika lembut sambil tersenyum kearah sosok menantu impiannya ini. Belum sempat Hani menjawab, suara Bara kembali terdengar. "Mam! Bara bukan barang Mam! Masa pakai bilang titip-titip segala! Bara berasa kresek belanjaan yang dititipin di penitipan barang di Mall deh kalau kayak gini!" sungut Bara sebal pada sang Mami. Apa-apaan Maminya ini!! Seolah-olah Bara seperti anak kecil yang sedang dititipkan ke tempat penitipan anak. Bukankah seharusnya pria yang menjaga wanita? Tika kembali mengalihkan pandangannya kearah sang anak sulung dengan wajah murka sambil kembali mengangkat sebelah tangannya untuk kembali menyiksa sang anak. Namun, karena Bara tahu gerak gerik sang Mami,refleks Bara berlindung di balik punggung sang Papi. Alhasil tangan sang Mami langsung mampir kedada suaminya sendiri. Pllaaakkkk!! "ADUH MAM!! APA SALAH DAN DOSA PAPI ???" tanya sang suami histeris sambil meringis merasakan rasa panas di kulitnya karena pukulan luar biasa sang istri. Sang istri langsung memelototkan matanya tak percaya sambil menutup mulutnya sendiri dengan sebelah tangan. Sementara Bara dan semua yang ada di sana tertawa melihat pertunjukkan yang sangat menghibur itu. "ma-maaf Pih!! Lagian si Papih teh ngapain di depannya si A'a??!!" tanya Sang istri dengan wajah penuh penyesalan sambil mengusap sayang d**a sang suami . "si A'a yang sembunyi di balik Papi, Mam. Bukan Papi yang berdiri di depan A'a. Lagian Mami mukulnya gak kira-kira deh.. Sakit ini dadanya Papi.." rengek sang suami manja yang membuat orang-orang disana menatap tak percaya pada nada manja seorang Ardhito yang sudah menginjak usia hampir 50 tahun itu. "Maaf atuh Pih..Masih sakit? " tanya sang istri yang masih terus mengusap d**a suaminya dengan lembut. "Masih Mam.. Sakit banget.." rengek suaminya sambil meletakkan tangannya di atas tangan sang istri yang berada di dadanya itu. Sementara calon besan mereka-pasangan Adjikusuma senior- hanya mampu tersenyum geli melihat adegan itu. "Ck!! Serial koreanya mulai deh! Dino ikut sama Kak Geri aja ya, takut nanti Mami sama Papi sayang-sayangan di dalem mobil dan Dino takut eneg liatnya. tolong buka pintu mobilnya Kak. Dino nunggu di dalem mobil aja" seru adik bungsu Bara dengan wajah tertekuk kepada calon kakak iparnya itu karena melihat adegan sok romantis kedua orang tuanya. Gerian tertawa kecil karena ucapan Dino sambil mengacak gemas rambut sang calon adik ipar dan selanjutnya membuka kunci mobilnya sendiri agar Dino dapat masuk ke dalam mobil sport berwarna merah yang berada tak jauh dari mereka berdiri. Dino tidak tahu saja, jika Mami dan Papinya tidak bermesraan mana mungkin ada Dia dan kedua saudaranya. "Mam, Pi.. Please jangan drama disini.. Malu sama Bunda dan Ayah.." ringis Kinanti malu sambil melirik calon mertuanya yang masih tersenyum geli melihat adegan sayang-sayangan Orang tua Bara dan Kinanti. Mami dan Papi Bara langsung tersadar atas apa yang baru saja mereka lakukan. Mereka berdua langsung memisahkan diri sambil tersenyum malu kearah calon besan mereka. "Ahahhaha... Pak Ardhito ternyata bisa kekanakan juga ya.. Hahhaha.." Seru Abimanyu Adjikusuma sambil tertawa lepas. Sementara Papi Kinanti hanya menjawab dengan senyum malu sambil mengusap tengkuknya salah tingkah. Setelah beberapa lama suasana canggung terjadi, orang tua calon suami Kina pamit terlebih dahulu karena memiliki urusan lain. "Pi..Bara ikut Papi ya.." rengek Bara yang kali ini membujuk sang Papi sambil menarik lengan Papinya seperti anak kecil yang minta dibelikan balon. "Lepas A'! Kamu gak malu udah mau umur 27th masih gelendotan sama Papi??!!  Lagian Papi dendam sama kamu karena sudah bikin Papi malu di depan Pak Abimanyu!" Papi Bara menyentak tangan sang anak dengan wajah kesal. "Loh?? Kok Papi nyalahin Bara? Itu sih salah istrinya Papi yang.. Eh.. Eh.. Ampun Mam.. Mami gak salah kok!" Bara kembali menghindari sang Mami yang sepertinya tak kenal menyerah untuk menyiksa anak sulungnya itu. Tanpa sadar, Bara berlindung di belakang Hani sambil memegang kedua bahu Hani dengan erat. Hani menegang tanpa tahu harus bereaksi seperti apa karena aroma maskulin Bara seketika membuat jantungnya bertalu kencang. "Kamuh kalau nyalahin Mamih lagi Mamih gak akan bikinin A'a sambal terasi ya!!" ancam sang Mami sambil mendelik garang karena tahu anak sulungnya itu sangat mengidolakan sambal buatannya. "Ayo atuh Pih, kita pulang sekarang. Mamih lupa mau nyebar undangan ke temen-temen arisan Mamih." Tika langsung membuka pintu mobil di samping kemudi dan mendudukkan dirinya disana di susul dengan sang suami yang duduk di kursi kemudi. Sebelum Tika benar-benar menutup pintu mobilnya, Tika kembali menatap Hani sambil tersenyum lembut. " Makasih ya neng, udah mau anterin A'a.." Hani hanya menjawab dengan anggukan singkat karena masih bingung dengan situasi ini. Terlebih lagi, Bara masih bersembunyi di belakangnya. Setelah mendapat anggukan singkat dari Hani, Tika kembali mengarahkan pandangannya kearah sang anak yang masih berlindung di balik tubuh Hani itu. "Pakai kesempatannya teh baik-baik A'!" desis sang Mami ambigu sambil menatap anaknya garang lalu selanjutnya menutup pintu mobil keluarga mereka. Sementara Bara hanya mendengus kesal karena ucapan sang Mami. Bara sangat tahu arti dari ucapan Maminya itu, pasti maksudnya adalah mendekatkan diri pada wanita yang berdiri membelakanginya ini. Tak berapa lama, mobil itu berjalan menjauh dari pandangan. "A'tangan betah banget itu megangin si Hani" ucap jenaka sang calon adik ipar yang masih berdiri di depan mereka dengan senyum konyol khas pria itu. Di samping sang adik ipar, ada adiknya yang juga tersenyum geli sambil mengarahkan pandangannya kearah tangan Bara yang masih bertengger indah di kedua bahu Hani. Bara langsung terkesiap dan langsung saja menyingkirkan tangannya dari bahu Hani lalu mengusap tengkuknya gugup. "Maaf.." cicit Bara kepada Hani yang hanya dibalas Hani senyum maklum. "cieh.. Maaf? Bilang aja sengaja!" "diam ya calon adik ipar durhaka! Sebaiknya lo anter kedua adik gw pulang dengan selamat! Lo jangan ajak keluyuran dulu! LANGSUNG PULANG!" tegas Bara menekankan dua kata terakhir yang dibalas senyum mengejek sang calon adik ipar. "ayo Yang kita pulang.. Kayaknya A'a kamu udah gak sabar berduaan sama Hani" "b******k!!" desis Bara yang hanya dibalas tawa mengesalkan Gerian sambil membukakan pintu mobilnya untuk sang calon istri. Sementara Kina tersenyum menggoda kearah Hani dan mengedipkan sebelah matanya yang dibalas Hani wajah kesal sambil membuang muka kearah lain tanpa melihat lagi tatapan jahil sahabatnya itu. "ingat A', kata calon Mamih mertua 'pakai kesempatannya baik-baik' hahahah.." "pergi lo sekarang!" bentak Bara karena sang calon adik ipar tidak berhenti menggoda nya. "iya.. Iya... Calon kakak ipar yang galak. Ngebet banget mau berduaan.. Opps.." Gerian langsung terburu-buru memasuki mobilnya karena melihat Bara melangkah kearahnya dengan wajah murka. Dengan segera, mobil sang calon adik ipar mulai melaju meninggalkan Bara dan Hani berdua saja di depan parkiran butik Sonya Noszka. " GOOD LUCK A'!!!" teriak Gerian konyol sambil melambaikan sebelah tangannya setelah sebelumnya membuka jendela mobilnya. "Calon ipar sialan!!" ucap Bara frustasi sambil berkacak pinggang dan masih memandangi mobil Gerian yang sudah menghilang dari pandangan. "ehm.. A'mau pulang sekarang?" tiba-tiba Bara menegang mendengar pertanyaan halus wanita yang kini berada di belakangnya. Dengan gugup, Bara membalikkan tubuh dan pandangannya bertemu dengan bola mata biru yang berhasil menyihirnya itu. "mau pulang sekarang?" tanya Hani kembali karena tidak mendapat respon dari Bara yang malah hanya menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan. Dan Hani merasa ingin segera mengantar Bara pulang agar dirinya dapat bernapas dengan normal karena sedari tadi napas dan jantungnya tak bekerja seperti biasa. "ayo kita pulang sekarang.." bisik Bara parau yang semakin membuat Hani megap-megap sendiri. Belum lagi tarikan lembut di jemarinya dan selanjutnya Bara menggenggam tangannya erat sambil melangkah menuju mobil Hani. ****
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD