Misi Baru

1969 Words
Mata Yudit memandang tajam pada Danita yang sudah tidak melihat ke arahnya lagi. Wanita itu sibuk berbicara dengan teman-temannya sekarang. Hingga akhirnya emreka kembali ke kantor lagi pun Yudit memperhatikan Danita tapi tidak dengan wanita itu. Tapi Danita sempat menyadari sewaktu mereka sedang berada basement tempat kendaraan mereka terparkir, Yudit tiba-tiba pergi setelah berbicara di telepon dengan seseorang lalu berbisik pada direktur utama mereka. Kemudian juga Yudit menitipkan ponsel dan dompet kepada Fazran hal yang membuat Danita bingung karena Yudit pergi membawa dirinya saja dan menghilang begitu keluar dari basement. “Pergi ke mana dia?” gumam Danita tanpa sadar. “Hah? Elo ngomong apa?” Riah yang ada di dekat Danita merasa temannya itu berbicara tapi tidak jelas. “Oh enggak, tapi gue cuma liat ada yang lagi gandengan tangan jadi jiwa jomblo gue meronta-ronta.” Kata Danita asal. Riah menganguk-anggukkan kepalanya mengerti. “Makanya cari cowok gih! Kurang belaian kayaknya lama-lama elo.” “Nggak udah ngawur!” Danita menabok lengan temannya itu.   ///   Yudit memberikan uang kepada supir taksi lalu berjalan cepat menuju apartemennya. Dia tadi pagi bernagkat bukan dengan mobilnya sendiri karena Fazran yang menjemputnya. Dan dia tidak mengira akan mendapatkan misi untuk malam ini karena statusnya masih libur dan juga dia harus mendampingi Fazran juga sebagai asisten direktur utama. Kini Yudit kembali dnegan membawa kunci mobil dan segera tancap gas untuk menuju salah satu tempat di mana dia akan mengamati targetnya. Kali ini dia kembali menuju ke hotel tempat dia pernah mengawasi taget beberapa waktu lalu. Itu karena target sebelumnya masih saling berkaitan. Atasannya memperkirakan tugas untuk Yudit baru ada untuk lusa, tapi ternyata agen lainnya sudah menyelesaikan tugasnya lebih cepat sehingga Yudit harus bergerak lagi agar dia akhirnya bisa mengungkapnya. “Posisi?” tanya seseorang ketika Yudit tersambung melalui telepon. “Di TKP.” Jawab Yudit dengan singkat. Kini dia sudah memakai peralatannya dan untuk pertama kalinya setelah sekian lama dia akan membawa senjata api yang dia selipkan di bagian pinggangnya lalu pisau lipat yang tersimpan di saku jas nya. Ponslenya dia masukkan ke dalam tas kerja berbahan kulit berwarna hitam yang diperkirakan sama dengan milik targetnya. Lalu Yudit memeriksa identitasnya di dalam dompet, yang tentu saja identitasnya palsu. Di sana Yudit mempunyai kumis sehingga dia kemudian memasang kumis palsu juga kaca mata yang kemudian semakin menyamarkan penampilannya. Dia harus melakukan ini karena dia akan sangat dekat dengan target dan mungkin akan berinteraksi langsung. “Kamu terlambat. Sekarang percepat menuju lokasi.” Yudit diam mendapat teguran karena dia sedikit terlambat menuju lokasi. Kemudian sambil berjalan masuk ke dalam hotel, dia tetap mendengarkan instruksi. dia juga memesan kamar agar tidak dicurigai tapi sudah dipesankan lebih dahulu oleh agen lain supaya lebih meyakinkan. Yudit sampai di kamar untuk kembali mempersiapkan dirinya.  Dia meninggalkan tas kerjanya karena target merubah jadwal kegiatannya yang seharusnya menuju ke suatu tempat menjadi mampir ke bar yang ada di hotel ini. Sampai di bar, Yudit langsung memesan minuman dengan kadar alkohol paling tinggi dan memilih duduk yang tempatnya mendekati dua orang pria yang sedang berbicara. Mereka saling membelakangi tapi Yudit bisa melihat interaksinya melalui kaca yang ada di hadapanya. Dari sini dia bisa mendengar percakapan mereka yang mulanya biasa saja tapi kemudian merujuk pada kata-kata aneh yang tidak cocok diucapkan dalam percakapan biasa. Jadi Yudit menduga kalau hal itu adalah sebuah kode. Yudit juga memperhatikan sekelilingnya ketika dia mendapatkan pesan di ponselnya yang mengatakan kalau target sedang saling mengkode. Yudit tahu kalau ini adalah pesan dari agen lainnya. Tapi kemudian dia memastikan dulu dengan membalas pesan itu dengan kode yang hanya bisa dimengerti oleh sesama agen. “Kita pergi sekarang.” Telinga Yudit mendengar dengan jelas kalau targetnya sudah selesai berbicara dan akan pergi sekarang. Dan Yudit dengan sigap bangkit juga dari posisi duduknya lalu berjalan dengan cepat sambil memainkan ponselnya, dia melakukan itu karena dia akan menabrak targetnya secara sengaja. BRUK Minuman yang dibawa Yudit juga ikut tumpah ke atas pakaian yang digunakan oleh seornag yang berdiri di sebelah target. “HEH! JALAN ITU LIAT-LIAT!” pria bertubuh tambun yang berdiri di sebelah targetnya membentak Yudit. “Maaf, pak. Maafkan saya. Saya sedang sedikit snuk.” Kata Yudit, dia juga merubah ekspresi wajahnya menjadi sedikit mabuk padahal dia masih sangat sadar keadaannya karena minuman yagn dia bawa tadi hanya dia cecap sedikit agar mulutnya berbau alkohol. Sedangkan dua orang yang ada di depannya ini malah terdiam mendengar apa yang baru saja Yudit katakan. Sebab kata ‘snuk’ yang diucapkan oleh Yudit merupakan salah satu bahasa slank yang kerap digunakan oleh mereka yang ada di kalangan pecandu narkoba. Kata ‘snuk’ berhubungan dengan sakit atau akibat dari narkoba yang artinya pusing, buntu dan halusinasi. Kata ini memang tidak terdengar umum dikalangan masyarakat kebanyakan tidak seperti sakaw atau fly yang lebih pupular. Yudit membenarkan posisi kacamatanya karena dari tadi adia terus bergerak seolah benar-benar dalam keadaan halusinasi. “Sekali lagi saya minta maaf pada bapak-bapak. Atau saya bisa mengganti ruginya.” Yudit meletakkan gelas ke atas meja di dekatnya dengan gerakan kurang stabil yang semakin meyakinkan dua orang di hadapannya ini. Lalu dia kembali berdiri tegak dan mengambil dompet di saku jasnya, membukanya dan mengambil berlembar-lembar uang dengan pecahan 100 ribu. “Ini. Kurang nggak?” kata Yudit lalu tersenyum mengejek. Dua orang di hadapan Yudit antara kesal dan juga merasa tertarik dengan pemberian Yudit. Tapi karena tidak segera mengambil uangnya, Yudit segera saja memberikan uang-uang itu kepada dua orang itu dengan langsung memasukkannya ke dalam sau jas dalam yang tengah dikenakan. “Saya minta maaf, ya.” Yudit tersenyum sambil merapatkan kedua tangannya di depan d**a. Lalu dia pergi sambil memegangi kepalanya meninggalkan kedua orang itu. Di dalam lift, yudit masih tetap berlagak mabuk agar tidak menimbulkan kecurigaan siapa tahu orang-orang itu langsung mencari tahunya. Baru kemudian ketika dia masuk ke dalam kamar, Yudit segera mengambil sebuah ponsel yang dia masukkan ke dalam lengan jasnya. Ponsle milik targetnya. “Tolong kirimkan kode hacknya.” Yudit kembali terhubung dengan atasanya dan meminta izin untuk meng hack ponsel milik targetnya yang dia ambil. Ponsel itu dia curi saat dia memasukkan uang ke dalam saku jas milik si target, tapi sebelumnya dia meletakkan ponsel jenis yang sama ke dalamnya. Ponsel tiruan itu nantinya akan menjadi alat pelacak dan akan emmiliki data yang sama seperti yang ada di dalam ponsel milik si target sendiri setelah Yudit berhasil menghack ponsel si target. Namun di tengah proses menyalin data, tiba-tiba Yudit mendapatkan pesan dari agen lain kalau si target terlihat akan menelepon orang lain tapi bingung karena ponselnnya dalam keadaan mati seperti kehabisan baterai. Yudit tetap tenang tapi juga harus mempercepat pekerjaannya ini. Karena si target pasti akan kembali ke kamarnya untuk mengisi daya ponslenya, maka dalam kurun waktu sekitar beberapa menit lagi Yudit harus selesai menyalin data ponsel di target. “Berapa progresnya?” atasan Yudit bertanya dan terdengar di telinga Yudit melalui mini bluethoot earphone. “67 Persen.” Jawab Yudit. Dia kini berdiri di balik pintu kamarnya, matanya beberapa kali mengintip keadaan di luar kamarnya untuk memastikan si target sudah melewati kamarnya untuk masuk ke kamar target sendiri yang berada di sebelah kamar Yudit memalui lubang kecil. “Tolong dipercepat lagi. Agen yang lain tidak bisa membantumu.” “Dimengerti.” Yudit mengaotak-atik ponselnya untuk semakin mempercepat laju penyalinan data yang masih di angka 80 persen saat seorang seperti baru saja melewati kamarnya. Yudit mencoba terus tenang karena kalau dia sampai panik bisa saja menggagalkan semuanya dan target akan menaruh curiga padanya yang langusng berinteraksi dengan target. “Hah...,” Yudit langsung menghela nafas lega karena proses penyalinan data dari ponsel asli milik si target kepada ponsel tiruan milik Yudit akhirnya selesai tepat sebelum si target kemudian menelepon seseorang. Hal itu terlihat karena ponsel yang dipegang oleh Yudit juga kemudian tampilan layarnya adalah beranda telepon yang terhubung pada nomer tanpa nama. Yudit segera menyalakan perekam dan memfoto nomor itu karena takutnya akan dihapus oleh si target dari daftar history telepon. “Kita udah beres tadi.” “Oke, bos. Kita akan ke TKP sekarang.” Hanya percakapan singkat yang terdengar oleh Yudit dan tidak ada informasi lain kemana target akan pergi tapi sudah memasang pelacak pada ponsel tiruan. “Target akan segera pergi. Saya akan mengikuti.” Kata Yudit memberi keputusan tapi ditolak oleh atasannya. “Tidak. Kamu akan mengikuti mereka setelah 15 menit pergi. Saya sudah menempatkan beberapa orang yang tidak mencurigakan untuk mengikuti. Kamu hanya terus menginfokan lokasinya dan perkembangannya.” “Dimengerti.” Yudit tidak protes karena pekerjaannya ini memang harus mengikuti isntruksi yangg ada dan tidak boleh sembarangan. Yudit membuka laptop yang dia bawa dari mobilnnya tadi dan segera memasuki dunianya sendiri untuk melihat pelacak yang dia pasang posisinya sudah ada di mana. “Target masih di sekitaran hotel.” Kata Yudit. “Baik, pengintai sudah pada posisi.” Yudit terus berkoordinasi dengen atasannya dan seorang agen yang berkirim pesan dengannya. Dirinya menduga ada seseorang yang menyamar sebagai pihak keamanan atau bagian kebersihan karena profesi itu yang laing bisa mengintai target tanpa dicurigai. TOK TOK Yudit terkejut ketika mendengar pintu kamar hotel tempat dia menginap diketuk. Dan ketika Yudit sengaja untuk mengabaikannya sebentar, ketukan itu terdengar lagi. Yudit pun merasa harus waspada, dia menyembunyikan laptopnya dan barang-barang lainnya baru kemudian pergi untuk membuka pintu. “Ada apa?” Yudit kembali memasang wajah mabuk ketika membuka pintu dan melihat seorang pelayan yang membawa troli makanan berdiri di depan pintu. Yudit berpikir sejenak, dia tidak memesan makanan. “Gue nggak pesen makanan.” Yudit segera menolak. Tapi si pelayan kemudian membujuk yudit dan menunjukkan kartu tanda pengenal yang sangat familiar bagi Yudit. Tapi dirinya tidak langsung memberikan akses masuk pada pelayan ini meski si pelayan sudah menunjukkan identitasnya yang ganda. “Agen lain menghampiri saya, Kenanga. Benar?” Yudit menelepon atasannya lebih dulu untuk memastikan. “Benar. Kamu akan bekerja sama dengannya.” Kata atasannya mengkonfirmasi. Yudit memberi kode pelayan itu untuk masuk sambil membawa troli yang digunakan untuk penyamaran. “Saya Kenanga.” Kata seorang perempuan yang memiliki nama samaran Kenanga. Yudit tidak menghiraukan perkenalan itu, dia hanya mengangguk dan segera kembali bekerja setela mengunci pintu. Sedangkan perempuan dengan tubuh langsing dan berwajah cantik ini sedikit terkejut dengan perangai agen yang dia ketahui bernama Alaska. Agen yang lebih banyak bekerja sendiri dan selalu berurusan dengan kasus-kasus yang melibatkan orang-orang kaya dan terkemuka di mata publik. Kenanga juga tidak bisa menampik kalau dia terpesona dengan wajah rupawan agen Alaska ini. “Kamu perhatikan ponsel target. Saya akan memonitori posisi target.” Ujar Yudit memberikan titah. “Dimengerti.” Sahut Kenanga. Kemudian keadaan menjadi hening karena keduanya sedang mengintai target dari balik layar dengan sangat fokus. Yudit menyadari agen yang ada di sebelahnya ini ada di bar tempat dia sedang minum dan bertemu dengan target. Selama beberapa tahun, Yudit baru bertemu dengan sesama agen karena memang identitasnya sangat rahasia bahkan untuk wajah juga. Banyak agen yang menyamar menjadi seorang yang tidak akan pernah ditebak oleh masyarakat seperti orang gila, driver ojek online, tukang bakso, tukang parkir tergantung pada kasus apa yang sedang dipecahkan dan di mana posisi targetnya. Dia bahkan pernah menyamar sebagai mahasiswa serta wartawan tapi kebanyakan dia akan menyamar sebagai pebisnis. “Target sudah diikuti, sekarang kamu dan Kenanga bisa menyusul.” “Dimengerti.” Yudit dan kenanga menjawab bersamaan. Dan ketika Yudit sedang membereskan barang-barangnya untuk dimasukkan ke dalam tas, dia tidak mengira kalau agen Kenanga sedang membuka seragam pelayannya yang berupa kemeja hitam dan kini menyisakan tank top warna merah menyala. Yudit mengalihakan padanngannya tapi penasaran dengan apa yang selanjutnya Kenanga lakukan. Ternyata Kenanga menyimpan pakaian di dalam troli makanan. Pakaian itu berupa blazer warna hitam, tas selempang kecil yang muat untuk dompet dan ponsel juga high heels warna sewarna dengan tanktopnya. Belum selesai rambut yang tadinya terikat juga di gerai, lalu kenanga menambahkan polesan di bibirnya yang tadinya berwarna nude menjadi merah menyala dan kelihatan glossy. “Ayo kita berangkat.” Kenanga menggandeng lengan Yudit saat mereka keluar dari kamar hotel. Penampilan Kenanga yang kelihatan sangat sensual ini tentu saja untuk penyamaran seperti apa yang Yudit lakukan. Sedangkan Kenanga yang baru berpenampilan seperti ini merasa cukup gugup, dia berpegangan erat dengan lengan Yudit tapi ternyata pria yang berdiri di sebelahnya ini cukup peka. Yudit melingkarkan tangannya pada pinggang Kenanga supaya penyamaran semakin meyakinkan.   /// Instagram: Gorjesso Purwokerto, 11 September 2020 Tertanda, . Orang yang pengen update siang-siang. Note: Untuk penggunakan kata Snuk, aku ambil dari referensi yang memang mengacu tentang halusinasi. Aku nggak tahu kalau misal hal itu udah familiar atau belum cuma untuk aku sendiri baru tahu hari ini hehehe. Terus kenapa aku pakai lokasi di hotel, karena memang menurut artikel yang aku baca mengatakan kalau Hotel itu tempat favorit buat transaksi narkoba.  Dan untuk beberapa adegan nantinya juga akan banyak fiksinya seperti alat penyalin data ponsel dan sebagainya hehehe. Semoga kalian sukaa... . .
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD