Motor matic Neona memasuki halaman rumahnya yg luas dan sejuk. Rumah itu dibeli Ayahnya sewaktu masih bertugas di Sidoarjo, dan dibiarkan kosong karena Ayahnya dipindahtugaskan ke Yogyakarta. Karena Neona melanjutkan studinya di Sidoarjo, dan rumah yang dibeli Ayahnya juga tidak terlalu jauh dengan kampusnya, akhirnya dia memutuskan untuk tinggal dirumah itu. Hanya ada Neona dan Bi Atun yang tinggal dirumah berlantai dua seluas 10x20
"Eh mbak Nana baru pulang?" Kata Bi Atun keluar dari dapur
"Iya bi"
"Kalau begitu saya siapkan makan malam dulu ya mbak" kata Bi Atun
"Okey, Bi. Makasih yaa" kata Neona sambil berjalan menaiki tangga rumah.
Kamar Neona- atau yang biasa dipanggil Nana ada dilantai dua. kamar yang bernuansa biru, membuat gorden warna kuning cerah bercorak bunga terlihat mencolok. Ada jendela yang sengaja dibuat besar sehingga sinar matahari membuat kamarnya menjadi hangat dan terang. Didepan jendela ada sofa dengan warna biru tua, dan beberapa bantal sofa warna warni. Biasanya jika Neona sedang bersantai, dia akan duduk disana sambil bermain laptop. Dari jendela itu, Neona bisa melihat halaman rumahnya yang hijau, dan jalan raya.
Neona menaruh tasnya digantungan tas, kemudian meraih handuk, dan masuk kekamar mandi dilantai dua. Tidak lama dia sudah keluar dari kamar mandi. Jam menunjukan pukul 17.00, ditutupnya jendela kamar dan membiarkan gordennya terbuka Setelah berganti baju dan mengeringkan rambutnya, Neona turun kebawah. Didekatinya Bi Atun yang masih meyiapkan makan malam seraya mengambil tempe goreng kesukaannya.
"Ow ya mbak, tadi siang ada paket. Bibi taruh dimeja tivi ya"
"Paket? Dari siapa bi?" Tanya Neona
"Hmm, kalau gak salah namanya Hanan, mbak"
Buru-buru Neona mengambil paket itu. "Hanan? Gimana dia bisa tau alamat rumah ini?" Batin Neona
Dibukanya paket itu, didalamnya ada beberapa foto laki laki berkulit putih dan berambut hitam sedang memeluk bahu Neona yang tertawa lebar sambil memegang bunga. Disamping foto ada kotak berselimut beludru berwarna safir, saat dibuka ada cincin emas putih dengan berlian kecil didalamnya. Tidak hanya itu, dibawah kotak perhiasan ada surat yang bertuliskan "Maafkan aku, Neona. Aku tidak tahu harus bagaimana menghubungimu oleh karena itu aku memaksa Anna untuk memberitahu alamat rumahmu yang di Sidoarjo. Aku benar benar minta maaf, aku salah, aku tau itu. Tidak seharusnya aku selingkuh hanya dengan alasan selingan. semua ini hanya salah paham. Maafkan aku"
Neona menghela nafas, "Sudah susah payah aku pergi ke Sidoarjo, tapi tetap saja dia tahu" batin Neona.
Ditaruhnya paket itu didepan tivi, kemudian dia pergi kedapur untuk makan malam. "Sudahlah, semua sudah selesai. Aku tidak akan terpengaruh dan percaya lagi dengan kata katanya"
---------------------♡♡♡-----------------------
Neona sedang bermain laptop didepan jendela kamarnya saat handphonenya berbunyi. Nama "Ibu"muncul disana
"Assalammuallaikum" salam Neona
"Walaikumsalam. Nana, hari ini tidak kekampus?" Tanyq ibunya
"Nanti siang jam 2 buk aku kekampus" jawab Neona
"Begini, Na. Besok hari Sabtu, ibu, Ayah dan Vio mau ke Sidoarjo. Ayah ada perlu disana dan mungkin kami akan tinggal selama 1 minggu disana" kata ibu
"Naik kereta atau Ayah nyetir mobil sendiri, buk?"
"Ayah bawa mobil sendiri, Na. Tapi, Ayah minta tolong orang untuk jadi sopir selama disana. Namanya Bagas, dia 4 tahun lebih tua dari kamu kayanya" jelas ibuk
"Oh, ya udah buk kalau gitu gak Nana jemput yak. Nana tunggu dirumah saja ya" kata Nana
Setelah telfon ditutup oleh ibunya,diliriknya jam dihandphonenya. Jam 12 siang. Neona langsung membereskan laptopnya dan memasukan kedalam tas serta beberapa buku yang akan dia bawa kekampus.
Jam setengah 2 siang, masih ada beberapa mahasiswa yang terlihat disekitar kampus. Yang hanya sekedar mengobrol, membuat tugas, ikut kegiatan kampus atau menunggu kelas selanjutnya. Neona adalah mahasiswi tahun ke dua fakultas Seni dan Desain jurusan Desain Interior. Awalnya dia berencana untuk kuliah di Yogyakarta bersama Hanan, tapi karrna sekarang hubungan mereka sudah berakhir, Neona memutuskan untuk membuang semua itu.
“Nanaaa..” teriak Aurel teman satu fakultasnya. Aurel, cewek manis yang punya sampingan jadi beauty blogger karena sering membuat video tutorial makeup dan juga jalan jalan. Orang tua Aurel adalah seorang pengusaha sukses di Surabaya dan Aurel adalah anak semata wayang mereka. Jadi, tidak heran jika Aurel penampilan Aurel penuh dengan barang barang branded
“Tumben kamu udah sampai kampus? Biasanya barengan sama dosen.” Tanya Neona.
“Iya, gara gara Gilang ada BEM dan mobilnya mogok. Makanya aku disuruh jemput dia tadi” jawab Aurel. Gilang adalah pacar Aurel, mereka sudah berpacaran sejak awal masuk kuliah. Saat itu Aurel yang Maba, bertemu dengan Gilang yang ikut jadi panitia ospek dan langsung jatuh cinta dan langsung nembak Gilang. Ya siapa juga yang bisa nolak Aurel. Cewek yang langsung populer saat ospek. Tapi, melihat mereka awet hingga dua tahun, sepertinya Gilang juga suka dan memperlakukan Aurel dengan baik.
Jam menunjukan pukul 17.00. Neona memasukan semua buku dan laptopnya bersiap untuk pulang. Besok Ibuk, Ayah dan Viona datang jadi dia harus belanja bahan makanan.
Neona sampai di sebuah supermarket besar di Sidoarjo. Karena tempat tinggalnya dekat dengan kawasan bandara Juanda, dan masuk kawasan tempat pelatihan tentara, ada banyak pengunjung di supermarket itu. Memasukan bebarapa box s**u, minuman kaleng dan botol, sayuran dan buah buahan dia masukan ke trolinya. Tidak lupa camilan, cokelat, keju dan roti tawar serta selai. “aah, jangan lupakan es krim” batin Neona seraya mengambil 3 box dan beberapa bungkus es krim. Setelah dirasa sudah semua, didorongnya troli belanjaan yang penuh itu ke arah kasir. Belanjaan yang sudah selesai dicheck dan dimasukan ke plastik dia kumpulkan di trolinya supaya lebih mudah dibawa ke mobilnya.
Pukul 20.00, Neona sampai dirumah. Dilihatnya Bi Atun menghampirinya untuk membantu Neona membawa belanjaan.
“Belanjaannya banyak mbak. Ibuk sampai sini kapan mbak?” tanya Bi Atun
“Mungkin Sabtu sore, Bi” jawab Neona
“Mbak Nana sudah makan?, kalau belum Bibi siapkan mbak”
“Aku tadi udah makan sama Aurel, bi. Mau langsung mandi terus tidur saja ya bi. Capek sekali” jawab Neona
“Monggo mbak, kalau begitu saya beresi belanjaan dulu nggeh” kata Bi Atun dengan logat jawanya
Neona naik kelantai dua. Menaruh tasnya di gantungan tas, dan menyambar handuknya lalu menyalakan kran air panas dan air dingin dibathup. Neona memutuskan untuk berendam agar pegal pegalnya hilang.
Hampir setengah jam Neona berendam, setelah dirasa cukup, dia raih handuk dan dililitkannya ketubuhnya. Ada 4 kamar dilantai atas. Diujung ruangan kamar paling besar dipakai oleh orang tuanya, sementara kamar Neona berhadap hadapan. Kamar mandi lantai dua lebih besar digunakan untuk keluarga berada disamping kamar Neona.
Menggunakan kamisol model terusan berbahan satin, yang membentuk tubuh sitalnya dengan renda tembus pandang bagian d**a membuat bagian p******a atasnya sedikit terlihat. Neona memang cantik , rambutnya bergelombang tebal dicat warna cokelat, tubuhnya yang memiliki tinggi 160 dan langsing namun padat dibagian tertentu. Bisa dibilang, dia dan Aurel adalah primadona dikampusnya.
Neona berjalan ke meja riasnya. Diraihnya botol botol skincare yang rutin dia gunakan. Tapi, ada paket dari Hanan disana. “Sial, harus aku apakan paket ini?” dengus Neona. Kesal karena paket itu, dicampakan begitu saja benda tersebut dikolong tempat tidurnya.
Karena belum merasa ngantuk, diambilnya jus kemasan dikulkas kecil yang sengaja dia taruh dikamarnya. Kulkas itu dulu milik temannya. Karena temannya butuh uang, dijualah kulkas itu ke Neona. Karena didapur sudah ada kulkas, ditaruhlah kulkas itu dikamar Neona.
Neona membuka laptop dan mengecek beberapa email serta sosmednya. Ketika Neona sudah merasa ngantuk, ditutupnya laptop kemudian dia pergi tidur.
---------‐-------------------♡♡♡---------------------------
Paginya, cahaya matahari yang lembut masuk kekamarnya membangunkan Neona. Jam kecil dimeja samping tempat tidur yang dia atur agar berbunyi pukul 07.00 saja belum sempat berbunyi. Neona sengaja ingin bangun lebih siang daripada biasanya karena hari itu dia libur kuliah, namun semesta sepertinya berkata lain sehingga dia memutuskan untuk jogging. Ada tempat yang biasa digunakan untuk jogging didekat tempat markas tentara yang dibuka untuk umum. Biasanya disana banyak yang jogging, senam, dan tempat tentara tentara berkumpul setelah selesai lari. Ada juga anak anak kecil yang bergerombol dan melakukan balapan sepeda.
Karena lokasinya tidak jauh dari rumah, Neona memutuskan untuk jalan kaki. “itung itung sambil pemanasan” kata Neona kepada bi Atun.
Sesampai disana, sudah ramai orang orang. Ada beberapa anak perempuan sedang berjoget t****k, dan tentara tentara yang aedang berkumpul mendengarkan pemimpinnya. Neona yang datang sendiri, mengenakan baju kaus warna biru gelap, legging dan topi hitam. Telinganya dia pasangi earphone bluethoot sementara dilengannya melingkar arm band holder untuk menyimpan handphonenya. Karena sudah lama tidak olahraga, belum apa apa Neona sudah kelelahan. Dicarinya tempat yang rindang dan sepi. Udara pagi terasa sejuk karena angin yang berhembus membuat daun daun bergoyang. Neona menenggak air putih yang dia bawa dari rumah, sambil melihat handphonenya.
“Hai”
Suara itu membuat Neona mengalihkan pandangannya dari layar handphone. Dua orang laki laki berambut cepak, berbadan tegap dan memakai baju kaus yang sama warna merah ada didepannya.
“Boleh kenalan gak? Kamu baru pertama kali kesini ya?” Tanya salah satu laki laki yang lebih tinggi daripada satunya.
“aku Wisnu, dan yang disebelahku ini Danu” katanya lagi sambil mengulurkan tangan
“Neona” jawabku sambil membalas jabatan tangannya
“Neona? Namamu unik” jawab Wisnu
“Ya, banyak yang bilang begitu” sahut Neona
“Jadi, kamu baru saja pindah disekitar sini atau memang jarang kesini?” tanya Danu
“Eum, sudah dua tahun aku tinggal disini. Hanya saja memang baru sekali ini aku kemari” jawan Neona
“Neona masih sekolah atau kerja?”
“Aku masih kuliah kok” jawab Neona.
“Nanaa? Kau Nana? Kau anaknya Pak Nugroho kan?” Seru seorang laki laki yang mendekat ke arah Neona
“Pak Alvin? Ya Pak, saya Nana. Apa kabar Pak Alvin?” sapa Neona seraya mengulurkan tangan kepada Pak Alvin yang merupakan teman Ayahnya
“Kabarku baik. Kudengar nanti malam Ayahmu mau kesini. Aku disuruhnya datang kerumahmu besok” kata Pak Alvin
“Iya pak, sekarang Ayah sedang dalam perjalanan”
“Pak Alvin kenal?” tanya Danu
“Jelaslah aku kenal dia. Dia ini anak atasanku, dari Nana masih kecil aku sudah kenal dia. Dulu sering kali ku gendong Nana ini. Sekarang sudah besar pula dia. He, kau. Jangan berani berani kau ganggu dia. Kalau tidak kusuruh kau lari lagi sampai kakimu pegal” kata Pak Alvin
Karena sekarang ada banyak yang memperhatikan Neona, dia memutuskan untuk pamit pulang
“Kalau begitu saya pamit pulang dulu, pak. Monggo datang saja kerumah. Setahu saya Ayah akan ada di Sidoarjo selama 1 minggu”
“Ya, sepertinya ada urusan penting. Tapi tak tau lagi aku apa itu. Baiklah, besok saja aku pergi kerumahmu. Hati hati kau dijalan” kata Pak Ivan
Neona pergi sambil menganggukan kepalanya kearah Wisnu dan Danu.
“Aah, Pak saya belum minta nomor hapenya” seru Danu
“he kau, tak dengarkah tadi aku bilang apa. Ku suruh kau nanti lari lagi. Kau putari itu lingkaran sampai kau pusing. Sudah, kembali kalian semua kemarkas” seru Pak Alvin
Saat semuanya sedang berlari, Pak Alvin menghampiri Wisnu.
“Wisnu, sebentar. Besok kau bisa ikut aku sebentar?”
“Kerumah Neona, pak?” tanya Wisnu menebak
“Neona? Aah, aku lupa kalau anak itu namanya Neona karena orang orang panggil dia Nana. Ya kerumah Neona. Bapaknya nyuruh aku bawa satu anak buahku yamg bisa aku percaya. Kayaknya mau dijodohkan sama Nana itu. Aku tak tau gimana cerita jelasnya, tapi yang jelas Nana itu pindah kesini karena pacarnya itu bikin bunting anak orang. Nah, bapaknya itu takut si Nana gag mau pacaran lagi atoau ketemu cowok gag bener lagi. Yah, pokoknya begitulah ceritanya. Besok saja kau juga bakal tau” kata Pak Alvin
“Siap, ndan. Besok saya akan ikut” jawab Wisnu
---------------------------♡♡♡-----------------------------
Siang pukul 12.30 sebuah mobil fortuner masuk kehalaman rumah. Neona dan Bi Atun sudah keluar menyambut mereka. Viona yang keluar lebih dulu sudah menghambur keluar mobil untuk memeluk Neona
“Neooooooo, aku kangen sekali.” Teriak Viona
Viona adalah adik satu2nya Neona. Umur Viona sendiri 10 tahun sementara umur Neona sekarang 23 tahun. Terpaut jauh memang, tapi bukan berarti karena perbedaan umur mereka menjadi tidak akrab. Bahkan hanya Viona saja yang memanggilnya Neo dan mwmberitahu semua orang bahwa hanya dia yang boleh memanggil begitu.
“Gimana kuliahmu? Aman?” kata Ayah
“Ya sejauh ini nilai Nana masih aman, Yah” jawab Neona sambil mencium tangan Ayahnya
Ibunya yang dibelakang Ayah memeluk Neona karena rindu sekali. Maklum, sudah 2 tahun Neona tidak mau pulang ke Yogyakarta. Dan semua anggota keluarganya tahu apa alasannya
“Ibuk kangen kamu nduk, kok kamu kurusan. Makanmu gak teratur yo?” tanya ibuk dengan nada khawatir
“Nana gak papa buk. Kegiatan kampus bikin Nana bener bener sibuk.” Jawab Neona sambil menenangkan ibuknya
“Ow ya Na, ini Bagas. Anak buah bapak yang dimintai tolong buat antar Ayah. Nak Bagas, ini Nana, anak pertama ibuk” kata ibuk
“Bagas” kata Bagas sambil mengulurkan tangan
“Nana” balas Neona sambil menjabat tamgam Bagas
“Ya sudah ayo masuk saja. Nak Bagas, barang barang dibawa ke dapur ya. Bi Atun, tolong Bagas dibantu ya” kata Ibuk
Neona melirik kearah laki laki bernama Bagas. Mungkin umurnya 26 atau 27. Yang pasti lebih tua dari pada Neona. Badannya tinggi, kulitnya sawo matang, dengan otot lengan yang sepertinya dilatih.
Karena sudah memasuki jam makan siang, mereka semua berkumpul dimeja makan. Dimeja makan sudah terhidang opor ayam, rendang daging dan juga acar timun. Bi Atun memang pandai memasak. Itu sebabnya, Ibuk menyuruh Bi Atun menemani Neona agar ada yang menjamin makanannya.
“Ah, besok pagi ada teman Ayah yang mau datang kesini. Nana besok libur kan?” tanya Ayah setelah selesai makan. Kali ini mereka berkumpul dihalaman belakang rumah. Ada kolam ikan koi dan juga pohon mangga yang pohonnya sedang berbunga sementqra tanahnya tidak terlihat karena tertutup rumput jepang.
“Pak Alvin ya Yah? Tadi pagi sewaktu jogging aiu bertemu belia sedang lari dengan anak buahnya. Beliau bilang kalau Ayah mengundangnya kerumah” kata Neona
“Ya, Pak Alvin. Kamu masih ingat? Dulu dia sering kesini dan menggendongmu waktu kecil” kenang Ayah
“Tentu saja ingat. Setiap kesini selalu bawa jeruk kesukaan Nana” kata Neona
Obrolan2 pun mengalir dengan seru. Sesekali terdengar gelak tawa Ayah yang berat dan suara ibuk yang menimpali hingga tak terasa mendung menyelimuti langit yang awalny cerah. Karena semua merasa lelah setelah perjalanan jauh, mereka memutuskan untuk masuk dan istirahat. Bagas diajak kekamar tamu yang terletak dilantai 1 dekat dapur.
“Neooo, malam ini aku boleh tidur dengan mu? Aku rinduuu sekalii” kata Viona.
“Apa kamu masih mengompol? Kalau iya kamu tidak boleh tidur disini” goda Neona
“Tidaaaak, siapa yang masih mengompol diumur 10tahun. Ayolaah Neoo, aku janji akan bangun kalau aku harus kekamar mandi” rayu Viona
“Baiklah.. baiklah.. kamu boleh tidur denganku” kata Neona sambil tersenyum
“Horeeeeee” sorak Viona
Kedua kakak beradik itu saling melepas rindu. Bercerita, memainkan permainan apapun. Hingga akhirnya Viona tertidur karena kelelahan. Neona bangun dari tempat tidur. Dia merasa haus. Dibukanya kulkas dikamar, namun stok air minumnya habis. Setelah memastikan Viona tertidur pulas, dia turun kebawah untuk mengambil minum.
Saat melewati kamar tamu, terlihat pintunya tidak ditutup dan ada Bagas yang masih belum tidur.
“Tok..tok”
Bagas melihat kearah pintu. Neona sedang berdiri disana
“Belum tidur mas?” tanya Neona
“Belum dek, masih sore. Dek Nana kenapa belum tidur juga? ” tanya Bagas
“Haus mas, ya sudah saya ambil minum dulu” kata Neona
“Tunggu dek, saya juga haus” kata Bagas
Bagas berdiri, mengikuti Neona kedapur.
“Gak disiapin minum sama Bi Atun?” tanya Neona
“Sudah dik, satu botol tapi sudah habis” jawab Bagas
Bagas mengulurkan botol kosong ke Neona, dan Neona mengisinya
“Jangan bilang mas Bagas gag tidur karena haus terus nungguin ada orang yang turun?” tebak Neona
Bagas hanya menunduk malu yang secara tidak langsumg membenarkan tebakan Neona
“ya ampun mas, kalau perlu apa apa ambil aja sendiri gak papa kok. Gag usah sungkan gitu” kata Neona sambil mengulurkan botol minum yang sudah penuh ke arah Bagas
“Hehehe, gak biasa dek. Lagian ini rumah atasan saya. Lancang saya kalau ambil sendiri. Nanti kalau ada barang yang hilang gimana?” kata Bagas
“Ya sudah, mas Bagas butuh apalagi? Biar sekalian Nana ambilkan” kata Neona
“Sudah dek, ini saja. Terimakasih ya” kata Bagas
“Oke mas, kalau gitu aku naik dulu ya” kata Neona sambil meraih botol minumnya sendiri
“Monggo, selamat tidur Dek Nana” kata Bagas
“Selamat tidur Mas Bagas” balas Neona
---------------------------♡♡♡-----------------------------
Esoknya Neona bangun pagi karena ibuk sudah mengetuk pintunya.
“Nduk, bangun ya” kata ibuk dibalik pintu
“iya buk” sahut Neona
Tidak lama pintu terbuka dan masuklah ibuk kekamarnya
“bangun ya, kamu siap siap. Temen Ayah mau dateng” kata ibuk
Neona menurut. Dirumah itu sudah menjadi kebiasaan jika ada tamu semua keluarga harus menemui walaupun hanya sebentar.
Setelah mandi, mengeringkan rambut, memilih baju, dan memakai lipstik tipis agar tidak terlihat pucat, Neona keluar untuk turun. Dari arah dapur sudah harum bau makanan. Ibuk menyiapkan makanan dengan dibantu Bi Atun, sementara Ayah ada diluar membaca koran, Viona bermain ayunan kayu yang digantung dipohon mangga ditaman belakang ditemani Bagas yang sibuk mengayun Viona dari belakang.
“Nana bantu apa Buk?” tanya Neona
“Tidak usah nak, sudah hampir selesai kok” kata Ibuk
Karena tidak ada yang bisa Neona bantu, akhirnya Neona memutuskan untuk ikut bergabung dengan Viona dan Bagas. Melihat Neona dari jauh, Viona melambaikan tangan.
“hei” sapa Neona sambil duduk diayunan satunya disebelah Viona
“Neo, mas Bagas pinter main ayunan lho. Dia bisa ngayun sampai tinggi sekali. Keren” cerita Viona
“Ow ya, tapi kamu jangan coba coba ya minta diayun begitu. Nanti kamu jatuh” kata Neona
“Okeeey” jawab Viona sedih karena merasa sudah ketahuan
Neona terdiam. Menatap langit yang terlihat dari sela sela dahan pohon mangga, dan merasakan angin yang berhembus membelai wajahnya. Sambil mengayun pelan, Neona melamun. Entah karena angin yang membuatnya terlena , atau memang dia sedang banyak pikiran, hingga dia tidak sadar kalau Bagas sudah duduk diayunan sebelahnya
“Kalau ngelamun dibawah pohon bisa kemasukan lho” tegur Bagas
Neona menoleh. Tersenyum menanggapi candaan Bagas.
“Lagi banyak pikiran?” tanya Bagas
“Biasa mas, tugas kampus banyak. Habis ini KKN, trus mikir skripsi” jawab Neona
“Dijalani pelan pelan dek. Jangan terlalu dipikir nanti kamunya stress trus malah gag ada yang selesai” kata mas Bagas
Neona hanya tersenyum. Apa yamg dikatakan Bagas memang betul, tapi ketika dia harus menghadapi kenyataannya, semua kata kata positif itu hanya terdengar seperti penghiburan.
“Naaa, Bagas.. Masuk.. tamunya sudah datang” seru ibuk
Nana dan Bagas masuk kedalam rumah, sementara Viona sudah berlari lebih dulu masuk. Diruang tamu sudah ada Pak Alvin dan Wisnu yang sedang ngobrol dengan Ayah.
"Na, kamu masih ingat Pak Alvin kan? Teman Ayah yang dulu suka gendong kamu?" kata Ayah
"Nana masih inget kok Yah" jawan Nana seraya menjabat tangan Pak Alvin
"Sudah besar kamu sekarang, Na.Kamu masih suka donat? Dulu kalau aku datang, kau selalu minta dibelikan donat. Sekarang sudah jadi gadis cantik. Harus hati2 bapak kau ini nanti" canda Pak Alvin
"Oh iya, kenalin ini anak buah bapak. Namany Wisnu. Dia Kapten digrupnya. Siapa tau nanti kalian cocok" terang Pak Alvin
"Wisnu" sapa Wisnu seraya mengulurkan tangan
"Nana" jawab Nana singkat
"ah, jadi ini maksud Ayah ngundang Pak Alvin." batin Nana sambil membalas jabat tangan Wisnu
"Nah kalau yang sebelah Nana ini namanya Bagas. Dia yang saya percaya buat antar saya kesini. Dia juga Kapten. Bagas, kenalin Beliau ini Pak Alvin. Dulu satu angkatan sama saya"
"Siap Ndan. Nama saya Bagas Perwira Dirgantara" jawan Bagas sambil mengulurkan tangan ke arah Pak Alvin dan Wisnu
lalu setelah perkenalan singkat mereka duduk dan saling mengobrol tentang pekerjaan mereka. Nana memutuskan untuk masuk kedapur melihat apakah ada yang bisa dia bantu.
"Gimana, Na?" tanya Ibu
"Apanya bu?" tanya Nana balik pura pura tidak mengerti dengan maksud pertanyaan ibunya
"Aduuuuuh, antara Bagas sama Wisnu kamu pilih yang mana?" tanya ibu lagi dengan tidak sabar
"Waaaah iyaa, mbak. Mbak Nana pilih yang mana? Kalau Bibi kayakny mending Mas Bagas deh mbak. Dia Ganteng, tinggi, gagah, kulitnya bersih. Belum lagi kemarin waktu bantuin Bibi angkat barang-barang. Wuiiiiih, ototnya mbaaak. Terus sopan lagi dia" kata Bi Atun bersemangat
"Tapi Wisnu juga gak kalah ganteng. ya cuma lebih tinggi Bagas sih. Jadi, kamu pilih yang mana Na?" tanya ibu lagi
"Ooww jadi ini Ayah sama Ibu sekarang lagi nyariin jodoh buat Nana?" tanya Nana
"Bukan jodoh, cuma kasih kamu refrensi biar kamu gag kepikiran sama mantan kamu lagi, nak. Tapi, kalau kamu cocok, ya bisakan diseriusin" terang ibu
"ibu, Nana udah gag inget lagi sama cowo kayak Hanan. Emang awal kesini karena mau lupain dia, dan itu berhasil. Nana beneran sibuk sama kampus dan belum minat buat pacaran" kata Nana panjang lebar
"Tapi, Na. Ini cumq supaya kamu gak terus2an inget dia. Ayolah, sekali ini saja ijinkan Ayah sama Ibu carikan buat kamu. Lagipula, kamu juga tau sendiri Ayahmu dari dulu pengen kamu dapat jodoh tentara. Kalau dua orang itu tidak berhasil dapat hatimu, ya tidak apa-apa. Kalau nanti kamu sudha punya pilihan sendiri, kami akan menghargai pilihan Nana" kata ibu
"baiklah, bu. Janji ya, apapun itu, tetap Nana yamg berhak memilih" kata Nana
Ibunya tersenyum. Meraih anak gadis pertamanya yang sudah tumbuh dewasa kedalam pelukannya. Dibelai rambut Nana dengan kasih sayang "Ya, Nak. Semua pilihan ada ditanganmu karena ini adalah hidupmu sendiri. Terimakasih, ya" ucap ibu lirih
Nana tersenyum. membalas pelukan ibunya. Namun, kemudian ibunya melepas pelukannya "Ada apa, Nak Bagas?"
Nana berbalik, dilihatnya Bagas berdiri tepat dibelakangnya
"Maaf mengganggu, bu. Bapak menyuruh saya untuk memeriksa apakah makan siang sudah siap?" tanya Bagas
"Ah iya, tolong bilang sama Bapak, makan siangnya 5 menit lagi siap" jawab ibu
"Baik, bu. Akan saya sampaikan" kata Bagas sambil kembali keruang tamu
"Na, bantuin siapin makanan ya" pinta ibu
"Siap, bu" jawab Nana sambil memberi hormat kepada ibunya. Ibunya hanya bisa tertawa kemudian masuk kedapur
‐-‐--------------------------------♡♡♡-----------------------
Makan siang hari itu berjalan lancar. Masakan Ibu dan Bi Atun tidak perlu ditanyakan lagi rasanya. Setelah selesai makan, mereka berkumpul di halaman belakang rumah. Disana ada banyak pohon buah buahan yang sudah banyak berbuah. Dulu itu adalah hobby ibu Nana. Ada tukang kebun bernama Pak Yanto yang setiap hari mengurus tanaman-tanaman tersebut. Selain buah, ada bunga bunga juga yang sedang bermekaran. Disalah satu sudut taman, ada kolam ikan dengan air mancur kecil ditengahnya dan kaca dibagian depan kolam sehingga ikan ikan koi yang sedang berenang bisa dilihat dengan jelas.
Bi Atun menghidangkan beberapa kue buatan ibu, kopi dan teh. Karena Nana tidak minum teh dan kopi, dia mengambil jus dikulkas dan menaruhnya dimeja, kemudian menghampiri Viona yang sedang melihat ikan bersama Bagas dan Wisnu.
"Neo, kamu lihat ikan warna putih itu? Cantik sekali" Kata Viona sambil menunjuk ikan koi yang memiliki warna berbeda dari ikan lainnya
"Hati Hati, Vi. Jangan terlalu memajukan badanmu seperti itu" ucap Nana khawatir karena pinggiran kolam yang licin
"Tenang saja. Ada Mas Bagas disini. Dia pasti akan menolongku" sahut Viona sambil tersenyum lebar. Bagas tersenyum. Agak mengherankan melihat Viona yang bisa langsung akrab dengan orang asing.
"Nana sama Vivi jarak umurnya jauh ya?" tanya Wisnu
"Iya, mas. 13 tahun jaraknya" jawan Nana
"Oow, kalau mas Bagas asli Jogja?" tanya Wisnu lagi
"Iya, mas Wisnu. Saya aslinya Jogja. Mas Wisnu sendiri juga asli surabaya kah?" tanya Bagas
"Enggak mas, saya aslinya Bandung. Tapi dapat tugas disini" jawab Wisnu
"Waah, jauh ya mas. Jarang pulang Bandung kalau begitu?" tanya Nana
"Satu bulan sekali saya pulang Na. Tapi juga bisa 2 atau 3 bulan baru pulang. Lama diperjalanannya" jawan Wisnu
"Kalau Nana, sering pulang Jogja?" Tanya Wisnu lagi
"Enggak mas, saya jarang pulang. Sibuk kuliah juga, sama adaptasi disini. Libur kuliah paling kumpul sama temen atau tidur seharian" jawab Nana
"Iyaa, Neo ini udah lama banget gag pulang. 2 tahun lebih. Aku ulang tahun aja gag ada dia. Kamu itu jahat Neo" rengek Viona.
"Tahun depan aku akan pulang, Vi. Kita rayakan bersama ulang tahunmu" ucap Nana
"Betulkah? Janji ya kamu bakalan pulang waktu aku ulang tahun. Ulang tahun Ayah sama Ibu juga kamu harus pulang" pinta Viona
"Iyaaaa, aku janji" kata Nana
"Horeee... Ibuuuu, Ayaaah.. Neo sudah berjanji pada Viona kalau tahun depan ulang tahun kita dia mau pulang" teriak Viona kegirangan sambil menghambur kearah ibu
"Seru ya kalau punya adek. Rame" kata Wisnu
"Mas Wisnu gag punya adek?" tanya Nana
"Enggak, saya anak tunggal. Makanya saya dulu lebih sering main sama temen" jawab Wisny
"Kalau mas Bagas?" tanya Nana
"Adek saya ada 4. Saya anak pertama. jadi setiap hari ramai sekali dirumah" Jawab Bagas
"Owalah, pantas saja mas Bagas bisa akrab sama Viona. Sudah pengalaman ternyata" kata Nana
Obrolan obrolan pun terus berlanjut hingga tidak terasa jam menunjukan pukul 8. Pak Alvin dan Wisnu berpamitan untuk pulang. Ayah kembali duduk ditaman belakang sementara Ibu dibantu bi Atun membereskan piring dan gelas kotor serta kue kue sisa dimasukan kekulkas. Nana naik keatas karena ada tugas kuliah yang harus dia kerjakan.
"Neo, malam ini aku tidur denganmu lagi ya?" tanya Viona
"Aku malam ini mau lembur tugas kuliah Vi" Jawab Nana
"tidak apa apa, aku akan langsung tidur jadi tidak akan mengganggumu" ucap Viona
"Kalau begitu cuci kaki, muka, dan tangan mu dulu. Jangan lupa gosok gigi, setelah itu ganti bajumu dengan piyama" kata Nana
"Aku tahu apa yang harus aku lakukan sebelum tidur. Aku sudah bukan anak kecil lagi" teriak Viona
Nana tertawa. Senang berhasil menggoda adiknya.
Jam menunjukan pukul 21.00 dan tugas Nana masih belum selesai. Pikirannya penuh, dan kepala Nana sakit karena itu. Dia suka dengan jurusan yang dipilih, tapi dia tidak suka hal hal lain yang mengganggu. Nana sudah melupakan Hanan. Semenjak Nana tau Hanan selingkuh dengan sahabatnya dan sahabatnya itu mengaku telah hamil anak Hanan. Nana sudah menghapus nama Hanan dari hidupnya. Tapi, jika disuruh mencari kekasih lagi, Nana masih belum bisa. Apalagi sekarang Ayahnya justru sibuk memilihkan jodoh untuknya. Nana menghela napas. Dia berdiri dari kursi belajarnya dan melihat keluar dari jendela besar. "Aku mau mencari udara segara" Dilihatnya Viona yang sudah pulas sambil memeluk boneka kelinci kesayangannya. Kemudian diraihnya cardigan untuk menutupi gaun tidurnya, lalu keluar kamar secara perlahan.
Rumah sudah sepi. Ayah dan Ibu sudah beristirahat, sementara Bi Atun sudah pulas juga. Nana memutuskan untuk ketaman belakang. Dibuatnya cokelat panas agar tubuhnya tetap hangat.
"Belum tidur dek Nana?" sapa Bagas
"Eh mas Bagas? Maaf Nana bikin mas Bagas bangun ya?" tanya Nana kaget
"Enggak, saya memang belum tidur kok. Masih jam 9 biasanya saya tidur lebih larut lagi" kata Bagas
"Oww, mau coklat panas mas? Sekalian Nana buatin"
"Boleh, dek"
Nana mengambil mug lagi untuk Bagas. Setelah jadi, coklat panas itu dikasihkan ke Bagas.
"Terimakasih, dek" kata Bagas
"Sama sama, mas"
Nana membuka pintu yang mengarah ke taman belakang, lalu menaruh mug coklat panasnya dimeja dan duduk disofa. Menatap pohon pohon buah ibunya sambil bersenandung lirih.
"Boleh saya temani, dek?" tanya Bagas membuyarkan lamunan Nana
"Boleh, mas" jawab Nana
"Lagi mikirin apa, dek?"
"Ah, cuma tugas tugas kampus aja mas"
"Besok kamu kekampus ya? Saya disuruh Ayah kamu buat antar kekampus"
"Oke mas, besok aku berangkat jam 8.. kelasnya sampai jam 12 aja setelah itu pulang"
"Kalau begitu, saya tunggu sampai selesai kelas saja. Nanggung kalau harus balik lagi"
"Boleh mas, nanti mas Bagas bisa nunggu dikantin atau perpustakaan"
"Sehabis kekampus, kamu mau kemana lagi?" tanya Bagas
"Gak kemana mana mas, gag ada janji juga sama temen jadi mungkin langsung pulang"
"Mau nonton sama aku? ato jalan jalan sekitar Surabaya?"
"Oke, mas. kalau nonton kita ke Mall aja ya. trus nanti makan siang disana. Mau nonton film apa mas? Biar aku pesan dulu tiketnya"
"Dek Nana suka film apa?"
"Film horor, action, romantis juga bagus. komedi, animasi juga suka"
"Kalau begitu dek Nana saja yang pilih. Saya gak begitu paham sama film"
"Oke, nanti aku yang pilihin ya. karena aku selesai kampus jam 12, jadi nontonya sekitar jam 2an aja yaa biar gak buru buru" kata Nana
"Iya" kata Bagas
Setelah itu mereka mengobrol akrab. Sesekali Bagas mengatakan candaan hingga Nana tertawa. Bagas tersenyum melihat Nana tertawa, kecanggungan yang ada perlahan hilang dan Bagas senang dengan kemajuan ini. Dia tahu bahwa atasannya sedang menjodohkan Bagas dengan Nana. Tapi, dia juga tidak mau membuat Nana merasa terbebani sehingga dia memutuskan untuk mendekati secara perlahan. Apalagi dia tau kalau Nana sempat patah hati karena lelaki yang sudah 4tahun menjadi kekasihnya justru selingkuh dengan sahabatnya sendiri. Bagas sudah mengenal Nana cukup lama, namun saat itu Bagas tidak berani mendekati Nana karena Nana masih berpacaran dengan Hanan. Selain itu, Nana yang merupakan anak dari atasannya membuat Bagas tidak percaya diri untuk mendekati Nana. Sekarang, setelah atasannya sendiri menyuruhnya untuk mendekati anaknya, dan Nana sudah tidak memiliki hubungan dengan Hanan, Bagas berani melangkah. Sekalipun ada lelaki lain juga yang diminta untuk mendekati Nana. Bagas cukup kaget dengan kehadiran Wisnu tadi siang. Dipikirannya, akan sulit karena Wisnu tinggal lebih dekat dengan Nana sementara Bagas hanya memiliki waktu seminggu untuk berada didekat Nana. Selama Nana belum memilih, dia akan mendekati Nana secara perlahan hingga Nana membuka hati untuk Bagas. Namun, jika Nana justru memilih lelaki lain, maka tidak masalah bagi Bagas karena dia sudah berusaha untuk mendapatkan Nana.
"Mas Bagas? kok ngelamun? Kenapa?" Tanya Nana membuyarkan lamunan Bagas
"Aku lagi bayangin besok kita nonton film horor pilihan kamu, tapi justru kamu yang ketakutan"
"Jangan bilang mas Bagas juga bayangin aku yang ketakutan terus bakalan megang tangan mas Bagas atau meluk mas Bagas?" tebak Nana
"Aku gak bilang sampai sejauh itu, tapi kalaupun kamu nanti mau megang tangan ku aku bakalan izinin. Tapi, kalau kamu mau meluk aku bilang dulu ya. Biar aku siapin hati dulu" kata Bagas
"Dih, kalau itu emang dasarnya mas Bagas yang ngarep dipeluk" seru Nana
Bagas tertawa
"Mas, masuk yuk. udah jam 10. tugas Nana masih numpuk"
"Oke, ayo masuk. Jangan tidur terlalu malam Dek"
Nana dan Bagas masuk kerumah, dikuncinya pintu belakang sementara Nana menaruh mug kotor diwastafel.
"Selamat tidur mas, besok kalau jam 7 aku belum keluar kamar, tolong bilang ibu suruh bangunin ya"
"Selamat tidur dek Nana. Oke, besok mas sampaikan ke Ibu"