BAB 1: BELUM MAU MENIKAH

1056 Words
SELAMAT MEMBACA  ***  “Sebenarnya apa yang kamu cari Del, kenapa semua laki-laki yang Mama kenalkan sama kamu tidak ada yang kamu setujui. Mama ini sudah malu Del, punya anak gadis yang usianya sudah lewat untuk menikah, nanti di kira orang Mama sama Papa ini terlalu banyak memilih menantu. Tolong dong Del kamu itu fahami Mama…” Seorang wanita paruh baya tengah memarahi anak gadisnya. Sedangkan anak gadisnya yang dia marahi hanya diam bersikap santai seolah-olah kemarahan mamanya bukan suatu yang penting. “Kan sudah Adel bilang Ma, Adel belum mau menikah.” Jawab Adel dengan malasnya. Wanita yang sejak tadi memarahi Adel adalah Ratna, yang tak lain adalah mamanya Adel sendiri. Ratna sudah tidak tau lagi harus bagaimana menyikap sikap keras kepala putrinya itu. Bahkan di usia putrinya yang sudah hampir 27 tahun dia selalu menolak setiap laki-laki yang berusaha Ratna kenalkan. Yang terakhir datang adalah Seno, anak dari teman Ratna. Ratna yang sudah menaruh begitu besar harapan keapada Seno harus kembali menelan kekecewaannya karena lagi-lagi putrinya menolak Seno dengan alasan-alasan yang tidak masuk di akal. “Kamu itu mau menikah di umur berapa Adel, lumrahnya perempuan seusiamu itu itu sudah menggendong anak. Ini kamu jangankan anak, calon saja tidak ada. Tidak baik Nak, perempuan menikah tua-tua itu kamu memiliki kewajiban meneruskan garis keturunan keluarga suamimu nanti. Perempuan yang sudah berumur itu sulit untuk hamil nantinya. Mama ini marah bukannya tidak sayang sama kamu tapi Mama mau yang terbaik untuk kamu Del,” Ratna hampir menyerah. Dia sudah lelah berkhurbah untuk memberi pencerahan kepada putrinya yang sama sekali tidak di indahakan oleh putrinya itu. “Sekarang kan sudah bukan jamannya Siti Nurbaya Ma, perempuan bisa sekolah dan berkarier. Perempuan sekarang tidak melulu terus menikah di usia muda, kalau begitu kasian ibu Kartini yang sudah memperjuangkan emansipasi wanita. Adel juga Ma, Adel mau berkarir dulu, mau jalan-jalan dulu menikmati hidup dulu, kalau bisa Adel mau kuliah lagi. Baru nanti menikah kalau mau…” Adel melihat Benjamin, Ayahnya yang sengacungkan jempol dari balik punggung mamanya yang tengah berdiri. Adel hanya mengedipkan sebelah matanya dan di sambut dengan senyuman geli dari Benjamin. “Nanti kalau kamu mau menikah sudah tidak ada calon yang mau sama kamu Del, mereka takut sama kamu.” “Pasti ada kok Ma, Mama jangan khawatir. Allah sudah menyiapkan satu jodoh terbaik untuk Adel. Kalau sekarang belum datang yang berarti Adel harus memantaskan diri lagi, jadi pas sudah bertemu dengan jodohnya nanti kami sama-sama cocok dan pantas. Iya kan Pa?” Adel menatap Papanya yang sejak tadi diam. Dia meminta bantuan papanya, karena sudah lelah mendengar omelan mamanya. Tanpa mengatakan apapun, Benjamin hanya mengacungkan jempolnya. Adel tertawa menerima reaksi ayahnya yang selalu mendukungnya, sedangkan Ratna di kesal karena suaminya selalu mendukung putrinya dan mengabaikan ucapannya. “Dukung terus dia Mas, anak kamu itu dukung itu. Biar jadi perawan tua nanti, jangan menyesal kalau tidak ada calon suami yang mau sama dia nanti…” Setelah mengatakan itu Ratna langsung pergi dari sana, meninggalkan sepasang ayah dan anak yang tengah tertawa itu. “Sudah sana masuk kekamar, istirahat. Besok kerja kan, jangan pikirkan Mamamu biar Papa yang urus…” Adel tersenyum, dia langsung berdiri dari duduknya. Dia akan berangkat tidur, melupakan kejadian yang barusaja terjadi. Bukannya memang selalu seperti itu. Mau berapa kali pun mamanya itu membawa laki-laki sebagai suaminya, Adel akan tetap menolak. Sampai di usianya yang hampir 27 tahun lebih tepatnya 4 bulan lagi dia akan merayakan ulangtahunnya yang ke 27 dia belum memikirkan seorang pendamping untuk hidupnya. Anggap saja dia memang keterlaluan, tapi dia memang belum kepikiran sama sekali. Yang dia fikirkan saat ini adalah bagaimana cara menikmati hidupnya sebelum dia terkekang didalam kehidupan bernama rumah tangga. Dia tidak akan menjadi satu dari banyaknya perempaun dia luar sana yang menyesal setelah menikah, menikah baginya hanya akan satu kali seumur hidup. Dia akan menyiapkan semuanya semaksimal mungkin. **** Tok… tok… tok… Adel yang tengah berbaring di atas ranjang lansgung bangun saat mendnegar seseorang mengetuk pintu kamarnya. “Masuk…” ucap Adel tanpa bangun dari duduknya di atas ranjang. Ceklek… Ternyata Benjamin yang masuk. Dia berjalan mendekat ke arah putrinya dan tersenyum. “Jangan di fikirkan kata-kata Mama tadi, Papa selalu dukung Adel,” Benjamin mengusap kepala putrinya dengan sayang. Dia tidak suka melihat putrinya terlalu tertekan dan kepikiran mengenai kehidupan pernikahan. Selama ini dia tidak pernah memaksa, dia percaya putrinya bis abertanggung jawab dengan apa yang akan dia lakukan di dalam kehidupannya sendiri. “Bilangin Mama dong Pa, Adel kan belum mau menikah. Tidak perlu di kenal-kenalkan seperti ini tadi. Memangnya tidak canggung, ini sudah era modern tidak zamannya lagi Pa seperti itu.” Keluh Adel pada Papanya. Jujur saja dia mulai bosan dan kesal dengan tingkah Mamanya yang selalu mengenalkannya dengan berbagai laki-laki yang Adel tidak kenal dan tidak dia sukai. Seolah-olah jika tidak di kenal-kenalkan Adel tidak akan mendapatkan jodoh, dan hal tersebut benar-benar membuat dirinya kesal. Benjamin tidak mnegatakan apapun, dia hanya tersenyum dan mengangguk pelan. “Adel masih muda kan Pa, belum menikah sekarang masih wajar kan Pa?” tanya Adel pada Benjamin. Dia berusaha mencari dukungan dan pembenaran atas pikirannya sendiri. “Ya kalau belum ketemu jodohnya ya masih wajar kalau kata Papa. Memangnya kalau belum ketemu jodohnya, terus mau menikah dengan siapa Tapi kalau menurut Papa sih, mending segera menikah, sudah pas lah menikah usia sekarang.” Adel cemberut mendengar ucapan Papanya, secara tidak langsung Papa nya juga mengatakan untuk segera menikah. Adel tidak masalah di tuntut apapun, menjadi apapun.Tapi jangan di tuntut untuk segera menikah, kalau memang belum bertemu dengan laki-laki yang cocok apalagi yang bisa Adel lakukan selain menunggu. Sebenarnya Adel tidak pernah memasang kriteria tinggi untuk calon suaminya, tapi entah kenapa semua laki-laki yang di kenalkan Mamanya berhasil membuat Adel elfeel pada kesan pertama jadi tanpa basa basi Adel langsung menolaknya. “Jangan lelah berdoa dan berusaha, biar cepat ketemu jodohnya. Papa juga ingin segera menimang cucu dari Adel, nanti keburu Papa tua…” ucap Benjamin dengan senyumannya. “Nanti kalau sudah waktunya, Papa bisa gendong Anak Adel sepuasnya. Kalau perlu sampai encok. Tapi nanti, lama lagi sekarang belum.” Benjamin hanya tertawa, melihat wajak kesal putrinya. Dia lalu keluar dari kamar itu dan membiarkan putrinya sendirian agar bisa bersih-bersih dan istirahat. ****BERSAMBUNG ****  SEGINI DULU YA OPENINGNYA. HEHEHE  WNG, 28 JUNI 2021 SALAM  E_PRASETYO 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD