Moerae 2

3180 Words
Setelah menempuh perjalanan yang panjang, akhirnya Putri Moerae dan Pangeran Felix sudah berada di kerajaan Aston. Berbeda dengan kedatangannya di Ethiopia, dia Aston Putri Moerae tidak bisa menghindari penyambutan khas Istana kerajaan. Dengan berat hati Putri Moerae berusaha untuk menikmati penyambutan tersebut. “Moerae," panggil Felix saat berjalan bersebelahan dengan Putri Moerae. “Ya Felix,” jawab Putri Moerae sambil mendongak pada Pangeran Felix. “Ku harap kau tidak bertingkah yang tidak-tidak selama kita berada di sini," ujar Pangeran Felix sambil menatap Putri Moerae singkat. “Tidak akan Felix, kau tenang saja," ujar Putri Moerae sambil tersenyum pada Pangeran Felix. Pangeran Felix menganggukkan kepalanya. “Ya ku harap aku bisa tenang, seperti yang kau ucapkan,” ujar Pangeran Felix kembali menghadap ke depan dengan wibawanya. Putri Moerae hanya mengendus kesal mendengar ucapan Pangeran Felix, dia tau jika ucapan itu adalah sindiran untuknya yang sangat menyukai mencari masalah dengan kabur dari Istana. “Putra mahkota Felix, selamat datang di kerajaan Aston," ujar Raja Alexander sambil tersenyum menyambut Pangeran Felix. “Terima kasih Raja Alexander, perkenalkan ini Putri bungsu Ethiopia, Putri Moerae.” Ujar Pangeran Felix memperkenalkan Putri Moerae. “Selamat pagi Raja, Ratu.” Ucap Putri Moerae sambil memberi hormat pada kedua orang terpenting di Aston. “Selamat datang Putri Moerae," ujar Raja Alexander menerima hormat dari Putri Moerae. “Selamat datang Putri," sapa Ratu Nana dengan senyum yang sangat ramah. “Terima kasih Raja Alexander dan Ratu Nana," ujar Putri Moerae tulus. Raja Alexander dan Ratu Nana hanya tersenyum ramah. “Apa penyambutan untuk tamu kerajaan memang seperti ini?” tanya Putri Moerae dalam hati sembari memperhatikan sekitarnya. Putri Moerae tidak pernah tau apa yang terjadi saat ada acara penyambutan karena biasanya jika ada tamu yang datang ke kerajaan, Putri Moerae selalu pergi dari Istana, jadi dia tidak pernah melihat penyambutan kerajaan. “Bagaimana kabar Raja James?” tanya Raja Alexander pada Pangeran Felix. “Dia cukup baik. Ahh maaf dia tidak bisa datang, sehingga saya yang mewakili. Raja James sedang berkunjung ke Pheonix untuk menemui calon menantunya,” ujar Pangeran Felix pada Raja Alexander. “Hmm sepertinya Raja James sudah sangat ingin memiliki menantu lagi.” Ujar Raja Alexander yang disambut dengan anggukan oleh Pangeran Felix. “Sepertinya begitu Raja,” ujar Pangeran Felix sambil terkekeh pelan yang diikuti oleh Raja Alexander. Di samping Pangeran Felix dan Raja Alexander yang saling berbincang, Ratu Nana dan Putri Moerae pun saling berbincang satu sama lain. “Ternyata rumor itu benar Putri," ujar Ratu Nana sambil menatap kagum Putri Moerae. “Maaf Ratu, rumor apa yang Ratu maksudkan?” tanya Putri Moerae ramah. “Rumor tentang kecantikan mu," ujar Ratu Nana sambil tersenyum. Putri Moerae tersenyum canggung pada Ratu Nana, dia sudah sangat terbiasa dengan pujian mengenai kecantikannya namun dia masih sangat canggung dengan hal itu. “Kau benar-benar sangat cantik, bahkan kupikir tidak ada yang menandingi kecantikan mu di Aston," sambung Ratu Nana lagi. “Ratu sangat melebih-lebihkan itu, saya tidak secantik itu Ratu,” ujar Putri Moerae merendah. “Dan kau juga sangat murah hati,” puji Ratu Nana lagi. “Terima kasih atas pujiannya Ratu, saya sangat tersanjung menerima pujian tersebut,” ujar Putri Moerae tulus. Ratu tersenyum lebar melihat kecantikan dan kerendahan hati Putri yang ada di depannya. Menurutnya sangat jarang seorang Putri memiliki kedua hal itu secara bersamaan. Dia sangat sering bertemu Putri yang cantik namun sangat jarang Putri tersebut baik dan rendah hati. “Kupikir dia Putri yang susai untuk menjadi pendamping Putra mahkota. Dia sangat cantik dan sangat rendah hati.” Batin Ratu Nana dengan tatapan yang tidak lepas dari Putri Moerae. === == = Setelah selesai pada acara penyambutan yang menurut Putri Moerae sangat berlebihan, Putri Moerae masuk ke dalam kamar yang di sediakan untuk tamu oleh kerajaan Aston. Beruntungnya kamar Putri Moerae menghadap pusat taman depan kerajaan Aston yang terlihat sangat indah di mata Putri Moerae. “Waaaw, taman nya rapi sekali,” puji Putri Moerae saat matanya menangkap pemandangan taman kerajaan Aston. “Lusinta,” panggil Putri Moerae setelahnya sambil menoleh pada Asistennya. “Iya Putri.” “Bisakah Ethiopia membuat taman seperti itu?” tanya Putri Moerae sambil menunjuk taman yang dilihatnya sebelumnya pada Lusinta. “Tentu bisa Putri,” ujar Lusinta tersenyum melihat wajah Putri Moerae yang sangat bahagia. “Buatlah kalau begitu,” sahut Putri Moerae asal. “Hm, maaf Putri---- Putri Moerae menghela nafas panjang, “Tak apa jika tak bisa," potong Putri Moerae dengan wajah yang berubah murung. “Bukan itu maksud ku Putri. Maksud--- “Iya aku tau, untuk taman bukan wewenang mu bukan?” tanya Putri Moerae memotong ucapan Lusinta. “Iya Putri," jawab Lusinta sembari mengangguk pelan. Putri Moerae menghela nafas panjang lalu dia kembali menatap taman yang di pujinya beberapa saat lalu. “Lusinta,” panggil Putri Moerae seakan tidak ada yang terjadi sebelumnya. “Iya Putri.” “Apa aku boleh untuk keliling Istana Aston?” tanya Putri Moerae dengan mata berbinar penuh harap. “Jika hanya berkeliling Istana saya pikir tidak masalah Putri," jawab Lusinta sambil tersenyum. “Apa kau menyindirku?” tanya Putri Moerae dengan nada kesal. "Tentu tidak Putri," jawab Lusinta cepat sambil tersenyum. “Baiklah, kalau begitu temani aku keliling Istana Aston.” Ajak Putri Moerae pada Lusinta dengan tatapan berbinar. “Apa sekarang Putri?” tanya Lusinta. “Ya, aku tidak lama di sini Lusinta," ujar Putri Moerae tak sabaran. “Baiklah Putri," ujar Lusinta. Setelahnya Putri Moerae dan Lusinta keluar dari kamar untuk berkeliling Istana seperti keinginan Putri Moerae. Putri Moerae tak berhenti tersenyum begitu melihat lingkungan istana Aston yang masih sangat asing baginya. “Lusinta," panggil Putri Moerae saat keduanya tengah berjalan di pekarangan Istana Aston. “Ya Putri.” “Aku ingin melihat luar Aston," ujar Putri Moerae tanpa menoleh pada Lusinta. “Pangeran Felix akan marah jika mengetahui ini Putri," ujar Lusinta mengingatkan Putri Moerae. “Aku hanya bilang ingin melihat, bukan akan keluar Lusinta.” ujar Putri Moerae kesal sambil menoleh tajam pada Lusinta singkat. “Maaf Putri," ujar Lusinta. Putri Moerae berhenti dan menatap Lusinta, “Kau terlalu kaku Lusinta. Aku ingin berbicara seperti teman padamu, seperti yang ku lihat di bumi, kau tau kan seperti apa itu,” pinta Putri Moerae. “Aku tau Putri, tapi aku adalah---- Putri Moerae mengendus kesal, “Kau menyebalkan Lusinta,” kesal Putri Moerae memotong ucapan Lusinta cepat. Putri Moerae kembali melanjutkan langkahnya sambil menghentakkan kakinya, Lusinta yang merasa bersalah kembali mengikuti Putri Moerae. Keduanya terus berjalan sampai akhirnya mereka berada di kandang kuda Istana Aston. Mata Putri Moerae terbelalak lebar dan menatap takjub apa yang tengah di lihatnya. “Wooaaahh, kuda!!” pekik Putri Moerae bahagia. Lusinta hanya diam dan menatap Putrinya yang terlihat senang seperti anak kecil diberi mainan saat ini. “Ternyata kau benar Lusinta, di sini ada banyak sekali kuda," ujar Putri Moerae dengan semangat 45. Putri Moerae menoleh pada Lusinta dan menatapnya penuh harap. “Hmm, Lusinta bolehkah aku menyentuh nya?” tanya Putri Moerae. “Aku tidak tau Putri, tapi bukankah tidak sopan jika kau memegangnya tanpa meminta izin pada pemilik pemiliknya?" tanya Lusinta merasa bersalah. “Sekali saja,” ujar Putri Moerae dengan nada memohon. “Ak---- “Aku tak perduli aku akan memegang nya!” potong Putri Moerae dengan nada kesal. Putri Moerae mengarahkan langkahnya ke salah satu kuda dan menghiraukan panggilan Lusinta yang kekeh melarangnya. Sesampainya di depan salah satu kuda yang ada di kandang tersebut, Putri Moerae langsung membelai kuda tersebut. “Kau sangat lucu kuda," ujar Putri Moerae sambil menatap gemas kuda berwarna coklat yang ada di depannya. “Dan aku sangat ingin menaiki mu," lanjut Putri Moerae sambil tersenyum lebar. “Tapi Lusinta pasti akan mengadu pada Felix dan si cerewet Felix akan ngomel padaku sepanjang hari," sambung Putri Moerae lagi sambil menatap Lusinta dengan tatapan sinis nya. Lusinta hanya diam tak bisa berbuat apapun. Putri Moerae kembali menatap gemas kuda yang sedang dielusnya, “Jadi aku hanya akan membelai mu saja seperti ini. Kau tidak masalah kan kuda?” tanya Putri Moerae pada kuda tersebut. “Ahhh kau terlalu gemas kuda, kau membuatku semakin ingin menaiki mu," sambung Putri Moerae dengan nada merengek. “Hyaa!!! Berani sekali kau memegang kuda milik ku!” pekik seseorang yang entah dari mana asalnya. Putri Moerae yang kaget akan teriakan orang yang tidak dikenalnya itu langsung melihat ke sumber suara. Orang tersebut terdiam saat Putri Moerae menoleh padanya, sedangkan Putri Moerae menatap orang itu dengan wajah polos dengan kedua kedua alis yang menyatu bingung. “Siapa dia? Aku seperti mengenalnya? Mengapa wajahnya terlihat sangat familiar?” tanya orang tersebut dalam hati. “A---apa ini kuda mu?” tanya Putri Moerae dengan hati-hati. Orang tersebut diam beberapa saat sampai Putri Moerae kembali memangil orang tersebut kembali pada kesadarannya. “Ya itu kuda ku!” ujar orang tersebut dengan nada kesal. Putri Moerae menunduk merasa bersalah karena sudah menyentuh milik orang lain tanpa izin, meski dia sadar jika Lusinta sudah mengingatkan dirinya sebelumnya. “Maafkan aku, aku hanya ingin menyentuhnya.” Ujar Putri Moerae merasa bersalah. “Pergilah! Aku tak ingin mendengar alasan mu!” perintah orang tersebut dengan kesal. “Tapi—-- “Putri," tegur Lusinta saat Putri Moerae mengambil ancang-ancang untuk mengajak orang pemilik kuda tersebut berdebat. “Baiklah, sekali lagi maafkan aku,” ujar Putri Moerae tulus sembari menahan dirinya untuk tak marah-marah. Orang tersebut hanya menggedikkan bahunya singkat. Namun, bukannya segera pergi, Putri Moerae kembali mengelus kuda itu dengan gemasnya. “Sampai jumpa kuda yang lucu," ujar Putri Moerae lembut sembari menyentuh kuda coklat yang memiliki tuan yang galak. “Hyaa!!” pekik orang yang mengaku sebagai pemilik kuda tersebut. Putri Moerae menatap tajam orang tersebut, lalu pergi tanpa merasa bersalah sama sekali. “Ayo jalan Lusinta!” perintah Putri Moerae sambil berjalan menjauhi kandang kuda sambil marah-marah dalam hati. “Ba-- baik Putri,” ujar Lusinta merasa tidak enak. Lusinta pergi berjalan mengikuti Putri Moerae dari belakang, setelah dia meminta maaf dan memberi hormat pada orang pemilik kuda tersebut. Si pemilik kuda itu hanya mendengus kesal pada apa yang dilakukan Putri Moerae padanya, semur hidupnya ini pertama kalinya dia diperlakukan dengan sangat tidak hormat seperti itu. “Berani sekali wanita itu! Setelah memegang kuda ku, dia berani menatap ku seperti itu! Dasar wanita tidak punya tata krama!” kesal orang tersebut dengan kesal yang menggebu-gebu. === == = Setelah berjalan cukup jauh dari kandang kuda tersebut, Putri Moerae masih terus menumpahkan kekesalannya pada orang yang ditemuinya tadi. “Putri.” Panggil Lusinta. “Apa?!” kesal Putri Moerae. Lusinta diam tak melanjutkan apa yang ingin diucapkannya pada Putri Moerae. Bukan karna apapun, jika Putri Moerae sedang kesal, ada baiknya untuk tidak memberinya nasehat, karna bukannya mendengar, Putri Moerae akan semakin marah dan nasehatnya hanya akan masuk kuping kanan dan keluar kuping kiri. “Maafkan aku Lusinta, aku tidak bermaksud untuk membentak mu," ujar Putri Moerae merasa bersalah. Lusinta tersenyum ramah pada Putri Moerae. “Tak pa-pa Putri, saya mengerti,” ujar Lusinta. “Ada apa kau memanggilku Lusinta?” tanya Putri Moerae dengan nada yang jauh lebih terkontrol dari sebelumnya. “Tidak Putri, aku hanya ingin mengingatkan bahwa tidak baik jika Putri berbicara seperti tadi,” ujar Lusinta pelan. Putri Moerae menghela nafas panjang, “Dan kau ternyata sudah tertular cerewet nya Felix si buruk rupa.” Ujar Putri Moerae. Lusinta hanya diam. “Baiklah aku tidak akan mengulanginya, tapi aku ingin melihat luar Aston sebagai gantinya," ujar Putri Moerae memberi penawaran dengan senyum lebarnya. “Putri---- "Ya sudah jika kau ingin melihatku berbicara tak sopan seperti tadi lagi pada semua orang yang ku temui di Aston," potong Putri Moerae memberi ancaman. Lusinta kembali diam, dia tak bisa mengambil keputusan apapun dan dia tak bisa membalas ancaman Putri Moerae seperti para saudara Putri Moerae lakukan di Ethiopia. "Kau tunggu lah di kamar, aku akan berjalan sendiri dari sini. Jika Felix mencari ku bilang saja bahwa aku sedang berjalan di taman Istana,” ujar Putri Moerae memberi perintah. “Tapi Putri---- “Aku sedang tidak ingin dibantah Lusinta," potong Putri Moerae tegas. “Kau tenang saja aku akan kembali 2 jam lagi," sambung Putri Moerae. Lusinta masih diam tidak menjawab iya atau tidak pada Putri Moerae. “Dan Aku berjanji akan kembali dengan selamat," ujar Putri Moerae lagi agar Lusinta mengijinkannya. “Ba---baik Putri” ujar Lusinta pasrah, tidak ada gunanya Lusinta menahan dan melarang Putri Moerae karna Putrinya tersebut tidak akan mendengarkannya. Putri Moerae tersenyum singkat, lalu berpamitan pada Lusinta dan pergi berkeliling Istana untuk mencari jalan keluar alternatif. Setelah berjalan cukup jauh dari Istana, Putri Moerae mendapatkan pintu tanpa penjaga Istana. Sebelum memutuskan untuk keluar, Putri Moerae melihat sekelilingnya, memastikan tidak ada yang melihat aksi kaburnya. Setelah memastikan jika kondisi sekitarnya aman untuk keluar, Putri Moerae membuka pintu yang terbilang cukup kecil untuk manusia normal. Tapi seseorang menghentikan aktivitas Putri Moerae. “Sedang apa kau di situ?” tanya seorang pria dengan suara huski. Putri Moerae menutup matanya singkat, dia akan tamat jika ini adalah salah satu anggota kerajaan apalagi jika ini sampai ke telinga Pangeran Felix. “Apa kau penyusup?” tanya Pria bersuara huski tersebut. “Apa kau gila?!” jawab Putri Moerae sedikit berteriak pada Pria tersebut. “Berani sekali kau menyebut ku gila," sahut Pria tersebut dengan tatapan kesal. Putri Moerae membalikkan badannya menghadap orang yang menghentikan aksi kaburnya. Putri Moerae terdiam saat melihat si pemilik suara huski yang memergokinya. “Dia tampan,” puji Putri Moerae dalam hati. “Dan dia tidak seperti orang di kandang kuda yang galak tadi.” Sambung Putri Moerae dalam hati. “Siapa kau? Apa kau tamu Istana? Kenapa kau berada di sini?” tanya Pria itu beruntun. “Ya bisa dibilang begitu dan aku di sini karena aku ingin keluar melihat Aston," jawab Putri Moerae dengan mata yang tak lepas dari Pria bersuara huski. “Kau sedang berdiri di Aston saat ini.” “Maksudku---- “Aku Keanu,” ujar Pria bersuara huski memotong ucapan Putri Moerae semberi mengulurkan tangannya pada Putri Moerae. Putri Moerae hanya menatap bingung tangan tersebut. “Keanu? Siapa dia? Apa dia salah satu anggota kerajaan atau dua Putra Mahkota Aston yang dimaksud Lusinta?” tanya Putri Moerae pada dirinya dalam hati. Orang yang memperkenalkan diri sebagai Keanu menatap Putri Moerae bingung, dia menatapnya dengan sangat intens namun tak menjabat tangannya. “Bunda bilang aku tak boleh sembarangan bicara dan bersentuhan pada orang asing.” Sambung Putri Moerae lagi. “Tapi dia tampan dan dia ada di dalam Istana. Seharusnya dia adalah----- Ucapan Putri Moerae terpotong dengan mata yang membelalakkan matanya. “Apa kau tidak akan menyambut tangan ku?” tanya Keanu sambil menggoyangkan tangannya di hadapan Putri Moerae. “Kenapa aku harus menjabat tangan mu?”’ tanya Putri Moerae sambil bergumam pelan. “Kau sangat sombong. Jika begitu, seharunya kau adalah salah satu Putri yang diundang," ujar Keanu sambil tersenyum miring. “Ini pertama kali aku mendengar pujian itu,” ujar Putri Moerae dengan senyum ramah yang lebar. Orang yang bernama Keanu itu menatap bingung Putri Moerae yang sedang menatap pintu yang hendak di jadikannya jalan untuk keluar dari Istana Aston. Sombong bukan pujian bukan? Atau di luar sana sikap sombong merupakan sesuatu hal yang bagus dan patut dibanggakan? Putri Moerae menghela nafas. “Sepertinya aku harus pergi," ujar Putri Moerae sambil berjalan masuk kearah Istana Aston. “Bukan kah kau ingin melihat luar Istana?” tanya Keanu sambil membalikkan badannya menatap Putri Moerae. Putri Moerae membalikkan badannya sambil berjalan mundur. “Ya tadinya begitu, tapi tak jadi kau sudah merusak susana hatiku!” ujar Putri Moerae dengan nada kesal yang lucu. “A---was,” ujar Keanu memperingatkan Putri Moerae. Terlambat Putri Moerae sudah menabrak hal yang diperingatkan oleh Keanu dan hampir terjatuh, beruntung sesuatu yang ditabraknya itu dengan sigap menyambut tubuh Putri Moerae, sehingga dia tak jatuh ke tanah. Putri Moerae yang kaget atas apa yang terjadi hanya terdiam sambil mengedipkan matanya berkali-kali. Sangat tidak lucu jika dia terluka sebelum dia berhasil kabur. “Kau lagi?!” pekik orang yang menangkap Putri Moerae. Berkat pekikan orang yang tersebut, Putri Moerae mendapatkan kesadarannya dan menatap tajam orang yang menangkapnya. “Pria kuda itu lagi?” pekik Putri Moerae dalam hati. “Setelah menyentuh kuda ku, kau menatap ku tajam dan sekarang kau menabrak ku?!” pekik Pria si pemilik kuda tersebut dengan tangan yang masih menahan tubuh Putri Moerae. “Dasar pria kuda yang galak," pekik Putri Moerae dalam hati. “Xavier,” panggil Keanu. “Xavier? Jadi pria kuda ini bernama Xavier?” tanya Putri Moerae dalam hati nya lagi. “Apa sekarang kau bisu, tak bisa bicara?" tanya orang yang dipanggil dengan nama Xavier tersebut. Putri Moerae melepaskan diri dari pria yang menahannya dan berdiri sambil menundukkan kepalanya. Meski dia kesal melihat pria kuda itu mengomelinya, namun dia sadar jika dia salah karena tak berjalan dengan benar. “Maaf aku tidak sengaja menabrak mu. Aku ti--- “Manusia tidak dilahirkan jalan mundur!” ujar Xavier memotong ucapan Putri Moerae. “Aku tau," sahut Putri Moerae. “Lalu kenapa kau berjalan mundur?!” “Itu bukan urusan mu! Dasar pria kuda yang galak!” kesal Putri Moerae. Salah satu habbit buruk Putri Moerae adalah merasa bersalah pertama, lalu ikut marah kemudian. Pria yang bernama Xavier itu menaikkan alisnya, “Dan sekarang kau membentak ku?” tanyanya dengan nada kesal. “Yaa! Apa itu masalah untukmu?” pekik Putri Moerae tanpa rasa bersalah. “Apa kau tidak tau siapa aku?" tanya Xavier dengan nada kesal yang menggebu-gebu. “Tidak dan aku tidak mau tau!” ujar Putri Moerae membuat Xavier semakin kesal pada wanita yang ada dihadapannya. Setelahnya Putri Moerae pergi meninggalkan dua orang yg saling menatap bingung pada Putri Moerae. “Kau tidak apa-apa Xavier?” tanya Keanu. “Ya seperti yg kau lihat,” jawab Xavier sambil membernarkan jasnya. Pria yang ditabrak oleh Putri Moerae adalah Pangeran Xavier Achazia William, Putra mahkota Aston. Pangeran Xavier juga Pria yang ditemui Putri Moerae sebelumnya dikandang kuda. Sedangkan Keanu adalah seorang Bangsawan kelas 1 dan juga saudara Pangeran Xavier. “Syukurlah,” ucap Keanu. “Siapa wanita tadi? Apa kau mengenalnya?” tanya Pangeran Xavier pada Keanu. “Aku tidak tahu. Aku mengajaknya berkenalan tapi dia tidak menerima uluran tangan ku.” ujar Keanu menjawab pertanyaan pangeran Xavier. Pangeran Xavier menoleh pada Putri Moerae yang berjalan sambil menghentakkan kakinya, dia yakin jika wanita itu juga berjalan sambil mengomel panjang lebar. Pangeran Xavier memiringkan kepalanya sambil mengingat-ingat siapa wanita yang sedang bertingkah seperti anak kecil itu. Pangeran Xavier tersenyum miring, dia ingat satu wanita yang sangat tak suka permintaan maafnya tak di terima dan akan kembali marah pada orang tersebut. Dan juga orang yang menghentakkan kakinya saat dia sedang marah. “Sepertinya aku tau dia siapa dia," ujar Pangeran Xavier berbisik pelan dengan mata yang masih memperhatikan Putri Moerae. “Apa? Kau bicara apa Xavier?” tanya Keanu. “Tidak,” ujar Pangeran Xavier sambil menoleh dan tersenyum pada Keanu. “Hmm yasudah," ujar Keanu tidak memperpanjang hal tersebut. “Putri Moerae, Putri bungsu kerajaan Ethiopia. Lama tidak bertemu Putri,” batin Pangeran Xavier sambil menoleh pada arah di mana Putri Moerae berjalan tadi. Bersambung...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD