14

1174 Words
          Sudah sore, istri Didi sudah kembali ke ruangan perawatan Ollie dengan menggendong Aisyah anaknya yang tertidur. Melihat istri dan anaknya kembali Didi berdiri dan menghampiri mereka. ’Tidur?” tanya Didi kepada istrinya.           ”Iya, baru saja tertidur. Dia merengek terus di luar tadi mau main sama Tantenya.”           ”Kita pulang dulu. Biar Lulu yang jaga di sini sementara.” Kata Didi sambil menghampiri Ollie.           ”Kak! Didi pulang dulu, nanti ke sini lagi.” Bisik Didi di telinga Ollie.           ”Biar Lulu saja yang jaga malam ini. Kak Didi, besok aja ke sini lagi.” Lulu menyakinkan kakaknya.           ”Benar kamu tahan, menunggu di sini sendiri!” tanya Didi memastikan Lulu serius. Lulu mengangguk mengiyakan kepada Didi.           ”Jarak rumah kakak dengan klinik ini jauh. Nanti ada apa-apa di jalan, jadi lebih baik Lulu saja sendiri yang menjaga Kak Ollie. Lagi pula ada perawat yang berjaga, tidak perlu khawatir.” Lulu menyakinkan Didi untuk membiarkannya menjaga Ollie sendiri.           ”Baiklah, hati-hati. Jangan menangis lagi saat di tinggal.” Mengelus rambut Lulu, kemudian mencium kening Ollie.           ”Ais pulang dulu Tante! Cepat sembuh, biar bisa main sama Ais lagi.” Kata istri Didi kepada Ollie lembut.           Mereka berpas-pasan dengan Hendry yang hendak masuk ke kamar Ollie. ”Saya titip kakak saya dokter. Kami pulang dulu. Kasihan si kecil ketiduran.” Ujar Didi.           ”Sudah kewajiban kami di sini.” Jawab Hendry tersenyum ramah.           Setelah Didi sekeluarga berjalan keluar, Hendry masuk ke ruangan Ollie. Ia melihat Lulu, membelai tangannya, dan terus memandangi Ollie sambil berbicara.           ”Kak Ollie, mengapa tidak memberitahu Lulu kalau sakit serius. Lulu kan bisa ke rumah Kak Ollie buat jagain. Lulu kira Kak Ollie masuk angin biasa, ketika mengeluhkan sakit di punggung.” Lulu berbicara sambil berlinang air mata kembali.           ”Ollie pernah mengeluh sakit! Dibagian mana ia sering mengeluh?” Hendry bertanya lembut, membuat Lulu tersentak kaget dan berdiri. Melihat Lulu ragu untuk bercerita Hendry menyakinkannya. ”Kau mau menceritakannya kepadaku, mungkin bisa menolong dalam proses penyembuhannya.” Hendry berbicara seperti itu untuk mengorek keterangan berapa lama Ollie sudah merasakan sakitnya.           ”Kak Ollie, sering mengeluh sakit di bagian d**a kiri, punggung atas sebelah kiri, sampai ke lengan kiri dan jari kelingkingnya. Terkadang ia terlihat sekali-kali menekan d**a kirinya, kalau di tanya mengapa dia hanya menjawab tidak, hanya sedikit nyeri.”           ”Dia pernah cerita kejadian yang lain?”           ”Iya.” Lulu sambil mengangguk ”Dulu saat kuliah, saat jalan di kampus dia pernah satu kali merasa jantungnya seperti diremas-remas.”           ”Sering?” tanya Hendry, Lulu menggelang. ”Apa ia pernah periksa ke dokter?”           ”Tidak. Kak Ollie risih kalau periksa ke dokter jantung. Katanya ia tidak mau dibuka-buka bajunya saat masih sadar, siapa tahu ia tidak sakit jantung.” Jelas Lulu, kemudian menambahkan ”Tetapi dia sering makan makanan untuk kesehatan jantung, kalau di tanya dia hanya menjawab untuk menjaga kesehatan jantung saja biar tetap sehat. Dia juga mencari informasi di internet dan beli buku tentang sakit jantung.”           ”Kalau begitu, dia menduga bahwa ia sakit jantung tetapi tidak ke dokter dan hanya memakan makanan untuk mengurangi resiko penyakit jantung.” Hendry menoleh kearah Ollie berbaring sambil menggeleng tak habis pikir mengapa kalau sudah menduga sakit jantung ia tidak juga ke dokter untuk berobat. ”Berapa lama itu terjadi?” tanya Hendry kembali kepada Lulu.           ”Tujuh tahun yang lalu, saat semester akhir. Kira-kira waktu Kak Ollie skripsi. Tetapi belakangan ini ia sering mengeluh sakit di punggung sebelah kiri, lengan kiri, dan kadang-kadang d**a sebelah kirinya.”           ”Gejala Angina Pectoris. Dan sekarang kondisinya sedikit lebih berat” Gumam Hendry  terpaku menatap Ollie. Tujuh tahun yang lalu, berarti itu kira-kira saat ia mendapatkan beasiswa untuk mengambil spesialis jantung keluar negeri, batin Hendry. ia mengingat kembali komentar ibunya tadi, mungkin alasan mengapa kau mengambil spesialis jantung dulu karena Ollie.           Hendry sejenak lupa akan keberadaan Lulu, saat ia mendengar gerakan gelisah dari gadis itu yang berusaha antara ingin duduk kembali atau berdiri karena Hendry masih ada di ruangan itu.           ”Kau bisa duduk biar lebih tenang!” saran Hendry. ”Aku akan di sini menunggunya juga!” Lulu duduk dan memandang Hendry dengan pertanyaan ingin tahu ada apa. ”Saya dan kakakmu berteman. Tadi saya juga yang membawanya kemari, saat kejadian tadi kami sedang berada di pusat perbelanjaan.”           ”Kak Hendry, ya?” tanya Lulu dengan wajah sedikit senang dan ada senyum di wajah tegang itu.           ”Iya, benar. Apakah kakakmu bercerita tentang diriku?”           ”Tidak banyak, tetapi Kak Ollie pernah menolak janji denganku karena sudah janji dengan kakak. Dan saatlah itu nama kakak disebut.”           Hendry hanya mengangguk tanda paham. Namun Lulu mengejutkannya saat berkata ”Kak Ollie, tidak pernah janji ketemu dengan lelaki lain tanpa ada embel-embel di belakang. Kalaupun ada itu pasti berhubungan dengan pekerjaan, dan itu tidak di pusat perbelanjaan. Itu merupakan rekor.”           ”Apa maksud dengan embel-embel di belakang?”           Lulu memutar bola matanya mengingat dan antar ingin bercerita dan tidak, namun ia akhirnya memberitahu Hendry.           ”Kak Ollie, biasa janji dengan lelaki karena dikenalkan teman atau, berusaha dicomblangi. Namun itu tidak ada yang berhasil, mereka biasanya menjauh saat pertama kali bertemu dan tidak ada kontak lagi selanjutnya. Mereka kebanyakan menduga yang tidak-tidak tentang Kak Ollie karena sifatnya yang pendiam.”           ”Tetapi dengan kakak, sepertinya kakak orang pertama tidak kabur saat pertama kali bertemu dengannya.”           Nada menggoda dari Lulu membuat Hendry mengernyitkan dahinya dan memandangnya seakan bertanya apakah itu benar. Lulu mengangguk antusias kepada Hendry membenarkan hal itu. Kabar gembira di saat yang sulit ini batin Hendry, namun itu membuat ia lebih mempunyai keyakinan bahwa semua akan baik-baik saja sekarang. Walaupun proses tersebut masih panjang.           Hening lama terjadi, dengan pikiran masing-masing yang membuat pembicaraan terhenti antara Hendry dengan Lulu. Setelah cukup lama diam, Hendry melirik jam tangannya yang menunjukkan pukul 19.45 dan menyuruh Lulu untuk makan malam.           ”Sudah saatnya kau makan malam. Lebih baik makan sekarang sebelum malam terlalu larut untuk pergi keluar. Aku akan menjaga Ollie.” itu tawaran yang tidak biasa dari seorang dokter yang merawat pasiennya, namun Lulu yakin bahwa hubungan kakaknya dengan dr. Hendry lebih dari sekedar antara pasien dan dokter atau antar teman biasa.           Lulu mengangguk dan keluar kamar untuk mencari makanan apa yang bisa ia isikan ke perutnya pada saat seperti ini. Rasanya tidak mempunyai nafsu makan jika melihat keadaan kakaknya, tetapi jika ia tidak makan ia mungkin akan sakit dan akan menambah repot semua orang.           Hendry duduk di samping tempat tidur Ollie dengan menggenggam tangannya, berbicara kepada Ollie, berharap Ollie bisa mendengarkannya dan segera bangun untuknya.           ”Aku tidak tahu bahwa kau tidak pernah membuat janji bertemu dengan lelaki lain seperti denganku. Aku sangat bahagia ternyata kau memilih aku untuk mendapat kesempatan itu.”           ”Aku sangat terkejut saat tahu bahwa Ollie yang sering berbagi cerita denganku selama ini adalah orang yang aku cari-cari. Gadis kecil yang dulu menarik perhatianku dan ternyata tanpa tahu bahwa itu dirimu, aku juga harus mengakui bahwa aku juga sekali lagi tertarik kepadamu. Itu ketertarikanku untuk pertama kali dalam masa dewasaku ini, sangat aneh aku bisa suka dengan orang yang sama dua kali.”           ”Aku berharap kau bisa mendengarkan aku bicara saat ini, seperti yang selama ini kita lakukan. Aku datang untuk menjemputmu, bukankah itu janjiku dulu kepadamu. Apakah kau ingat?”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD