Reinald baru saja menyelesaikan rakaat terakhir shalat zuhurnya. Hatinya gelisah dan dilema. Ia tidak tau apa penyebabnya , namun ia merasa sesuatu yang buruk telah terjadi. Pria itu merentang tangan ke atas memohon pengampunan serta petunjuk dari Tuhan. Ia juga mohon kesabaran atas segala musibah dan cobaan yang menimpa dirinya. Tiba-tiba ia tidak mampu menahan butiran bening yang terus mendesak keluar. Akhirnya ia terisak. Baru saja ia menyelesaikan munajatnya, seseorang sudah menepuk lembut bahu pria itu. “Ada apa, Rei?” Yayan menyapanya, ramah. “Entahlah, Pak. Tiba-tiba ada yang mengusik hatiku.” Reinald tertunduk. “Jangan terlalu dipikirkan. Itu hanya perasaanmu saja.” Yayan berusaha menghibur dan membesarkan hati Reinald. “Aku sudah berusaha, tapi perasaan ini selalu saja berde

