Kota Bukittinggi, pukul tiga sore. Andi dan Haniva sama-sama sudah mencair. Mereka berdua tengan menikmati teriknya matahari sore di bawah jam Gadang kota Bukittinggi. Sudah tidak ada lagi kekakuan di antara mereka. Andi bersikap sangat ramah dan sopan kepada Haniva. “Va, terimakasih sudah mau menemani uda jalan-jalan hari ini. Uda menyukai Sumatera Barat.” Andi tampak jengah. Pria itu duduk di sebelah Haniva di sebuah bangku beton di bawah Jam Gadang. Jarak duduk mereka hampir enam puluh centimeter. “Sama-sama, Iva juga senang bisa berjalan-jalan.” Wanita itu juga tidak kalah jengah. Andi menatap Haniva, wanita itu juga tiba-tiba spontan menoleh ke arah Andi. Netra mereka beradu, cukup lama. Ada getaran hebat dalam hati masing-masing tatkala netra itu beradu. “Eh ... Hm ... ma–maaf,

