Malam itu, berubah menjadi malam yang paling mengerikan bagi Reinald. Hujan dan petir masih menyambar seakan turut berduka atas musibah yang terjadi pada pria empat puluh tahun itu. Reinald masih menangis dan meratapi tubuh istrinya yang sudah kaku bersimbah darah. Ia tidak menyangka jika dirinya akan menjadi seorang pembunuh. Bahkan lebih mengerikan, ia telah membunuh istrinya sendiri. Dengan tangan yang masih gemetar, Reinald mengambil ponselnya dari dalam saku celananya. Ia menghubungi seseorang. “Halo ... Rei, ada apa menelepon malam-malam.” Suara Andi terdengar kurang jelas karena hujan masih deras. “Ndi ... hiks ... Ndi ... gue ... gue udah jadi pembunuh ... gue pembunuh Ndi ....” Reinald terus terisak, ponsel itu kini juga berdarah. “Apa? Suara kamu tidak jelas ... bunuh-bunuh

