Tiga hari sudah berlalu. Tak terasa waktu bergulir dengan sangat cepat. Sementara Andhini dan Reinald belum puas menikmati kebersamaan mereka. Andhini begitu terlena oleh perhatian, kasih sayang serta pelayanan yang diberikan oleh pria tiga puluh sembilan tahun itu. Andhini sudah bersiap hendak mengantarkan Reinald ke Bandara. Reinald juga sudah siap dengan barang bawaanya. “Ayo Mas, kita berangkat.” Andhini berjalan lebih dulu ke arah pintu, tapi Reinald malah mencegatnya. Ada sesuatu yang mengganjal di hati pria itu. “Dhini, aku tidak ingin pergi.” Netra itu terus memandangi wajah Andhini. “Mas ... Bukankah kamu harus bekerja. Lagi pula lusa mama dan papa akan pulang, aku tidak mungkin bisa menemanimu lagi di sini. Bisnis kita juga butuh perhatian lebih.” Andhini mencoba menenangkan

