Pukul 20.00 malam, apartemen Reinald. “Mas, kita pulang sekarang ya. Makasih atas hari ini, aku merasa jauh lebih segar.” Andhini memang tampak jauh lebih segar dari tadi siang. Makanan yang dibuatkan Reinald, s**u dan vitamin yang diberikan Reinald, mampu memulihkan kembali tenaga wanita itu. “Hmm ... aku sebenarnya nggak mau pisah sama kamu, apa kamu tidak bisa menginap beberapa hari ini?” “Mas ... itu nggak mungkin. Bukankah besok kita akan bertemu lagi.” Andhini tersenyum kecil, senyum yang sangat manis yang mampu meluluhkan hati Reinald. “Aku mohon sayang, jangan bersikap seperti tadi lagi. Aku lebih baik mati, daripada melihatmu menghindar dariku.” Reinald menatap lekat netra Andhini. Pria itu mendekatkan wajahnya hingga hidung bangir mereka berdua beradu. “Mas ....?” Andhini gu

