BAB 15 – Tugas Baru

1744 Words
Hai man-teman tersayang ... Mampir Ke MENTARI UNTUK AZZAM (MUA) dong ... Itu cerita, beda lho dari yang lain. Yang mau ngakak, nangis, baper hingga senyum-senyum manis sendiri, CUCOK meong mampir ke MUA. Aku tunggu ya, KISS .... === === === Andhini dan Reinald telah selesai membersihkan diri. Reinald mulai membuka semua tirai yang menutupi pintu kaca butik. Cahaya matahari pagi yang masuk ke ruangan, membuat suasana butik tersebut menjadi semakin cerah dan menarik perhatian. Reinald mulai menjelaskan setiap sudut dari butik miliknya kepada Andhini. Reinald juga menjelaskan tugas dan kewajiban Andhini selama bekerja di sana. “Jangan khawatir sayang, pekerjaannmu tidak akan terlalu berat. Nanti aku akan membantu semuanya. Kamu hanya perlu mengawasi karyawan kita dan mengatur barang keluar dan masuk gudang.” Andhini mengangguk. “Maaf mas Rei, pengelola sebelumnya kemana? Jangan katakan mas memecatnya hanya karena ingin mempekerjakan aku di sini.” Andhini mengernyit. “Tidak sayang, aku tidak sekejam itu. Pengelola sebelumnya aku pindah tugaskan ke restoran cabang. Restoran itu cukup berpotensi hingga membutuhkan pengurus yang lebih baik kinerjanya.” Reinald menjelaskan. “Syukurlah ... aku pikir kehadiranku malah mematikan rezeki orang lain.” Andhini bernapas lega. “Tidak Dhini, aku tidak akan sejahat itu. Apalagi jika orang tersebut memiliki kinerja yang bagus. Oiya, aku harap kamu betah bekerja di sini. Aku percayakan butik ini kepadamu. Aku yakin, Adhiniku pasti bisa membuat butik kita menjadi lebih besar lagi nanti.” Reinald mencubit lembut hidung bangir Andhini. “Mas, nakal.” Andhini merona. “Itu karyawan kita mulai berdatangan. Dua hari yang lalu aku sudah memberi tahu jika mereka akan mempunyai pengelola yang baru. Sebelum aku pergi, aku akan memperkenalkan semua karyawan kita kepadamu.” Andhini menggangguk. “Selamat pagi pak, bu.” Sapa dua orang karyawan perempuan yang lebih dahulu tiba. “Pagi ... setelah absen, silahkan duduk dulu. Saya akan memperkenalkan atasan baru kalian.” Perintah Reinald ramah. Ke dua gadis itu mengangguk dan menuruti perintah Reinald, sementara Andhini tersenyum ramah kepada mereka berdua. Tak lama, karyawan lainnya berdatangan. Mereka melakukan hal yang sama dengan karyawan yang datang sebelumnya, menyapa ramah bos mereka dan mengikuti perintah Reinald. Sebelum jam 10 pagi, semua karyawan Reinald yang berjumlah tujuh orang sudah hadir. Mereka semua cukup sumringah dengan kehadiran Andhini di sana. Senyum ramah selalu Andhini berikan kepada semua karyawan butik milik Reinald. Reinald mengajak semua karyawannya berkumpul di sebuah meja Rapat berukuran cukup besar yang terdapat di lantai 2 dalam gudang penyimpanan barang. “Baiklah, selamat pagi semua ....” Reinald membuka percakapan. “Pagi pak ....” “Seperti yang sudah saya sampikan beberapa hari yang lalu, bahwa pak Dani akan dipindahkan ke bisnis saya yang lainnya. Sementara untuk butik ini, saya sudah mendapatkan pengelola yang baru yaitu ibu Andhini. Saya harap, kita semua tetap bisa bekerja sama dengan baik demi mengembangkan butik kita ini.” Reinald pun mengenalkan Andhini kepada semua karyawannya yang ada di sana. Satu orang bertugas sebagai admin onlineshop, tiga orang karyawan wanita bertugas sebagai pramuniaga dan dua orang karyawan laki-laki bertugas pada bagian gudang dan packing barang untuk pesanan online. “Ya, saya sangat senang bisa bergabung di sini bersama kalian semua. Seperti yang pak Reinald katakan barusan, saya harap kita semua bisa bekerja sama dengan baik demi membesarkan butik kita ini.” Andhini menutup rapat hari ini dengan sebuah pernyataan yang membangun. Setelah menjelaskan semuanya, Reinald pun meninggalkan butiknya dan membiarkan Andhini terbiasa dengan pekerjaan barunya. Reinald kembali ke kantor dan beraktifitas kembali sebagai ASN. - - - Jam 10.30 siang di ruang kantor Reinald. Natasha—wanita 26 tahun—tengah menunggu Reinald di meja kerjanya dengan gelisah. Wanita yang berstatus sebagai pegawai kontrak di instansi tempat Reinald bertugas, sudah bekerja dengan Reinlad sebagai administrasi selama empat tahun. Status di kepegawaian, Natasha adalah sebagai pegawai kontrak bagian administrasi proyek yang di kelola oleh Reinald. Namun Reinald menganggap Natasha adalah sekretaris pribadi yang mengurus semua keperluan dan agenda kerja Reinald. Natasha juga tidak masalah dengan semua pekerjaanya tersebut, justru wanita yang sudah dua tahun menjanda tersebut merasa senang Reinald menjadikannya sekretaris pribadi. Jam 11 siang, Reinald harus mengadakan rapat dengan konsultan pengawas dan kontraktor. Reinald yang memiliki jabatan sebagai pejabat tertinggi proyek tersebut, tentu harus menghadiri rapat penting itu. Natasha mulai gelisah, berkali-kali ia mencoba menghubungi ponsel atasannya, namun nihil, hanya operator yang menjawab panggilan itu. “Aduh ... pak Rei kemana sih. Apa yang harus aku sampaikan kepada pak Gito dan pak Bayu mengenai rapat ini.” Natasha terus mondar-mandir seraya memeluk ponselnya. “Kenapa Sha, ponsel pak Rei masih belum aktif?” Titin—wanita 41 tahun yang bertugas sebagai bendahara Reinald—ikut gelisah melihat rekannya gelisah. “Iya bu, sebentar lagi rapat akan di mulai. Rapat kali ini juga akan di hadiri oleh PPK yang akan di teruskan kepada KPA. Jika pak Rei tidak datang, maka akan jadi masalah nantinya.” Natasha kembali duduk di kursinya. Ia masih gelisah. “Mungkin sebentar lagi pak Rei akan datang, tunggulah sebentar lagi.” Titin berusahan menenangkan rekannya. Dreet ... Pintu ruangan mereka terbuka, Reinald muncul dari balik pintu. Natasha menarik napas lega. “Sha, ikut keruangan saya sekarang.” Perintah Reinald. Wanita cantik itu mengikuti Reinald masuk ke ruangannya. Reinald duduk di kursinya dan Natasha duduk di kursi yang ada di hadapan Reinald. Wanita itu terus memperhatikan wajah tampan bosnya. Natasha memang sangat mengagumi bosnya itu. “Ada apa Sha?” Natasha tersentak. Suara Reinald mampu membuatnya bergetar dan salah tingkah. “Ma—maaf pak, Tasha pikir bapak lupa dengan rapat kali ini. sebab dari tadi Tasha hubungi, ponsel bapak tidak pernah aktif.” Natasha merunduk malu. Natasha sudah mengagumi Reinald semenjak pertama kali bertemu dengan pria itu. Ketika ia masih berusia dua puluh dua tahun, Reinald membawa Natasha masuk ke instansi itu dan bekerja bersamanya. Hingga setahun setelah itu, Natasha resmi di angkat menjadi pegawai kontrak. Natasha berparas sangat manis dan bertubuh proporsional. Sehari-hari wanita itu menggunakan kerudung yang di bentuk sedemikian rupa hingga menambah daya tarik dan kecantikannya. Reinald cukup terpesona dengan kemolekan tubuh dan kecantikan Natasha. Sudah dua tahun Natasha menjanda. Ia menikah beberapa bulan setelah bekerja bersama Reinald. Namun nahas, kecelakaan tragis merenggut suaminya ketika usia pernikahan mereka belum genap dua tahun. Natasha belum memiliki anak dari pernikahannya itu. Semenjak kepergian suaminya, Natasha semakin menaruh hati kepada Reinald. Namun sampai saat ini, wanita itu belum berhasil menarik perhatian Reinald. Ia masih memendam perasaanya sendiri. Mengagumi bosnya dalam diam. “Sha?” Reinald mendekat, Natasha gugup. “Mmm ....” Natasha semakin salah tingkah ketika jarak Reinald hanya beberapa centimeter saja di hadapannya. “Ada apa denganmu? Kenapa belakangan ini kamu tampak aneh. Kamu sering melamun, apa dirimu ada masalah?” ucap Reinald lembut, kini jarak mereka semakin dekat. Natasha mundur dan semakin gugup, “Ehh ... nggak ada apa-apa pak, aku tidak punya masalah apa-apa. A–aku hanya—.” Ucapannya terhenti seiring dengan punggungnya yang sudah mentok ke dinding. “Hanya apa Sha?” Reinald semakin dekat. Kini jarak wajah Reinald dan wajah Natasha kurang dari 10 sentimeter. “Eehhmmm ... Ma–maaf pak, sebentar lagi kita akan rapat. Bapak harus segera siap-siap.” Wanita itu salah tingkah. Ia segera menghindar dari Reinald. Reinald tersenyum licik. Ia berhasil menggoda Natasha dan membuat wanita itu merona dan salah tingkah. Reinald menyukai wanita seperti Natasha. Sifatnya tak jauh berbeda dengan Andhini. Pikiran liar mulai menguasai otak Reinald. Natasha duduk membeku di kursi yang berhadapan dengan kursi Reinald. Ia mengutuk dirinya sendiri di dalam hati. Bukankah ia sudah lama mendambakan momen seperti tadi? Natsha sudah lama menginginkan  perhatian dan dekapan dari pria pujaannya. Namun ketika tadi Reinald mendekat dan berjarak hanya beberapa senti meter darinya, Natasha malah menghindar. “Ada apa Sha? Apa yang kamu pikirkan?” Reinald kembali duduk di kursinya dan menatap sekretarisnya dengan tajam. “Hmm ... kita harus bersiap ke ruang rapat sekarang pak. Sepuluh menit lagi rapat akan di mulai. Permisi pak, Tasha keluar dulu.” Wanita itu bangkit dari kurisnya. “Sha tunggu.” Reinald menghentikan langkah Natasha. Pria itu bangkit dan kembali mendekati sekretarisnya yang masih gugup dan salah tingkah. Seketika Reinald menarik lengan Natasha dalam dekapannya dan mengecup lembut bibir ranum wanita itu. Hanya sekilas tapi mampu membuat wajah Natasha penuh dengan rona. Reinald ingin melihat reaksi dari sekretarisnya itu. Seharusnya Natasha marah dan menampar dirinya karena telah melecehkan bawahannya. Namun diluar dugaan, Natasha malah tersenyum dan tersipu malu. Wanita itu segera keluar dari ruangan Reinald tanpa berucap sepatah katapun. Reinald tersenyum licik. Walaupun hatinya hanya milik Andhini. Walaupun Reinald begitu mencintai Andhini, tapi otaknya juga menginginkan Natasha. Tiba-tiba Reinald juga menginginkan tubuh bawahannya. Ia tau, Natasha juga menginginkan hal itu. Natasha segera duduk di kursinya dan mulai mempersiapkan berkas-berkas yang di butuhkan oleh Reinlad untuk rapat hari ini. wajah wanita itu merona. Titin heran dengan perubahan sikap Natasha yang tiba-tiba merona dan senyum-senyum sendiri. “Sha, ada apa? Tadi tampak sangat gelisah, sekarang malah sumringah. Lagi dapat rezeki nomplok?” goda Titin. Natasha salah tingkah, ia semakin mempercepat aktifitasnya dalam menyiapkan berkas-berkas. “Maaf bu, nggak ada apa-apa kok. Tasha harus segera menemani pak Rei rapat hari ini.” Natasha berlalu dari ruangan itu. Di balik pintu, Natasha mengelus bibirnya berkali-kali. Ia masih merasakan hangatnya kecupan Reinald. Walau hanya sesaat, namun mampu membuat getaran hebat di hatinya. “Aduh ....” Natasha tersungkur ketika seseorang menabraknya dari belakang. “Sha ... maaf, kamu ngapaian berdiri di balik pintu?” Reinald menahan tawa melihat Natasha tersungkur di atas lantai. Reinald menjulurkan tangan untuk membantu, Natasha menerima uluran tangan itu, “Makasih pak. Aku tadi baru saja keluar, tiba-tiba bapak juga keluar dan menabrak saya.” Wanita itu tersenyum kecut. Dia merasakan sakit di area bokóngnya. “Maafkan saya Sha, saya tidak sengaja. Tapi kamu tampak sangat cantik jika menahan sakit seperti itu.” Reinald kembali menggoda Natasha, membuat rona wajah Tasha semakin melebar. “Bapak menggoda saya?” Natasha merunduk. “Pikirmu?” Reinald tersenyum dan berlalu dari hadapan Natasha. Wanita itu kesal di tinggalkan begitu saja oleh Reinald. Namun rona-rona bahagia juga menyelimuti relung hatinya. Pujian yang di berikan Reinald ternyata sangat mampu meruntuh pertahanan hatinya. Dua tahun kesepian, kini Natasha optimis kesepian itu akan segera sirna. ia akan menemukan kebahagiaan bersama bosnya. Mas Rei, sudah lama aku begitu megagumimu. Kini aku pastikan jika aku tidak akan menyimpan perasaan itu sendiri lagi. Aku ingin kau tau, bahwa di sini ada aku pengagum rahasiamu mas, Natasha bergumam dalam hatinya. Kemudian ia berlalu mengikuti Reinald menuju ruang rapat. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD